Naga memberhentikan mobil di depan sebuah perusahaan dengan dua puluh lantai. Dia masih saja diam dengan tangan memegang kemudi. Pandangannya bahkan tidak beralih sama sekali, tetap melihat ke arah jalanan tanpa menunjukkan reaksi apa pun. Hingga dia mendengar seseorang di dekatnya membuka pintu, membuat Naga mengalihkan pandangan.
"Aku akan menjemput kamu jam lima sore. Jadi, pastikan kamu menungguku," ucap Naga.
Bela terhenti sejenak ketika mendengar apa yang baru saja Naga katakan. Pria tersebut masih saja memasang nada suara datar ketika berbicara dengannya. Namun, Bela yang sudah mengalami berulang kali kejadian tersebut hanya bergumam pelan, tanpa menoleh ke arah Naga. Dia tahu jika dia menatap pria tersebut, hanya akan ada perdebatan yang entah akan berujung sampai kapan.
Bela memilih membuka pintu mobil dan keluar. Sejenak, dia hanya diam, mengatur perasaan dan juga hatinya. Sebisa mungkin, dia ingin menyembunyikan semua masalahnya dari semua orang. Dia tidak ingin jika nantinya ada yang mengetahui mengenai dirinya yang menjadi istri dalam sebuah surat kontrak. Tidak ada cinta dalam rumah tangganya. Hingga dia merasa membaik, membuatnya melangkahkan kaki dan menuju ke arah perusahaan tempatnya bekerja berada.
Sedangkan di dalam mobil, Naga berdecak kecil dan memutar bola mata pelan. Sebelah bibirnya terangkat, ingin sekali menertawakan kondisi Bela saat ini. Bukan karena Bela yang menikah dengannya tanpa cinta, tetapi karena dia yang melihat raut wajah sedih dan juga tertekan, seakan dia benar-benar tidak sanggup menjalani pernikahan dengannya.
Namun, mengingat semua yang terjadi dengan Bela dan sang kekasih, Naga memilih diam dan mengalihkan pandangan. Biar dia juga merasakan apa yang selama ini Jessica rasakan. Dia sudah membuat wanita yang aku cintai menderita cukup lama dengan merebut kedua orang tua Jessica, batin Naga dengan sinis.
Mengingat nama sang kekasih, Naga mendesah kasar dan menjalankan mobil. "Aku harus pergi untuk mencarinya. Aku tidak mau kalau sampai aku tinggal dengan Bela dalam waktu yang lama karena aku tidak mencintainya. Aku hanya mencintai Jessica," gumam Naga dengan raut wajah serius.
Sedangkan Bela yang mendengar suara mobil meninggalkannya langsung menghentikan langkah. Dia mulai mengalihkan pandangan, menatap ke arah mobil Naga yang sudah meninggalkannya. Dia hanya diam, mendesah kasar dan memasang ruat wajah sendu.
Astaga, akan sampai kapan aku hidup dengannya, batin Bela, merasa sedih karena selalu melihat tatapan penuh kebencian dari Naga. Jika dulu dia bisa bersikap biasa, seolah tidak peduli saat Naga menatapnya penuh kebencian, kali ini Bela merasa berbeda. Dia merasa cukup sulit untuk melakukannya.
Apa semua ini karena status yang berubah? Bela yang sempat berpikiran tersebut langsung mendesah kasar. Ingat, Bela. Kamu hanya istri sementaranya. Jadi, jangan besar kepala apalagi berpikir kalau kamu dan dia akan hidup bahagia, batin Bela, mengingatkan diri sendir agar tidak jatuh cinta dengan Naga. Bagaimanapun Naga adalah kekasih kakaknya. Keduanya saling mencintai, meski dia sendiri tidak tahu apa yang membuat Jessica pergi di saat pernikahannya akan berlangsung.
"Sedang memikirkan apa?"
Bela yang mendengar suara tersebut langsung tersentak kaget. Dia menatap ke asal suara dan mendesah kasar ketika melihat Reno sudah berdiri di depannya.
"Kamu kenapa?" tanya Reno ketika melihat Bela mengelus dada.
"Kamu membuatku terkejut, Reno," jawab Bela, memasang raut wajah kesal.
Reno yang mendengar tertawa kecil dan menunjukkan deretan giginya yang rata. "Maaf," ucap Reno. "Soalnya dari tadi kamu diam di sini. Jadi, aku ke sini untuk menegur, gak taunya kamu sedang melamun," tambah Reno menjelaskan.
"Memangnya kamu sedang melamun apa, Bel?" tanya Reno, merasa penasaran karena Bela yang terlihat serius.
Hening. Bela yang ditanya hanya diam dengan raut wajah bingung. Namun, hal tersebut hanya berlangsung sejenak karena setelahnya dia mengulas senyum manis dan mendesah pelan.
"Bukan apa-apa," jawab Bela.
"Ayo masuk," ajak Bela ketika melihat Reno siap membuka suara.
Reno yang mendengar mendesah kasar dan menganggukkan kepala. Dia memilih melangkah bersama dengan Bela, mengurungkan niatnya untuk menjawab.
***
Naga menghentikan mobil dan keluar. Dia mulai memberikan kunci dengan security yang sejak tadi berjaga di pintu gedung. Kakinya melangkah cepat, memasuki perusahaan dan menuju ke arah lift, membuat beberapa karyawan yang kebetulan melintas menundukkan kepala, memberikan hormat dengan pria tersebut.
Namun, Naga hanya diam, tidak menjawab satu pun sapaan dari karyawannya. Dia masih terus melangkah dengan raut wajah datar dan penuh wibawa. Meski tidak jarang dari mereka yang beranggapan jika Naga terlalu angkuh, berbeda dengan sang papa yang murah senyum. Banyak karyawan yang membandingkan Naga dengan Arlo karena sikap keduanya yang berbeda, tetapi Naga tidak menghiraukannya. Dia tidak mau ambil pusing dengan hal yang menurutnya tidak penting sama sekali.
Naga menghentikan langkah ketika berada di depan lift, menekan angka di depannya dan masuk. Di dalam pun, dia hanya diam, tidak menunjukkan ekspresi sama sekali. Sampai tidak beberapa lama kemudian, denting lift terdengar, diikuti dengan pintu yang terbuka, membuat kakinya kembali terayun dan melangkah keluar.
"Selamat pagi, Tuan," sapa Siska—sekretaris Naga.
Naga yang mendengar hanya diam, tetapi dia menghentikan langkah dan menatap ke arah gadis dengan rambut sebahu dan kacamata bertengger di hidung bangir.
"Bobby ke sini?" tanya Naga dengan tatapan serius.
Siska yang ditanya baru membuka mulut dan siap menjawab, tetapi terhenti karena seseorang yang dicari sudah melangkah ke arah Naga. Entah dari mana datangnya Bobby, tetapi pria tersebut seperti memiliki sinyal ketika dibutuhkan. Terbukti dengan Bobby yang langsung berdiri, hanya membutuhkan beberapa menit dan tidak membuat Naga menunggu.
"Bobby, cari Jessica. Lacak keberadaannya sampai ketemu," perintah Naga dengan raut wajah serius dan langsung mendapat anggukan dari arah Bobby.
"Kamu sudah menikah dan masih mencari wanita tidak tahu diri itu, Naga?"
Naga yang mendengar suara lain langsung mengalihkan pandangan. Dia langsung berdecak kecil dan memutar bola mata pelan ketika melihat pria tinggi dengan potongan rambut undercut tersebut berdiri di depannya.
"Kenapa kamu masih mencari wanita yang bahkan tidak peduli dengan kamu Naga?" tanya pria tersebut dengan kedua tangan dimasukkan ke saku celana dan tatapan santai.
"Itu bukan urusan kamu, Basil," jawab Naga, tidak suka jika ada yang menjelekkan wanita yang dicintai. Dia memilih melangkah masuk dan tidak mempedulikan sahabatnya.
Basil yangg mendengar hal tersebut langsung berdecak kecil dan melangkah, mengikuti Naga yang sudah lebih dulu memasuki ruangan. Sedangkan di tempat lain, Bela baru saja akan menuju ke arah ruangannya ketika tiba-tiba Frida datang dan menatapnya lekat.
"Bagaimana semalam? Naga tidak menyentuh kamu, kan? Suami kamu itu tidak menyakiti kamu, kan?" tanya Frida dengan tatapan cemas.
Namun, Reno yang saat itu belum pergi langsung menghentikan langkah dan menatap ke arah Bela berada. "Bela menikah?" tanya Reno, membuat Bela dan Frida menatap ke asal suara.
***