Chereads / The Boss Who Marrying Enemy / Chapter 14 - Part 7B - You Can Be Our Brand Ambassador Next Year!

Chapter 14 - Part 7B - You Can Be Our Brand Ambassador Next Year!

"Sepertinya mereka menyadari kita ya.." ucap Kanie sambil menggosok rambutnya, dari balik kegelapan Matsunaga keluar dan mendekati rekannya.

"Salahkan rambut ubanmu yang mencolok itu." timpalnya.

"Ini ciri khasku! Aku tidak bisa mengubahnya, kono yaro!"

"Hai. Hai.. Ayo kembali, ini sudah malam. Kita tidak mendapatkan apapun hari ini."

"Ha! Kau benar, kita justru menonton mereka berkencan. Sungguh menyedihkan!"

Matsunaga merangkul Kanie mengajaknya kembali ke mobil, "Untuk hari ini aku sependapat denganmu, kita memang menyedihkan! Bagaimana dengan ayam goreng dan sake, Hm?"

"Ide bagus."

***

Saat makan malam Shinji tidak melihat Yuuji ada di meja. Dia sedikit khawatir ketika 3 jam sudah berlalu dari jam makan malam tapi sampai saat itu juga dia tidak mendengar jika Yuuji sudah kembali.

Pria berambut senja itu keluar dari kamarnya, dia menoleh ke samping saat suara pintu bersamaan terbuka dengan miliknya. "Kau belum tidur, Hana?" dia bertanya seraya menghampiri gadis itu.

"Hm, aku sedikit kesulitan tidur. Shinji-nii daijoubu desu ka (baik-baik saja?)? Aku dengar kau keluar masuk kamar beberapa kali. Tidak enak badan?"

"Hm, sepertinya. Ku dengar kau akan kembali ke apartment setelah Yuuji menikah?"

"Ya. Aku hanya menemani Yuuji selama tinggal disini.. Aku juga harus kembali ke rumahku setelah Yuuji menikah."

"Begitu ya.." pria itu tersenyum hangat lalu mengusap kepala Hana, "kau istirahatlah.. aku kembali ke kamar dulu."

Hana menahan Shinji yang hendak kembali ke kamar, gadis itu menunduk sambil menarik ujung baju tidur pria itu. Dalam hati Hana mengutuk dirinya sendiri yang tanpa sadar menahan Shinji. Ah! Sudah terlanjur malu, sekalian saja.

"Ki-kisseu, Shinji-nii selalu mencium keningku dan Yuuji sebelum tidur, dulu." ucapnya sangat pelan. Gadis itu merapat umpatan pada dirinya sendiri karena mulut lancangnya itu. Dia tidak berani mendongak untuk melihat bagaimana reaksi Shinji. Kenapa pria itu diam saja.

Hana tersentak kaget saat merasakan Shinji mencium puncak kepalanya, "Jja! Oyasumi.." ucapnya dengan begitu lembut.

***

Yukigawa berada di depan mimbar ruang rapat yang hanya berisi empat orang termasuk dirinya. Pria itu menaikan kacamatanya kemudian berbicara sambil memegang pointer menunjuk hasil pencariannya di layar proyektor.

"Kami sudah menyelidiki pelaku tersebut dan mendapatkan datanya," layar berubah menjadi gambar 3 orang anggota Hanta Kyoukai. Satu gambar yang berhasil diambil dari cctv dan satunya foto formal berisi data diri mereka.

Kanie tampak terkejut saat mendapati gambar pria dengan eye patch terpasang dimatanya. Yukigawa melihatnya cukup paham, setelah dia mencari data ini itu, dia jadi mengetahui fakta jika Kanie pernah bergabung dalam organisasi mafia. "Dari data yang kami dapatkan, Murakami Souji merupakan keponakan dari Murakami Shouyo. Ada beberapa pengikut Shouyo yang bekerja padanya."

"Sensei ga?"

"Aku tau kau terkejut, tapi walaupun penerusnya masih ada bukan berarti kau kembali pada organisasimu lagi kan?" ucap Hyuga memperhatikan kegundahan Kanie dengan seksama.

"I-Ie, Guru sudah meninggal. Aku tidak berniat membangunnya kembali dengan siapapun." ucap Kanie berusaha yakin.

"Walaupun Mari dan Shinsuke ada dipihaknya?" ucap Hyuga sekali lagi.

Kanie mendongak menatap ketua timnya dengan kaget. "Mari, katamu?"

"Ya, mereka bersama Murakami Souji."

Kanie tanpa sadar menggebrak meja, tersadar jika dia bertindak diluar alam sadarnya. Kanie meminta ijin untuk beristirahat sejenak.

Mari menjadi musuhku? Jangan bercanda..

Kanie menenangkan pikirannya di atap kantor. Dia berdiri bersandar pada tiang pembatas dan mengeluarkan ponsel dari saku celananya. Dia menatap satu kontak yang ada di ponselnya. Berat rasanya menghubungi setelah satu tahun tidak ada kabar.

Tubuh pria itu merosot kebawah, dia menyandar kepalanya mendongak menatap langit yang terlihat cerah. Tidak ada kenangan yang bisa diingat ketika organisasinya bubar. Kejadiannya begitu cepat, setelah pimpinan mereka meninggal karena kecelakaan, organisasinya terpecah begitu saja tanpa ada yang berminat menggantikan kepemimpinannya dan akhirnya bubar.

"Haruskah aku menemuinya? aku ingin mengetahui apa alasannya.."

Kanie menatap kembali ponsel yang ada ditangannya dan dengan yakin dia menelpon orang yang ingin dia temui dalam waktu dekat ini, berharap jika gadis itu masih menggunakan nomor yang sama.

Pangilannnya terjawab setelah dia menunggu cukup lama, dari ujung ponselnya seorang wanita menjawab ragu.

"Ka.. nie?" Pria itu tampak kaget, senang, lega namun juga merasa sesak dihatinya saat bisa mendengar suara gadis itu.

"... Ah, Ma-ri?" suaranya berubah sedikit berat. "Mungkin ini tidak sopan bagimu. Bisakah, bisakah kita bertemu?"

***

Mari sudah berada di tempat yang sudah dijanjikan, disebuah cafe yang letaknya tidak jauh dari markasnya. Hati Kanie terasa berat saat masuk ke dalam cafe dan menemukan punggung gadis itu. Dia mempersiapkan hatinya dengan menghela nafas berat kemudian berjalan menujunya dengan santai dan tatapan yang sama.

"Maaf membuatmu menunggu."

Gadis berambut abu-abu itu tersenyum diplomatis dan menggeleng. "Aku juga baru datang. Duduklah, aku sudah memesankan minuman."

Kanie duduk dan menatap Mari, "Satu tahun sudah berlalu ya.. apa yang sekarang kau lakukan?"

"Hanya bekerja di sebuah perusahaan."

Pelayan datang dan membawakan minuman. Kanie menggangguk dan menggumamkan terimakasih sebelum pelayan itu pergi.

"Aku dengar kau bekerja di instansi pemerintah. Aku tidak tau kau bisa berdedikasi pada negara?" Mari mencoba mencairkan suasana dengar sedikit gurauan dan tawa, dia tidak nyaman dengan tatapan lekat Kanie padanya.

"Apakah boss-mu, Murakami Souji yang memberi tahu?" Mari mendongak menatap Kanie kaget senyumnya berangsur menghilang, dia hanya bisa mengalihkan tatapannya dengan sendu.

Ternyata setelah Mari bertemu Kanie tetap tidak bisa menahan diri, gadis itu tetap tidak mampu untuk berseberangan dengan pria dihadapannya. Walaupun berulang kali dia mengatakan jika Kanie tidak bisa menggoyahkannya. Namun, dia harus bagaimana? Dengan bertemu dengannya saja dia sudah cukup goyah. Dia tidak bisa menghindari perasaannya yang sudah lama ada.