Souji masih masuk ke kantor walaupun besok adalah hari pernikahannya, dia memang memiliki banyak pekerjaan karena mengurusi dua perusahaan sekaligus dan juga project pribadinya. Bahkan, Shinsuke sampai mengkhawatirkan kesehatan bosnya.
"Lebih baik anda beristirahat. Besok hari penting anda. Saya akan mengatur orang untuk membantu menghandle pekerjaan anda."
"Kau benar, aku memang harus istirahat." Souji memijat kening diantara alisnya. Dia menoleh pada Shinsuke. "Apakah Yamada sudah kembali?"
"Ya, dia sedang menuju kemari untuk memberi laporan."
Souji tampak tertawa kecil, "Bahkan Yamada bisa tertangkap. Bukankan itu menakjubkan?"
Tok! Tok!
"Masuk."
Yamada masuk dan membungkuk singkat, "Maaf atas kelalaian saya."
"Kali ini kumaafkan. Jangan sampai tertangkap lagi. Laporanmu?"
"Hai, terimakasih atas pengertiannya, Tuan. Nona Yuuji sedang menyelidiki sesuatu. Dia menangkap dua orang yang mengikutinya pagi ini."
"Dua orang?"
"Iya, saya dan satu lagi saya tidak mengenalnya. Tapi tampaknya Nona Yuuji mengenalnya. Dia tidak mengintrogasi ditempat namun di tempat terpisah."
"Apa yang dia tanyakan padamu?"
"Seorang pria." Yamada mengambil foto di balik saku jasnya. Foto yang berhasil dia curi. Souji
menerimanya dan cukup kaget melihat orang tersebut.
"Apakah anda mengenalnya?"
"Tidak, tapi aku pernah bertemu dengannya. …di Itali." Dahi Souji tampak mengerut. Ini aneh baginya. Tidak ada kabar apapun dari Timothy mengenai operasi di Jepang. Walaupun ada operasi tersembunyipun harus ada izin darinya. Dialah yang memimpin operasi.
Mungkinkah ada yang berkhianat?
"Apakah saya perlu mengkonfirmasinya?" Souji sontak tersadar dari lamunannya kemudian menoleh.
"Kirim orang untuk pantau situasinya. Lakukan tanpa membuat keributan."
"Hai."
"Dan juga.. aku ingin kau menempatkan orang untuk memantau Timothy. Ada sedikit kejanggalan dari laporan-laporannya. Dan juga, cari tau apakah ada kemungkinan dia memiliki pengikut-"
Shinsuke mengangguk dengan senyum sopan, "Saya paham apa yang anda inginkan. Saya akan menyiapkannya segera."
***
Seperti yang sudah ditentukan. Hari ini adalah hari pernikahan Yuuji dan Souji. Saat ini Yuuji sedang dibantu memakai gaun pengantinnya setelah beberapa jam dia duduk untuk merias wajah. Ada beberapa orang dari butik yang membantu dan juga ada Hana serta ibunya.
Keberadaan ibunya cukup membuat Yuuji menahan nafas karena amarah. Dia tidak bisa menahan amarah jika melihat ibunya. Namun, karena hari ini adalah hari yang cukup penting dia akan menahannya. Hanya untuk hari ini.
"Bisa kalian tinggakan aku bersama ibuku?" Hana langsung menatap Yuuji bingung. Dia menatap Yui yang tampak terkejut. Ada kecemasan di mata Hana namun dia tetap menuruti Yuuji. Mereka meninggalkan kedua orang yang serupa itu di dalam ruangan kamar Yuuji.
Yuuji menoleh menatap Yui dingin. "Aku tetap tidak bisa memaafkanmu." ucapnya lugas. Tidak berbelas kasih.
Yui tampak berkaca-kaca, dia ingin mengatakan sesuatu tapi selalu tertahan di bibirnya.
"Aku juga tidak memiliki rencana untuk berbaikan denganmu. Maka dari itu, setelah ini mari kita hidup saling mengabaikan." Yuuji mengangkat gaunnya kemudian meninggalkan Yui.
"Aku tau kau kecewa." Yuuji berhenti sejenak sebelum mencapai pintu. "Maaf.. maafkan aku. Tidak.. aku memang tidak pantas dimaafkan." ucap Yui sesak. Yuuji tetap tidak menoleh. Setelah merasa cukup mendengar dia membuka pintu dan menutupnya cukup keras.
Yuuji tersentak setelah menutup pintu. Di merasa ada seseorang disampingnya. Dia menoleh dan menemukan ayahnya berdiri disana menatapnya sedih. Gadis itu menatap kearah lain dan menggumam maaf kemudian meninggalkan tempat itu.
***
Yuuji berada diluar rumah, disana sudah ada Hana yang menunggu sambil membuka pintu menuju gereja tempat mereka melakukan pemberkatan. Gadis itu terdiam sejenak seperti ragu. Namun kemudian dia menaiki mobil itu dan membiarkan Hana duduk disebelahnya.
"Bagaimana dengan pers? Kau sudah melakukan pemerikasaan dengan hati-hati kan?" tanya Yuuji.
"Ya. Kami sudah mem-verifikasi setiap pers yang akan datang." Yuuji mengangguk dan menatap keluar jendela. "Orang-orang Murakami-sama sudah berjaga sejak kemarin."
"Hoo." Yuuji hanya menggumam enggan.
"Sepertinya mata-mata yang bunuh diri waktu itu bukan orang Murakami-sama. Maka dari itu mereka terlihat sedikit berhati-hati."
"Apakah Yu Xian Ao dan orangnya sudah tiba?"
"Meraka sudah menuju Gereja."
"Baiklah. Apakah ada info terbaru?"
Hana menganggguk, dia tampak serius membuka file yang ada di tabnya kemudian menyerahkannya pada Yuuji.
"Pagi ini, Xiao Long mengirimkan data ini. Ini adalah laporan yang diberikan dari Yu Long yang ada di Itali. Ada pergerakan aneh dari mafia lokal. Banyak mafia lokal yang membeli persenjataan dalam waktu yang hampir bersamaan. Setelah diselidiki, semua senjata itu berada di satu lokasi. Ada seseorang yang berada dibalik itu."
"Mungkinkah teroris?"
"Kemungkinan besar, ya. Kami masih mengintai dan belum mendapat laporan siapa yang mendalanginya."
Yuuji mengembalikan tab pada Hana dengan raut wajah suram, "Aku tunggu laporan selanjutnya."
***
"Apa katamu?!" Souji berbalik menatap Shinsuke dengan cukup tajam. "Bagaimana bisa kau melaporkannya sekarang!! Timothy sialan itu!!"
Souji saat ini sudah berada di gereja, memakai tuxedo dan mengatur rambutnya dengan rapih. Namun, laporan yang disampaikan Shinsuke membuat moodnya yang sedang baik karena akan menikah dan bisa menyimpan Yuuji di sisinya menjadi hancur. Nyaris saja dia mengacak tatanan rambutnya jika dia tidak menahan diri.
Shinsuke menunduk, "Maafkan saya. Ada sedikit masalah yang dialami oleh pembawa pesan. Orang yang saya atur untuk mengawasi pergerakan di Itali berhadapan dengan orang Yu Long."
"Yu Long? Siapa mereka? Dan apa yang mereka lakukan?"
"Mereka mafia asal China. Nampaknya sedang mengawasi pergerakan orang kita yang ada di Itali."
"Aku ingin tau siapa pimpinan Yu Long. Dan, apa yang para tikus liar itu rencanakan?" Wajah Souji menggelap, dia merasa marah karena pemberontakan yang mereka lakukan. Sepertinya mereka lupa siapa pemimpinnya. Berani sekali.
"Ada dua tim menuju kemari. Tim utama dikirim untuk.." Shinsuke ragu untuk melanjutkan, dia menatap Souji.
"Membunuhku?" sambung Souji dan dibalas anggukan oleh Shinsuke. "sisanya mungkin akan menghancurkan Lab Utama kita. Kau sudah menghubungi Prof. Mari?" Shinsuke mengangguk lagi.
"Aku akan menghubungi Ryu dan yang lain untuk membantu disini."
"Tidak. Biarkan mereka membantu Prof. Mari. Disini sudah cukup, tamu yang tidak diundang mungkin akan membantu." ucapnya sambil menyeringai. "Shinsuke-nii, Kumpulkan orangmu sebanyak mungkin di Itali. Aku tidak ingin tempat itu ada besok. Jangan lupa copy data penelitian mereka sebelum dihancurkan. Aku ingin tau apa yang mereka lakukan." lanjutnya dengan wajah menggelap.
"Hai."