"Dan kalian kapan akan mengambil cuti untuk berbulan madu?" tanya Benita enteng, membuat Naga yang baru menelan makannya tersedak.
"Mama dan papa juga mau segera menimang cucu, Naga," imbuh Benita ketika Naga menatapnya dengan pandangan tidak terima.
Bela yang baru menyantap makanan di depannya langsung tersedak ketika mendengar ucapan dari sang mertua yang terdengar tiba-tiba. Naga yang berada di sebelahnya pun langsung meraih gelas dan memberikan ke arah Bela. Tangannya mengelus punggung wanita yang menjadi istrinya pelan, berusaha untuk meredam batuk wanita tersebut. Entah kenapa, dia begitu reflek dan mengurusi sang istri. Hingga Bela berhenti meneguk minuman dan menatap ke arah mertuanya berada.
"Kamu sudah gak apa?" tanya Naga perhatian.
Bela yang tidak terbiasa dengan sikap Naga hanya diam, menatap pria didekatnya dengan tatapan lekat. Jujur, dia begitu bingung dengan sikap Naga kali ini. Sejenak, Bela merasa begitu melambung dengan sikap Naga yang begitu perhatian. Hingga dia tersadar dengan satu fakta lain, membuatnya menganggukka kepala dan mengulas senyum tipis.
Astaga, Bela. Kenapa kamu sampai lupa kalau saat ini kamu sudah harus memulai peran, batin Bela, merutuki kebodohan dirinya yang sempat terbuai dengan ucapan lembut Naga.
Benita yang sejak tadi mengamati keduanya langsung mengulum senyum. Rasanya senang karena ternyata tidak seburuk apa yang dia pikirkan sejak semalam. Dia takut karena pernikahan keduanya yang mendadak membuat Naga akan menyiksa Bela, tetapi saat melihat reaksi keduanya yang begitu akur, Benita merasa lega sekaligus senang. Dia berharap pernikahan Naga dan Bela akan bertahan selamanya.
"Maafkan mama yang sudah membuat kamu terkejut ya, Sayang. Mama gak bermaksud begitu," ucap Benita dengan tatapan penuh penyesalan. Dia memang tidak berniat membuat Bela terkejut. Dia hanya ingin mengatakan apa yang sedang dia pikirkan selama ini.
Bela yang mendengar suara sang mertua langsung tersenyum lebar. "Gak masalah, Ma. Aku aja yang terlalu berlebihan. Jadi, mama gak perlu minta maaf sama aku," sahut Bela dengan suara lembut. Dia benar-benar tulus mengatakannya.
"Kamu memang anak yang baik," ucap Benita kembali.
Naga yang sejak tadi mendengar keduanya langsung tertawa kecil dengan sebelah bibir terangkat. Dia benar-benar merasa ingin menertawakan sang mama yang begitu memuji Bela. Sedangkan dia tahu jika Bela bukanlah wanita sebaik itu. Namun, Naga memilih mengabaikan dan melanjutkan makannya. Hingga deheman pelan terdengar, membuat Naga menghentikan gerakan dan menatap ke asal suara.
"Ada apa?" tanya Naga ketika sang mama menatapnya lekat.
"Apa rencana kamu setelah menikah?" Benita balik bertanya dan menatap putranya lekat.
Naga yang mendengar kembali diam. Dia mulai memasang raut wajah berpikir, mencoba mencari perencanaan yang tepat untuk masalahnya. Hingga dia terpikir sesuatu, membuatnya mengulas senyum lebar dan menatap ke arah sang mama.
"Aku dan Bela mau pindah ke apartemen, Ma," ucap Naga enteng, membuat Bela menghentikan kunyahan.
"Apa? Pindah ke apartemen?" Bela mengulang kalimat Naga dan menatap tidak percaya. Pasalnya, baru kemarin dia menikahkan Naga dan Bela. Dia pikir putranya akan tinggal di rumahnya setidaknya satu atau dua bulan, membuatnya merasa belum siap untuk kehilangan sang menantu.
"Aku dan Bela sudah berdiskusi dan sepakat kalau kita akan pindah malam ini, Ma," ucap Naga kembali, membuat Bela yang tidak mengerti sama sekali langsung mengerutkan kening dalam.
Kapan aku berdiskusi dengannya, batin Bela, bingung karena Naga yang tidak menjelaskan lebih dulu. Dia bahkan tidak tahu jika Naga akan membawanya tinggal di apartemen pria tersebut.
"Benar itu, Bela?" tanya Benita, menatap Bela dengan tatapan penuh selidik.
Sejenak, Bela yang ditanya hanya diam, bingung dengan paginya yang sudah dipenuhi drama. Ditambah dia yang diharuskan berbohong, membuatnya merasa tidak nyaman sama sekali, tetapi sejak awal dia memang sudah berbohong dengan wanita di depannya, membuat Bela memilih menganggukkan kepala dengan senyum canggung.
Benita yang melihat langsung mendesah kasar dan memanyunkan bibir. Semangat yang sejak tadi terlihat langsung menguar seketika. Ada perasaan kesal dan sedih menyadari jika Bela tidak akan tinggal serumah dengannya.
"Mama tenang saja. Kalau nanti Bela gak kerja, Bela pasti ke sini jenguk Mama," ucap Bela, merasa tidak sampai hati melihat wajah sedih Benita karena dirinya.
"Benar?" tanya Benita dengan tatapan lekat, membuat Bela yang ada di depannya mengangguk.
Seketika, senyum ceria kembali terbit di wajah Benita. Dia merasa senang dengan janji yang baru saja Bela katakan dan kembali melanjutkan sarapan. Arlo yang melihat tingkah sang istri pun hanya diam dan menggelengkan kepala, merasa heran karena biasanya Benita tidak pernah bertingkah seperti kali ini.
Sedangkan Naga yang melihat hanya diam dan mendengus kesal. Dasar wanita penjilat, batin Naga dengan raut wajah masam.
***
"Berhenti sok akrab dan dekat dengan mama, Bela," ucap Naga ketika baru saja meninggalkan pelataran rumah kedua orang tuanya.
Bela yang tengah duduk dan asyik dengan ponsel menghentikan gerakan. Manik matanya menatap ke arah Naga yang terlihat begitu kesal, tetapi dia hanya diam dan kembali melanjutkan gerakan jemarinya. Dia enggan mendengarkan Naga yang selalu saja mengatakan hal pahit dengannya.
Naga yang tidak juga mendengar jawaban langsung mengalihkan pandangan, menatap ke arah Bela yang ternyata tidak memperhatikannya. Hingga dengan kesal, dia menepikan mobil dan meraih ponsel Bela, membuat wanita tersebut tersentak kaget.
"Naga, kembalikan," ucap Bela sembari meraih ponsel di tangan Naga.
Naga yang melihat langsung menjauhkannya dan menatap lekat. "Aku tidak akan memberikannya kalau kamu tidak mendengarkanku, Bela," sahut Naga dengan penuh penekanan.
Mendengar hal tersebut, Bela menghentikan perlawanan dan mendesah kasar. Dia mulai menatap ke arah Naga yang sejak tadi menatapnya, memasang raut wajah masam. Dia tahu apa yang membuat Naga menatapnya tajam, membuatnya menesah kasar.
"Ini masih pagi dan aku benar-benar tidak mau berdebat dengan kamu, Naga. Jadi, katakan apa yang mau kamu katakan sekarang," ucap Bela, enggan membuat suasana hatinya semakin buruk.
"Aku hanya mau kamu jangan terlalu dekat dengan mamaku, Bela. Aku tidak mau kamu berbuat baik dengannya," kata Naga dengan raut wajah serius.
Bela berdecak kecil dan memutar bola mata pelan. Rasanya tidak mengerti dengan jalan pikiran Naga. Meski di dalam hati Naga dia bukanlah seornag istri, tetapi di dalam keluarga pria tersebut, dia tetaplah menantu. Mana bisa dia bersikap tidak peduli dengan mertuanya sendiri. Ditambah sang mertua yang begitu baik dan menganggapnya seperti anak sendiri.
"Kalau kamu terlalu dekat dengan mama dan baik dengannya, dia akan semakin sulit untuk menerima Jessica, Bela. Jadi, aku harap kamu mengerti dengan posisi kamu dan jangan melewati batas," tegas Naga memperingatkan.
Bela yang mendengar hal tersebut kembali langsung mendesah kasar dan meraih ponselnya. "Aku tahu, Naga," sahut Bela dengan raut wajah serius dan langsung menatap ke arah jalanan.
Naga yang melihat hanya diam. Dia mulai melajukan mobil dan mengabaikan Bela. Sedangkan wanita di dekatnya hanya diam dengan tangan mengepal.
Astaga, Tuhan. Kenapa rasanya sakit, batin Bela.
***