Hening. Ruangan dengan lampu temaram tersebut terlihat begitu sunyi. Tidak ada suara sama sekali. Bahkan sang pemilik masih asyik berkelana di alam mimpi dengan tubuh saling berpelukan. Keduanya tampak begitu lelap sampai tidak menyadari jika matahari sudah menapakkan sinarnya, memasukan cahaya melalui celah kamar. Namun, tidak ada yang merasa terganggu sama sekali. Hingga ketukan pintu terdengar, membuat tidur nyenyak keduanya terganggu.
"Naga, Bela, kalian sudah bangun?" tanya Chitra dari luar.
Naga yang menyadari panggilan sang kaka untuk pertama kali. Namun, dia hanya diam dan mendesah pelan, tidak berusaha untuk membuka mata sama sekali. Tangannya bahkan masih asyik mendekap seseorang di dekatnya, tidak mempedulikan jika sosok tersebut adalah Bela.
"Naga," panggil Chitra kembali dan kali ini mendapat gumaman dari arah Naga.
"Kalian sudah bangun?" tanya Chitra kembali.
"Sudah," jawab Naga asal. Padahal matanya bahkan belum terbuka sama sekali.
"Kalau begitu cepat bersiap. Kakak tunggu di bawah," ucap Chitra.
Naga yang memang masih mengantuk hanya bergumam pelan. Rasanya sudah lama dia tidak tidur senyaman seperti kali ini, tepatnya setelah pernikahannya dengan Jessica batal. Pikirannya selalu tidak tenang. Tidak jarang Naga harus beberapa kali terbangun di malam hari. Namun, hari ini dia merasakan kenyamanan yang belum pernah dia rasakan sebelumnya, membuat Naga enggan melepaskan dan mendekap semakin erat.
"Aduh, sakit," keluh Bela ketika merasakan Naga mendekapnya terlalu erat. Dia yang sejak tadi tertidur sampai terbangun karena ulah sang suami.
Naga yang mendengar suara Bela langsung membuka mata lebar. Dengan cepat, dia menatap ke asal suara. Raut wajah yang sejak tadi menunjukkan ketenangan langsung berubah tegang, tidak menyangka jika sesuatu yang sejak tadi dipeluk adalah Bela. Terlebih, dia tidak pernah berpikir jika wanita yang selama ini dibenci jugalah yang membuatnya tidur dengan nyaman. Hingga Bela yang baru membuka mata mendongak dan saling bertatapan.
Sejenak, Naga hanya diam ketika melihat manik mata Bela. Terlihat polos dan tanpa beban sama sekali. Bahkan, dia merasa jika kali ini Bela tampak lucu dan menggemaskan dengan wajah yang begitu lucu, persis seperti anak kecil yang tidak memiliki dosa.
"Naga, bisa lepaskan pelukan kamu?" tegur Bela, merasa tidak nyaman dengan posisi keduanya saat ini.
Naga yang sempat terpesona langsung tersentak kaget. Dengan cepat, dia melepaskan dekapan dan sedikit mendorong tubuh Bela, membuat perempuan tersebut mengaduh karena terbentur nakas. Sedangkan Naga, dia langsung bangkit dan menjauh, menatap ke arah Bela dengan raut wajah datar.
"Naga, kamu tahu bagaimana memperlakukan seorang wanita tidak, hah?" Bela yang baru saja bangun langsung dibuat kesal dengan tingkah Naga yang kasar. Dengan kesal, dia duduk dan bersiap menyingkap selimut.
Namun, saat akan turun dari ranjang, Bela menghentikan niat. Manik matanya menatap ke arah karpet berbulu di sebelah ranjang. Sejenak, dia hanya diam, mengingat apa yang terjadi sebelumnya. Hingga dia teringat dan kembali menatap ke arah Naga.
"Kenapa aku bisa di atas ranjang?" tanya Bela dengan tatapan lekat. Dia harus mencari tahu hal tersebut. Pasalnya, dia yakin jika dia tidak tidur di ranjang karena Naga yang melarangnya.
Naga yang sejak tadi berdiri di sebelah ranjang langsung mendesah kasar dan menatap santai. "Mana aku tahu. Aku saja terkejut ketika kamu sudah berada di dekatku," jawab Naga dengan enteng. Dia tidak mau kalau Bela tahu dialah yang memindahkan wanita tersebut ke atas ranjang.
Bela yang mendengar penjelasan Naga hanya diam dengan wajah berpikir. Apa mungkin aku tidur sambil berjalan dan berujung naik ke ranjang, batin Bela, masih mencoba menebak kenapa dia bisa berada di ranjang. Meski sebenarnya Bela sendiri tidak yakin dengan hal tersebut. Dia tidak pernah berjalan tanpa sadar saat sedang tidur. Hingga dia menatap ke arah Naga dengan kedua mata menyipit.
"Katakan yang sebenarnya, Naga. Aku tahu kalau aku bukan orang yang berjalan saat tidur," ucap Bela, masih mencurigai Naga.
Naga yang mendengar langsung menaikan kedua bahu dan kembali menurunkannya. Dengan tenang, dia melangkah ke arah kamar mandi, seakan tidak memikirkan apa yang baru saja Bela tanyakan.
Namun, hal tersebut malah membuat Bela menatap dengan curiga. Dia tidak percaya dengan apa yang Naga katakan. Hingga sebuah pemikiran melintas, membuat wajah Bela meragu.
Apa mungkin dia yang memindahkan aku ke ranjang, batin Bela dengan wajah berpikir. Meski dia sendiri tidak yakin, tetapi melihat bagaimana sikap Naga yang tidak begitu mempermasalahkan dan terlihat santai semakin memperkuat dugaan Bela. Pasalnya, dia cukup tahu seperti apa Naga. Pria tersebut tidak akan suka jika larangannya tidak didengarkan. Sedangkan pagi ini, Naga seperti tidak mempermasalahkannya. Hingga dia mendesah kasar dan turun dari ranjang.
"Semoga semua dugaanku salah," gumam Bela.
***
"Kalian gak mau menginap lagi?" tanya Chitra ketika Naga dan Bela sudah selesai sarapan dan saat ini sedang berada di depan rumah.
Naga yang mendengar langsung mendesah kasar dan menatap sang kakak malas. Dia tahu semua yang terjadi semalam adalah rencana wanita tersebut. Bahkan suhu di ruangan di kamar terasa lebih dingin pun pasti ulah sang kakak. Namun, Naga memilih diam, tidak ingin membuat wanita tersebut malu di depan Bela.
"Bela, kamu hari ini kerja juga?" tanya Chitra, menatap ke arah Bela.
"Gak, Kak. Aku libur satu hari," jawab Bela.
"Kalau begitu, nanti temani kakak jalan-jalan. Sekalian kamu mencari alat memasak. Aku dengar kalian akan pindah ke apartemen Naga, kan? Di sana tidak ada apapun. Jadi, sebaiknya liburmu satu hari digunakan untuk memenuhi semua yang kamu butuhkan," ucap Chitra dengan tenang.
Bela yang mendengar hanya diam dan langsung melirik ke arah Naga. Dia tidak bisa memutuskan sendiri mengenai hal ini. Dia masih harus meminta pendapat Naga, tidak ingin membuat masalah dengan sang suami. Pasalnya, dia tahu jika pria tersebut tidak akan suka dia terlalu dekat dengan keluarganya.
Namun, siapa sangka jika Naga menganggukkan kepala dan menatap Bela lekat. "Nanti biar kak Chitra yang antar ke apartemen," kata Naga.
Chitra yang mendengar langsung bersorak senang dan menarik Bela untuk dekat dengannya. "Kalau begitu, aku minta tolong antarkan Alzam ke sekolah," ucap Chitra penuh semangat.
Naga langsung berdecak kecil dan memutar bola mata pelan. Kebiasan sang kakak yang memang suka seenaknya. Dengan malas, Naga meraih jemari mungil keponakan satu-satunya dan siap melangkah. Sayangnya, Alzam malah berhenti, membuat Naga menatap ke arah bocah kecil tersebut lekat.
"Ayo," ajak Naga.
"Uncle gak mau cium Aunty Bela dulu?" tanya Alzam dengan pandangan polos, membuat Bela dan Naga membelalakan kedua mata. "Seperti Mama sama Papa," imbuh Alzam tanpa dosa.
***