Shinsuke sudah mengikat Timothy saat Souji datang melihat keadaan. Dia menatap sekilas kelima orang China yang berlalu begitu dia datang. Souji tersenyum tipis.
Pria itu mendekati Shinsuke yang berada dihadapan Timothy yang terikat dalam posisi berlutut. "Apakah orang yang dia bawa orang-orang kita?" Shinsuke menoleh dan mengangguk.
"Sebagian lainnya orang sewaan dari mafia lokal."
"Kalian berhasil menaklukanya dengan cepat. Kerja bagus!" pujinya. Dia melihat ada lima pria asing yang mengikat orang-orang yang sudah mereka taklukan. "Siapa mereka?"
"Tidak tau? Mereka datang bersama Nona Hana.."
"Hana?" Shinsuke mengangguk.
"Sekertaris Nona Yuuji dan Shinji-san membantu dan sepakat untuk tidak memanggil polisi untuk kenyamanan pelaksanaan pernikahan kalian. Saya tidak menyangka jika sekertaris Nona Yuuji sangat bagus dalam pertarungan." ucapnya.
"Bagaimana dengan tanggapan Shinji-san? Apakah dia mengatakan sesuatu? Dimana dia?"
"Dia di dalam. Hana-san sedang mengobatinya." Souji menggerang tertahan. Bagaimana dia menjelaskan situasi ini pada Shinji? Dia semestinya tidak suka kekacauan ini? Aku tidak ingin memiliki hubungan yang buruk dengan Kakak Yuuji!
Souji segera menuju gereja menghampiri Shinji. Selepas dia pergi, Matsunaga mendekati Shinsuke. Dia menunjukan tanda pengenal FBI.
Shinsuke terkejut sejenak, kemudian Matsunaga berkata. "Maaf kami datang tiba-tiba. Kebetulan kami sedang menyelidiki gerakan tidak wajar dari mafia luar negeri. Kami akan membawa mereka untuk diinterogasi." sebenarnya itu hanya kilahan Matsunaga, sebenarnya mereka sedang menyelidiki Souji.
"Ah Begitu.. bagaimana jika kami menahan mereka disini dan setelah rangkaian acara pernikahan tuan saya selesai anda bisa membawanya? Kami tidak ingin ada keributan. Ada banyak pers disini. Tolong mengerti kami.." Matsunaga mengangguk. Benar. Ini pernikahan dua perusahaan besar. Kalau keributan seperti ini menyebar, mungkin ada dampak yang didapatkan.
"Baiklah, saya mengerti. Maaf merepotkan anda untuk mengurus semua.."
Shinsuke tersenyum, "Tidak masalah. Saya hanya mengerjakan apa yang harus dikerjakan."
***
Disisi lain, Kanie berada satu mobil bersama satu orang dari kepolisian. Tiga orang yang lain berada dalam gedung untuk mengawasi.
Dia sedang mengintai di dalam mobil di basement dekat dengan lift khusus. Tidak lama menunggu, beberapa orang berseragam hitam muncul. Jika tidak salah menghitung ada 10 orang yang muncul dari lift.
Salah satu orang yang bersamanya memotret mereka. Kanie menoleh menatapnya yang duduk tepat disebelah Kanie. Orang yang mengemudikan mobil itu. Kerja bagus! Pujinya dalam hati. Dia biasanya lupa memotret jika misi pengintaian. Maka dari itu dia dipindahkan dari agen lapangan.
Mereka masuk kedalam dua mobil SUV hitam. Kanie dan rekannya mengikuti mereka. Pria dengan rambut pirang yang biasa dipanggil Kujou itu menghubungi temannya dengan alat komunikasi wireless.
"Apakah ada tanda-tanda keributan atau mungkin ada tindakan panik dari sekelompok orang?"
"Tidak ada. Sejauh ini aman."
"Oke, terus pantau disana. Aku akan mengikuti beberapa orang mencurigakan bersama Kanie-san."
Mobil yang dinaiki Kanie mulai melaju mengikuti dua mobil SUV hitam didepannya.
"Kanie!" ucap Matsunaga dari alat wirelessnya. "Bagaimana keadaan disana? Disini parah sekali! Hampir satu kompi pasukan mendatangi gereja tempat Murakami Souji menikah."
"Wah, pasti ribut sekali." komentarnya. Dia menatap kedepan yang mana terdapat dua SUV melaju dan mulai memasuki wilayah luar kota. Kemana mereka hendak pergi?
"Mungkinkah ini hanya pengalihan?" ucap pria disampingnya. "Mereka mengirimkan banyak orang disana dan mungkin mencoba melemahkan pertahanan tempat yang mereka tuju sekarang?" lanjutnya.
"Em, ma. Mungkin saja. Kita masih belum tau apa yang hendak mereka tuju."
"Seharusnya itu tempat penting! Mungkinkan itu brangkas emas milik Murakami Enterprise??" ucapnya semangat.
"Lalu, kalau kau tau tempatnya kau mau mencuri disana?" Kujou hanya tertawa jenaka sambil mengusap belakang kepalanya.
Mobil mereka berhenti saat dua SUV itu berbelok ke tempat yang tidak dilalui jalan. Antisipasi yang cukup tepat. Kujou memang cocok berada di divisi satu. Mungkin dia bisa dipromosikan lebih tinggi jika dia bosnya. Pikir Kanie.
Kanie memberi sinyal mata pada Kujou. Memutuskan untuk turun dan melihat apa yang ada di tempat yang sudah tidak dilalui jalan itu.
Pria itu sedikit melongok. Ada satu bangunan tua dibarat yang kira-kira 100 meter dari tempat mereka berdiri. Dia melihat ada sebaris orang berjumlah 6 orang yang seperti sudah menduga akan ada tamu dan menunggu diluar.
Ditengah barisan itu ada seorang wanita berjas lab berambut keperakan yang sedang melipat tangan di dada. Siluet yang dia kenali. Mungkin kah?
Kanie bersama Kujou mengendap-endap dan bersembunyi didekat pohon besar yang ada disana. Mereka berhasil mendekat dan melihat jelas siapa saja orang yang ada disana.
Benar! Itu Mari! Dia juga melihat pria ber-eye patch yang dia kenali sebagai Ryu. Walaupun sudah dekat, dia tidak bisa mendengar apa yang mereka debatkan.
Mari mundur saat mereka memutuskan memulai perkelahian dan membiarkan orangnya untuk menangani. Kujou tampak hendak menuju tempat perkelahian itu berlangsung. Namun Kanie menahan bajunya.
"Tetap disini."
"Tapi.."
"Kita tidak bisa ikut campur tanpa alasan dan bukti yang jelas. Mereka bukan orang yang mudah ditangkap. Kecuali kau ingin mati jika masih berkeras untuk mendekati mereka." Dia berbicara seperti itu. Tapi nyatanya dia juga menahan dirinya sendiri. Menggenggam tangannya kuat-kuat!
"Sialan!" umpatnya pelan. Dia melihat pertarungan cukup alot di sana. Maro yang tadinya hanya melihat ikut bertarung. Kanie memukul batang pohon dan menatap tajam kedepan. Kujou hanya memandang dengan bingung.
"Kujou.." gumamnya.
"Hai!"
"Maafkan aku, aku tidak ingin kau terlibat." Kujou memandangnya penuh tanda tanya dan kemudian pingsan karena Kanie memukul belakang kepalanya. Pria itu menempatkan Kujou duduk bersandar dan tidak terlihat, setelah itu menghampiri mereka.
Dugh! Kanie melayangkan tendangan pada pria yang sedang bertarung melawan Mari. Mari hanya menatap kaget. Tsuyoshi Ryu yang tak jauh dari sana juga terkejut atas kehadiran Kanie.
"Kanie!" Seru Mari.
Kanie tidak menjawab. Dia sedang berusaha melumpuhkan satu pria kekar yang menyerangnya. Mungkin dialah pemimpinya. Pukulannya keras dan menyakitkan.
Kanie menahan pukulan itu dengan kedua lengannya. Saat ada celah, dia berhasil memberi pukulan yang sangat keras pada dagu pria itu. Memberi pembalasan yang sama menyakitkannya.
Sepuluh orang sudah berhasil ditaklukan. Kanie masih memunggungi Mari. Tidak mengatakan apapun. Disisi lain. Wanita yang bernama Tachibana Tsuki mendekati Ryu dan bertanya mengenai identitas pria asing yang tiba-tiba membantu mereka. Ryu diam tidak menjawab. Tsuki bergelayut pada tangan Ryu memaksanya untuk menjawab. Tsunashi Yuu tidak memperdulikan apa yang dilakukan rekannya, dia sibuk mengikat orang-orang itu dibantu oleh dua orang dari team pengaman.
Dia melirik sekilas pada Kanie dan Mari. Dia kah orangnya?
"Kanie!" Mari memanggil lagi, tapi pria itu mengabaikannya dan berlalu. Kemudian, Ryu menghampiri Kanie dan menahan lengannya.
"Aniki! (kakak laki-laki!)" Kanie masih diam. Dia tidak mau menjawab. Sebenarnya dia ingin memeluk mereka berdua. Tapi dia tidak ingin terlibat, karena sudah pasti mereka adalah musuhnya. Orang yang sedang mereka selidiki adalah mereka. Jika orang lain, mereka sudah pasti akan dikejar dan ditangkap. Dia tidak sanggup menangkap mereka. Apalagi sampai membunuh jika surat perintah itu benar-benar diturunkan.
"Maaf. Aku harus pergi. Aku akan menganggap tidak pernah bertemu kalian disini." ucapnya meninggalkan mereka. Dia membawa Kujou ke mobil mereka dan tidak menoleh ke belakang lagi.
Ryu membuang muka dan menggenggam tangannya erat dengan wajah seperti hendak menangis. Setelah satu tahun akhirnya bisa bertemu dengan sosok yang dia kagumi semasa di organisasi dulu. Tapi sepertinya apa yang pernah dia dengar benar. Dia adalah musuhnya saat ini.
Mari menghela nafas berat dan menepuk bahu Ryu. Melihat Ryu seperti itu, dia juga merasa ingin menangis. Benar! Mereka musuh sekarang. Kemudian gadis itu masuk ke dalam gedung tua itu.