Souji sudah menunggu di depan pintu masuk gedung Huang Enterprise di dalam mobil Lamborghini Reventon hitam metalik miliknya. Dia melihat jam kemudian menoleh keluar, sedikit menyeringai saat orang yang ditunggunya keluar dari pintu.
Pria itu keluar, seperti ada daya magnet tersendiri yang membuat para kaum hawa menoleh menatapnya sejenak bahkan lama ketika Souji keluar dari mobil mewahnya. Yuuji yang melihat itu hanya mendengus bosan, apa-apaan mereka semua? Memang apa menariknya pria penggoda sepertinya.
Yuuji berhenti di depan Souji, dia melirik kanan dan kiri mengamati sekitar. Rupanya, dia dan Souji masih menjadi tontonan.
"Daya tarikmu lumayan juga, kau bisa menjadi brand ambassador kami tahun depan." komentarnya sambil menepuk bahu pria itu sekilas dan langsung masuk dalam mobil tanpa menunggu dibukakan pintu oleh pemiliknya.
Souji hanya menyeringai melihat kelakuan Yuuji kemudian masuk ke dalam mobil dan melajukan mobil sportnya menuju tempat yang sudah direncanakan.
Tak jauh dari sana, dari lantai dua yang berdinding kaca Shinji melihat kepergian mereka, dia tersentak saat Ichijou menegurnya karena berhenti tiba-tiba.
Shinji menunduk sekilas pada rombongan tamu yang bersamanya kemudian kembali berjalan.
***
Shinji kembali kekantornya setelah memberi tur singkat pada para Investor yang hendak berinvestasi pada salah satu proyek yang sedang Huang Enterprise kerjakan.
Dia membiarkan Ichijou memberikannya segelas teh hijau dan pijatan kecil pada bahunya.
"Negoisasinya berjalan lumayan lancar ya.." ucap Ichijou.
"Hm," pria berambut broken white itu membenarkan dan meminum sedikit demi sedikit tehnya. "Oh ya, hari ini Yuuji melakukan fitting gaun. Aku melihat Murakami dibawah sana."
"Ya. Tidak terasa tiga hari lagi Ojou-sama akan menikah." timpal Ichijou. Padahal tidak ada yang salah dalam kalimat itu, tapi entah mengapa Shinji tampak muram.
"Kau benar." Pria itu menanggapinya dengan mencoba bersikap tenang, dia memberi isyarat Ichijou untuk berhenti kemudian pria paruh baya itu duduk dihadapannya.
"Kau sudah menyelidiki apa yang aku minta?"
"Ya, aku sudah menyelidiki kegiatan Murakami Souji beberapa tahun sebelumnya." Ichijou mengeluarkan tablet dari balik jasnya dam membuka file yang akan dia laporkan.
"Murakami Souji mulai beraktifitas di Jepang tahun lalu, saat pemakaman pamannya. Setelahnya dia mendatangi dewan direksi perusahaan bersama pengacara kepercayaan ayahnya menunjukan wasiat asli dari pemilik asli Murakami Enterprise. Murakami Souji."
"Karena berkas kepemilikan masih belum ada ditangannya, Murakami Souji masih belum diakui oleh para direksi namun semuanya setuju menjadikan Murakami Souji sebagian Presiden Junior dibawah pengawasan Presdir mereka dan masih belum dipublikasikan sebelum ada bukti kepemilikan sah."
"Sebelumnya, dia tinggal di Itali dan menjadi pengembang game bersama orang-orang yang dia percaya sepuluh tahun terakhir. Kini perusahaannya sudah mulai dikenal oleh user internasional."
"Ada rumor jika dia ikut dalam kapal bersama keluarganya dan berhasil selamat. Dia selamat karena terdampar di semenajung eropa dan menjalani hari-hari berat sebagai kuli pelabuhan saat umurnya 8 tahun. Tapi, data yang tercatat di database jika Murakami Souji memang sudah tinggal bersama kakeknya di Itali. Apa perlu dikonfirmasi?"
"Tidak, itu saja sudah cukup. Lalu, kenapa tidak ada laporan mengenai perjalanan asmaranya? Aku ingin tau dia playboy atau bukan!" Shinji tampak menuntut atas laporan yang tidak lengkap itu.
Ichijou tampak berkeringat, dia bingung haruskah itu perlu dilaporkan? Souji memang tidak pernah memiliki kekasih namun tidak bisa ditampik fakta jika dia tampan dan pernah tidur dengan wanita manapun yang dia inginkan. Tapi, jika ini dilaporkan Shinji pasti tidak bisa tinggal diam. Walaupun hubungan mereka sedang renggang tapi Shinji tetap sangat menyayangi Yuuji.
"Informasi dari orang sekitar tempat tinggalnya dulu, Murakami tidak pernah terlihat dekat dengan wanita namun dia ramah terhadap semua orang."
Shinji mengangguk, "Walaupun jawabanmu kurang meyakinkan tapi untuk saat ini aku akan menganggapnya orang baik."
"Ini pertanyaan paling mendasar, kenapa Murakami Souji melamar Yuuji? Apakah mereka dekat?"
"Karena permintaan ayah Souji kepada ketua."
"Wasiat?"
"Ya, kurang lebih seperti itu. Ayahnya ingin Murakami Souji menikah dengan Yuuji. Kau mungkin baru tau karena sampai usia sepuluh tahun kau di rawat kakek dan nenekmu di China, sebenarnya Ayahnya dan Ayahmu adalah teman baik sebelum tetua Murakami itu meninggal saat kau berusia 8 tahun."
"Oh begitu, pantas Ayah dengan mudah menerima lamarannya. Kau ingat sendiri kan, betapa kejamnya dia menolak lamaran para eksekutif muda yang hendak mempersunting Yuuji?"
"Desu-yo ne.."
.
.
"Ne, Ichijou.. Apa mungkin kau juga kenal dengan Murakami Souji itu? Kau terlihat seumuran dengan ayahku."
"Aku belum setua itu, boge (bodoh)! Aku bekerja dengan ayahmu beberapa bulan sebelum kau kembali ke jepang, kuso gaki (anak sialan)!"
***
Menjelang malam, Yuuji dan Souji selesai fitting pakaian yang akan mereka gunakan lusa. Sebelum pulang, Souji menepikan mobilnya di tepi sungai. Pria itu juga sempat mampir di mini market terdekat untuk membeli minuman.
"Tiga hari lagi ya.." Souji duduk di bumper mobilnya sambil menatap air tenang sungai yang memantulkan lampu-lampu kota. Yuuji membuka pintu mobil dan mendatangi Souji.
"Kenapa kau mengajaku kemari?"
"Sha! Aku hanya ingin saja. Biasanya jika aku merasa lelah dengan hidupku aku selalu kemari."
"Bunuh diri?" timpal Yuuji sedikit tajam.
"Yadda Yuuji-san.. aku tidak selemah itu loh. Kau kan sudah membuktikannya sendiri." tiba-tiba saja Souji menggodanya dan membalik kata-katanya. Sambil mengedipkan sebelah matanya.
Yuuji mengacuhkannya dan duduk di samping Souji di atas bumper. "Disini tenang sekali ya." komentarnya.
"Hm, kau benar."
Mereka hanya diam tidak mencoba mengambil topik pembicaraan lain supaya mereka tidak diselimuti sepi seperti ini. Souji membuka minuman kaleng dan memberikannya pada Yuuji kemudian dia mengambil lagi untuk dirinya sendiri.
"Kau tidak menanyakan kenapa aku melamarmu dan ayahmu menerimanya?" tiba-tiba Souji berbicara dengan topik yang diluar bayangan Yuuji.
Yuuji tersenyum miring, "Yang pasti bukan karena kau jatuh cinta padaku, aku lebih percaya pada opsi ini." gadis itu meminum sodanya sedikit kemudian meletakan dipangkuannya lagi. "karena selama ini ayah menolak semua lamaran untukku, aku yakin pilihannya ini baik untukku, kalaupun tidak baik untukku setidaknya baik untuk perusahaan. Aku sudah cukup puas membangkang pada ayahku walau hanya sekali. Jadi, aku tidak memusingkan lagi tentang pernikahan ini." Yuuji dengan santai tersenyum pada Souji disampingnya menganggap jika pernikahan ini bukan masalah besar.
"Jadi tidak masalah jika pernikahanmu tanpa cinta sekalipun?"
"Hm, tidak masalah." Yuuji menoleh menatap Souji lekat dan tajam, "tapi walaupun begitu aku tidak suka apa yang sudah jadi milikku disentuh orang lain. Aku ini cukup teritorial, jadi kau harus bersiap."
Souji menyeringai senang mendengarnya, dia tidak menimpali apa yang Yuuji katakan. Pria itu kembali menatap lurus sungai dengan ekspesi senang disela dia minum. Aneh! Kenapa aku senang sekali mendengarnya.
"Rasanya aneh saat kau yang mengatakannya. Bukankah pria yang sering mengatakannya?" ucap Souji tiba-tiba saat dia sudah merasa tenang dengan letupan kegembiraannya.
"Aku tidak berharap padamu, aku tidak melihat jika kau adalah tipe dominan. Kau terlihat seperti playboy dan penggoda." Souji menyemburkan tawanya saat dengan ringan Yuuji menimpali perkataannya.
"Aku terlihat seperti penggoda?" Yuuji mengangguk membenarkan. Souji mengelap ujung matanya yang sedikit tergenang air. Sudah lama dia tidak tertawa selepas ini hanya karena celetukan gadis disampingnya.
"Sudah larut. Ayo! aku akan mengantarmu pulang."
"Hm." Yuuji turun dari bumper menghampiri Souji kemudian memeluknya tiba-tiba membuat pria itu terkejut. "Sepertinya seseorang mengikuti kita. Arah jam 3." gumam gadis itu sangat dekat dengan telinganya.
Souji mengikuti arahan Yuuji, melihat siapa yang mengikuti mereka. Sekilas pria itu melihat siluet seorang pria berambut perak dan kemudian hilang dibalik pohon. FBI ya..
Dia hanya menyeringai saja, namun saat dia hendak menatap Yuuji lagi, dia yakin jika dirinya melihat satu orang lagi berbeda tempat dengan Kanie, seseorang dengan pakaian dan rambut gelap yang menghilang dibalik kegelapan. Souji berubah waspada.
"Lebih baik kita segera pergi."