"Bagaimana semalam? Naga tidak menyentuh kamu, kan? Suami kamu itu tidak menyakiti kamu, kan?" tanya Frida dengan tatapan cemas.
Namun, Reno yang saat itu belum pergi langsung menghentikan langkah dan menatap ke arah Bela berada. "Bela menikah?" tanya Reno, membuat Bela dan Frida menatap ke asal suara.
Seketika, Bela dan Frida menoleh ke asal suara, menatap Reno yang langsung mendekat ke arahnya. Bela yang merasa akan mendapat banyak sekali pertanyaan langsung melirik ke arah Frida. Rasanya ingin sekali memaki sahabatnya yang tidak bisa menjaga rahasia. Pasalnya, tidak ada yang mengetahui mengenai pernikahannya dengan Naga. Hanya Frida yang tahu dan sayangnya wanita tersebut hampir memberitahukan dengan seisi kantor. Beruntung hanya Reno yang mendengar.
Kalau sampai semua tahu, aku benar-benar akan membunuh kamu, Frida, batin Bela, menatap sahabatnya dengan pandangan tidak terima. Sedangkan Frida, dia hanya diam dan memasang raut wajah penuh rasa bersalah, seakan mengatakan jika dia tidak sadar ketika mengatakannya. Bahkan dia sudah memasang raut wajah yang menunjukkan ekspresi permintaan maaf.
"Kalian bisa jelaskan apa maksudnya ini?" Reno yang tidak juga mendapat penjelasan kembali membuka suara, merasa penasaran dengan apa yang sebenarnya terjadi. Selain itu, hatinya juga terasa berdenyut nyeri.
Astaga, apa benar Bela menikah, batin Reno. Dalam hati dia berharap jika ucapan Frida kali ini hanyalah bualan semata. Namun, jika itu benar terjadi, dia juga harus siap dengan kemungkinan jika hatinya akan patah.
Ya, Reno memang mencintai Bela sejak mereka di bangku sekolah menengah, tetapi tidak ada keberanian untuk mengutarakan isi hatinya. Dia takut jika dia mengatakannya dengan Bela dan wanita tersebut memiliki perasaan berbeda, hubungan keduanya akan berubah dan Bela akan menjauh. Hingga manik matanya menatap Bela yang terlihat cemas, membuatnya mendesah pelan.
"Kenapa kamu menikah tidak mengatakan denganku, Bela?" tanya Reno, cukup tahu dengan ekspresi yang diberikan Bela kali ini. Rasanya dia tidak perlu lagi mendengar jawaban yang membenarkan karena keduanya tampak begitu jelas dalam memberikan jawaban. Meski hanya melalui raut wajah.
Bela yang mendengar hal tersebut mendesah kasar dan menatap lekat. "Sebenar …."
"Dia hanya menggantikan Jessica dan beberapa hari lagi pasti berpisah, Reno," sela Frida dengan santai. Kali ini dia bahkan tidak menunjukkan rasa bersalah sama sekali.
Bela menatap Frida dengan kening berkerut dalam, tidak suka dengan tingkah sahabatnya kali ini. Dia memang menikah dengan Naga sebagai ganti karena Jessica yang pergi entah kemana. Namun, di lain sisi dia juga berharap jika pernikahannya bisa berlangsung dengan lama. Jika bisa seumur hidup, dia juga ingin menjalani. Meski hal tersebut tidak akan terjadi dan semua yang Frida katakan adalah sebuah kebenaran, tetap saja Bela tidak ingin Frida mengumbar semuanya.
"Jadi, kamu menikah hanya untuk menggantikan kakak kamu?" tanya Reno memastikan. Hatinya yang sempat patah perlahan kembali menyatu, merasakan angin segar karena dia yang masih ada harapan.
Bela mendesah kasar dan menganggukkan kepala. "Tapi aku harap kamu diam dan jangan katakan dengan siapa pun, Reno. Aku benar-benar tidak ingin ada yang tahu karena itu pasti akan semakin membuat kehidupanku sulit," ucap Brenda dengan raut wajah penuh permohonan karena jika kabar ini tersebar dan dia berpisah dengan Naga, seluruh perusahaan pasti akan membicarakannya.
Reno yang mendengar tentu saja langsung menganggukkan kepala, setuju dengan apa yang Bela mau. Dia bahkan tidak berpikir dua kali ketika menyetujuinya. Hingga dia berpamitan dan memilih kembali melanjutkan langkah ke arah ruangannya.
"Bela," panggil Frida ketika Reno sudah pergi dan Bela siap masuk ke ruangannya.
Bela yang berniat masuk menghentikan langkah dan menatap ke arah Frida. "Aku benar-benar berharap kamu bisa menjaganya juga, Frida. Aku tidak mau ada yang tahu mengenai hal ini karena kalau sampai ada yang tahu, aku pastikan aku akan pergi menjauh dari kalian semua saat aku dan Naga berpisah," ucap Bela serius.
Frida yang mendengar hanya mampu diam, tahu kesalahannya. Dia bahkan tidak bisa membalas ucapan Bela. Dia hanya membiarkan Bela melangkah ke arah ruangan, membuat Frida mendesah pelan.
"Dasar mulut sialan," ucap Frida sembari menepuk mulutnya yang selalu berbicara tanpa melihat situasi.
***
"Mau sampai kapan kamu di sini, Basil?" tanya Naga, menatap ke arah sahabatnya lekat. Sudah hampir setengah hari pria tersebut berada di ruangannya, membuat Naga yang tengah sibuk bekerja tidak bisa fokus menyelesaikan tugas. Pasalnya, dia tidak pernah bisa bekerja jika ada orang lain di ruangannya.
Basil yang mendengar teguran Naga menghentikan jemari yang sejak tadi asyik bermain di layar ponsel, menatap ke arah Naga sejenak dan kembali melanjutkan aktivitasnya. Dia bahkan terlihat tidak peduli dengan pria tersebut.
Naga yang melihat tingkah sahabatnya berdecak kecil dan memutar bola mata pelan. Dengan kesal, dia bangkit dan melangkah ke arah Basil berada. Rasanya penasaran dengan apa yang tengah dilihat pria tersebut, sampai Basil mengabaikan dirinya. Sejak tadi dia juga penasaran karena Basil yang tidak beralih dari ponsel sama sekali. Hingga dia duduk di dekat Basil dan mengambil ponsel pria tersebut tanpa izin.
Basil yang baru akan melarang langsung menghentikan niat ketika melihat Naga yang sudah mengambil ponsel miliknya, melihat apa yang sejak tadi dia lihat. Hingga Naga menatapnya, membuat Basil mengulas senyum tanpa dosa.
"Kamu melihat akun sosial media istriku, Basil?" tanya Naga dengan tatapan lekat, tidak sadar menyebut Bela dengan sebutan 'istri'.
Basil yang mendengar hal tersebut berdecak kecil dan meraih ponsel di tangan Naga. "Aku rasa itu tidak masalah, Naga. Lagi pula kamu juga tidak mencintainya. Jadi, aku rasa sah-sah saja aku melihat akun media sosialnya," jawab Basil enteng, tidak terasa canggung sama sekali.
Naga berdecak kecil dan memutar bola mata pelan. Dia mulai menyandarkan tubuh, menatap ke arah Basil yang masih asyik dengan ponselnya. Melihat hal tersebut, Naga langsung menaikan sebelah bibir dan tertawa kecil.
"Jangan menatapnya terus, Basil. Nanti kamu suka dengannya," ucap Naga, menyindir sahabatnya.
"Aku rasa jika aku suka dengannya, itu tidak masalah, Naga. Dia cantik, baik dan aku rasa tidak rugi kalau aku mencintai dia," sahut Basil tanpa melihat ke arah Naga, tetapi sesaat kemudian, dia menghentikan gerakan dan mendongak. "Kalau kamu mau berpisah dengannya, bilang denganku, Naga. Aku akan menikahinya," tambah Basil.
Naga berdecih kecil dan membuang napas lirih. "Jangan menilai seseorang dari penampilan luar, Basil. Bisa saja wanita cantik yang ingin kamu dekati itu adalah wanita ular yang berbisa," sindir Naga dengan tatapan mengejek.
"Dan jangan menilai seseorang dari apa yang dikatakan orang lain, Naga. Bisa saja apa yang mereka katakan dengan kamu itu bukan yang sebenarnya," timpah Basil, membuat Naga menatap dengan raut wajah tidak bersahabat.
***