"Mom! Huuee.. Tian, Daddy!" anak perempuan yang bernama Xiao Nian itu menangis seolah mengadu pada ibunya jika kakaknya yang selisih 3 menit itu -Xiao Tian- sudah dipelukkan ayahnya.
Dengan ragu dan bergetar dia memasukan kembali ponselnya dan mematikan kendali jarak jauhnya. Dia menyerah. Dia tidak bisa melakukannya.
"Kau kenapa Hana?" Xiao Long yang pertama kali menyadari kegelisahan gadis itu.
"Tidak, aku hanya merasa sedikit mual. Aku akan pindah ke tempat duduk di depan."
***
Yuuji menanti-nanti panggilan dari informannya. Dia khawatir karna tidak ada info terbaru itu yang membuatnya cemas. Satu fakta yang dia tau adalah.. jika Yu Xian Ao membunuh paman Hana. Satu-satunya keluarga yang masih dia miliki.
Ponselnya berbunyi, dia langsung mengangkatnya. "Kenapa lama sekali?"
"Maaf, Akabane-sama sudah mengetahui keberadaan saya dan membuat saya tidak sadarkan diri."
"Jadi apa yang dia rencanakan?"
"Saya sudah menahan agen milik Akabane-sama, dia tidak menjelaskan detailnya. Dia hanya mengatakan jika dia diperintah menginstal program di server Berson dan memasang bom di pesawat pribadi Yu Xian Ao. Akabane-sama juga berada di pesawat itu."
"Sialan kau, Hana! Kau berencana ikut mati, hah?!" emosinya memuncak mendengar Hana berencana meledakan pesawat untuk balas dendamnya dan justru ingin mati bersamanya!! kau tidak bisa melakukannya kan, Hana?
"Kapan mereka akan lepas landas?"
"Sudah lepas landas satu jam yang lalu."
"Sialan!!" Yuuji tidak bisa memikirkan apapun sekarang. Dia berlari keluar kamarnya sambil menyambar jaket dan kunci mobilnya. Berlari secepat dia bisa, bahkan dia meningalkan makan malam dan keluarganya yang sudah menunggu dirinya.
Dia berjalan cepat dan mencoba memanggil siapapun yang dia bisa. Sial! Mereka tidak bisa menjawab panggilannya.
"Yuuji!" panggil ayahnya namun dia tidak mendengar dan justru makin mempercepat jalannya dan masuk ke dalam mobil membuat manuver tajam dan cepat membuat semua orang kaget.
"Shinji, kau kejar Yuuji dan cari tau apa yang sedang terjadi padanya. Akhir-akhir ini dia terlihat resah."
"Baiklah."
***
"Biarkan aku ke pusat kontrol." perintah Yuuji pada petugas bandara.
"Mari ikuti saya." ujar petugas tersebut agak merasa sungkan.
"Cepat! Ada banyak nyawa melayang jika terlambat." petugas itu makin ketar-ketir.
Dari jauh Shinji memperhatikan, "Dia panik sekali. Apa yang terjadi?"
Yuuji mendobrak ruang kendali dan meminta kapten menara pengendali untuk membuat panggilan darurat.
"Cepat! Atau semua orang disana bisa hangus karna ledakan." teriaknya lagi. Pria paruh baya itu tampak berkeringat gugup.
"Ba-baiklah."
"Panggilan kepada pesawat pribadi Yu-899 di sini menara kontrol Tokyo. Katakan bagaimana status
kalian?"
"Kami pesawat Yu-899 berada di ketinggian 3000 kaki dengan kecepatan menuju 300 knot akan mendarat kurang dari 30 menit."
'Dia tidak Akan meledakannya kan?' pikir Yuuji.
"Tolong hubungkan aku pada Yu Xian Ao!" Yuuji mengambil alih headset milik sang kapten.
"Xian Ao, ini aku."
"Yuuji, ada apa?"
"Bagaimana dengan Hana?"
"Dia baik-baik saja. Ada apa?"
"Dia tidak melakukan apapun yang mencurigakan?" tanyanya pelan.
"Kau tau?"
"Hm, soal balas dendamnya. Kau pasti sudah mengetahuinya."
"Iya, Xiao Long memberitahuku kejanggalan Hana dan setelah kuselidiki memang itu salahku. Tenanglah, tidak akan terjadi apapun."
"Tapi dia berencana akan meledakan pesawatnya." gumam Yuuji. "Aku tidak ingin dia berbuat senekat itu, bisakah.. bisakan kau buat dia tak sadarkan diri sampai kalian mendarat dengan aman supaya aku tenang?"
"Jika kau mengatakan itu, apa boleh buat? Hm, akan aku lakukan." gumam Yu Xian Ao.
"Terimakasih." gumam Yuuji sangat pelan kemudian dia jatuh terduduk saking lemasnya. Dia berkaca-kaca nyaris menangis.
"Ojou-sama, kau tidak apa-apa?" ucap petugas yang membawanya.
Yuuji mengangguk dia tidak sanggup menjawab, tubuhnya masih bergetar ketakutan. Dia tidak ingin sesuatu terjadi pada teman-temannya.
Shinji hanya menatap dari jauh dan mendengarnya, tentang Hana yang rela mati untuk melakukan balas dendam. Dalam hati dia iba terhadap adiknya dan ingin sekali untuk mendekat sekedar memeluk namun tetap saja terasa berat.
***
Souji menggoyangkan gelas tangkai berisi wine ditangannya, di sekelilingnya terdapat banyak wanita cantik yang menempel padanya. Malam ini dia berada di sebuah ruangan privat bar kelas atas ditemani wine dan wanita-wanita cantik.
Pintu terbuka, Shinsuke datang bersama wanita sexy bersamanya. Souji tersenyum lalu mengangkat winenya, menyapa wanita yang dibawa Shinsuke.
"Para gadis.. kalian bisa pergi sekarang." ucap Souji santai. Semua wanita yang menemani Souji meninggalkan ruangan dan menyisahkan mereka bertiga.
"Jadi ada berita apa, my lovely Prof. Mari?"
Wanita yang dipanggil professor tersebut menganguk dan mendekati Souji sambil membawa tablet-PCnya. Shinsuke ikut mendekati dan menyiapkan layar proyektor yang sudah disiapkan dan selalu ada di ruangan itu.
"Maaf mengganggu malam anda, Murakami-sama. Ada beberapa hal yang harus saya laporkan." Mari memberi gesture pada Shinsuke. Pria itu mengangguk dan menyalakan proyektor.
"Android masih dalam proses perakitan, saya masih belum bisa menjanjikan beta version akan selesai dalam waktu cepat karena ada beberapa masalah," Mari menggeser tampilan dan menunjukan tampilan gambar bergerak dari sebuah jantung dan beberapa keterangan disana.
"Dari percobaan terakhir, jantung buatan sudah berhasil merespon sistem dan mampu melakukan reset otomatis pada otot supaya dapat mengikuti perintah otak," Souji memperhatikan dengan fokus apa yang Mari jelaskan. "namun, saat kami melakukan percobaan daya tahan.. jantung tersebut hanya mampu bertahan kurang dari satu jam."
"Diagnosa awal?"
"Sistem pendingin belum bekerja optimal sehingga jantung kehilangan banyak energi."
"Baiklah. Aku menunggu laporan project otak buatan. Kau bisa pergi sekarang." Mari mengangguk lalu pergi dari ruangan tersebut, namun sebelum keluar Souji membuatnya berhenti.
"Apa tidak masalah kalau kau berpihak padaku?" Mari berbalik dan tersenyum diplomatis. "Bukan masalah besar. Aku tau kau punya tujuan yang baik. kita memang harus membuat pemerintahan yang baik. Kita harus mengganti era yang sudah bobrok ini."
"Demo, anata ni no danna.. dia berpihak pada pemerintahan." lanjutnya lagi membuat Mari terpaku sejenak namun kemudian dia tersenyum getir.
"Dia bukan suamiku. Jadi jangan terlalu banyak berfikir yang tidak perlu. Aku akan selalu dipihakmu. Orang bodoh itu tidak bisa menghentikan atau merubah pemikiranku. Jja.. aku pergi."
Souji mengangguk membiarkannya pergi. Dia melirik menatap Shinsuke. "Nee, bagaimana dengan Yuuji?"
"Belum lama dia pergi ke bandara?"
"Bandara?"
Shinsuke mengangguk, "Um, dia tiba-tiba berlari sepertinya dia memiliki permasalahan namun kami tidak bisa mendekat karena Shinji-san juga ada di sana. Tapi, satu yang bisa dipastikan yaitu itu berhubungan dengan teman chinanya. Yu Xian Ao dan rombongannya datang ke Jepang. Saya sudah mengkonfirmasi dengan melihat jadwal pendaratan pesawat pribadi."
"Baiklah, aku yakin dia bisa mengatasinya. Kau terus pantau gadis itu."
"Baik. Jadi, bagaimana dengan wanita yang kau minta siapkan malam ini?"
Souji tersenyum miring. "Bawa ketempatku."
"Hai."