"Bela, kamu gantikan Jessica dan menjadi menantu tante, ya?" tanya Benita, sontak membuat semua yang ada di sana membelalakan mata lebar, terkejut dengan apa yang baru saja Benita katakan.
Tidak hanya kedua orang tua Bela, Naga dan Bela pun terkejut. Bela yang baru datang belum mengerti dengan situasinya, menatap ke arah Benita dengan penuh tanya. Pasalnya, dia benar-benar tidak menyangka jika wanita tersebut akan menyuruhnya menggantikan posisi sang kakak. Hingga dia menatap ke arah Naga dengan pandangan penuh tanya, seakan meminta pendapat dari pria tersebut. Bagaimanapun Naga begitu membencinya dan tidak mungkin dia harus menjadi istri pria di depannya.
Namun, Naga hanya diam, tidak mengalihkan pandangan sama sekali. Manik matanya masih menatap Bela dengan pandangan tidak terima. Bela sendiri mengerti dengan tatapan Naga yang seakan mengatakan kalau dia tidak akan pernah mau menerima Bela. Hingga Benita yang sejak tadi melihat Bela hanya diam mulai menggenggam jemari Bela, membuat gadis tersebut tersentak kaget.
"Bela, tante mohon. Tante gak mungkin membiarkan acara pernikahan ini gagal. Apa yang akan mereka pikirkan tentang keluarga tante dan keluarga kamu? Kami semua hanya akan menanggung malu kalau sampai acara hari ini dibatalkan," ucap Benita dengan raut wajah memelas, berharap jika Bela akan menerima permintaannya. Bukan karena keadaan yang mendesak, tetapi sejak awal Benita memang ingin jika Bela yang menjadi menantunya.
Naga yang mendengar hal tersebut langsung berdecak kecil dan memutar bola mata pelan. Manik matanya menatap ke arah sang mama yang sudah menatap Bela dengan pandangan memohon. Menikah dengan Bela? Mengingat permintaan sang mama, tanpa sadar dia langsung tertawa kecil dengan pandangan mengejek.
"Kenapa kamu tertawa, Naga? Apa hal ini lucu?" tanya Benita dengan tatapan tajam. Bahkan, Arlo yang ada di sana hanya diam, tahu jika istrinya tengah emosi.
Naga yang ditanya langsung mendesah kasar dan menatap ke arah mamanya lekat. "Aku gak akan mau menikah dengan Bela," tegas Naga penuh dengan penekanan.
"Lalu, kamu mau menikah dengan siapa?" tanya Benita dengan tatapan menantang.
"Aku hanya mencintai Jessica, Ma. Jadi, aku hany …."
Plaak!!
Naga yang mendapat tamparan tiba-tiba langsung menghentikan dengan kedua mata terbuka. Perlahan, manik matanya menatap ke arah sang mama yang sudah memandang dengan rahang mengeras dan tatapan tajam. Semua yang menyaksikan bahkan cukup terkejut dengan apa yang Benita lakukan. Wanita yang biasanya bersikap lembut, kali ini terlihat berbeda. Terdapat amarah yang jelas berkobar di matanya.
"Apalagi yang mau kamu katakan, Naga? Kamu mau menikah dengan Jessica hanya karena kamu mencintainya? Kamu gak berpikir, apa yang dia lakukan hari ini?" tanya Benita dengan kedua mata menatap tajam ke arah Naga.
"Dia meninggalkan kamu!" Benita menjawab sendiri pertanyaannya dengan nada menggelegar. "Dia meninggalkan kamu tepat di hari pernikahan kalian. Dia meninggalkan kamu tanpa mengatakan apa pun. Tidak ada penjelasan yang dia berikan dengan kamu. Dia kabur dan kamu tahu apa artinya itu? Dia tidak mencintai kamu," tambah Benita dengan tegas.
"Mama salah, aku yakin Jessica mencintaiku," sanggah Naga, menatap ke arah sang mama lekat.
Benita yang mendengar hal tersebut langsung tertawa kecil dan menatap putranya lekat. "Mau sampai kapan kamu mengatakan itu, Naga? Mau sampai Jessica kembali? Jangan bermimpi. Dia tidak akan kembali. Kamu tahu kenapa mama melarang kamu dengannya dan selalu mengatakan jika dia bukan yang terbaik untuk kamu?"
"Itu karena mama pernah melihatnya keluar dari hotel dengan seorang pria. Dia berjalan mesra dengan seorang pria di saat kamu akan bertunangan dengannya," ucap Benita dengan penuh penekanan. Rasanya dai sudah mulai lelah menyimpan semua yang Jessica lakukan di belakang putranya.
Naga yang mendengar penjelasan sang mama hanya diam, merasa terkejut dengan apa yang baru saja didengarnya. Pasalnya, selama ini dia tidak pernah menyangka jika Jessica mendua di belakangnya. Dia juga lebih tidak menyangka jika mamanya tahu dan tidak memberitahukan dirinya mengenai hal tersebut.
Benita yang melihat wajah Naga mendesah kasar. Manik matanya beralih, menatap ke arah sang suami yang sejak tadi memandangnya, memberikan isyarat jika Benita sudah harus mengakhiri ucapannya. Benita tahu, dia sudah cukup keterlaluan dalam membuat keputusan, tetapi sekali pun dia tidak pernah berusaha untuk mundur.
Benita menarik napas dalam dan membuang perlahan, berusaha menghilangkan kekesalan yang sejak tadi dia rasakan. Hingga dia menatap ke arah Bela yang masih diam membeku, menatap gadis di depannya lekat.
"Tante harap kamu tidak menolaknya, Bela. Semua karena kakak kamu dan aku harap keluarga kalian bisa menerima. Ini adalah satu-satunya jalan agar keluarga kita tidak mendapat malu di depan semua tamu," ucap Benita dengan serius, tahu jika Aziel dan Sintia tidak setuju dengan keputusan yang dia buat.
"Dan kamu, Naga. Mama tidak mengizinkan kamu menolak dan kamu juga tidak ada hak untuk menolaknya. Kamu yang membuat keluarga kita ada di masalah seperti hari ini. Jadi, kamu harus bertanggung jawab dengan semuanya. Mau atau tidak, kamu harus menikahinya," tegas Benita dan melangkahkan kaki, meninggalkan ruang ganti.
Sedangkan Bela dan keluarga hanya diam. Semua memang kesalahan Jessica, membuat Aziel dan Sintia hanya mampu bungkam, tidak enak hati untuk menolak. Sedangkan Bela, dia hanya menatap Naga yang terlihat begitu frustasi.
Apa aku bisa hidup dengannya, batin Bela, tahu seberapa Naga membenci dirinya.
***
Di sinilah Bela berdiri, bersama dengan Naga yang terlihat begitu lesu dan tanpa semangat. Ya, Bela memutuskan untuk menikah dengan Naga, menggantikan sang kakak yang entah berada di mana. Meski kedua orang tuanya melarang, tetap saja Bela kekeh dengan keputusannya. Dia tidak ingin membuat keluarganya menanggung malu karena ulah Jessica. Terlebih, dia juga tidak ingin keluarga Ainsley yang tidak bersalah juga ikut menanggungnya, membuat dia harus rela berkorban.
Dan semoga dari sini kebencian Naga akan berkurang, batin Bela dengan penuh harap. Manik matanya masih menatap tamu undangan yang sedang asyik menikmati hidangan yang diberikan. Meski ada beberapa tamu undangan yang berbisik karena wajah Naga yang tidak menunjukkan kebahagiaan dan pengantin wanita yang berbeda, Bela memilih mengabaikan. Hingga manik matanya menatap Frida yang sudah mendekat ke arahnya.
Frida mendekap tubuh Bela dan mendesah kasar. Dia tahu jika pernikahan sahabatnya kali ini bukan karena keinginan Bela. Dia datang pun untuk menyaksikan pernikahan Jessica dan juga Naga. Hingga dia menatap ke arah Naga yang terlihat tidak peduli sama sekali, membuatnya muak dan memilih menatap ke arah Bela berada.
"Kapan kamu berencana menceraikan dia, Bela?" tanya Frida tanpa rasa bersalah sama sekali.
***