Yuuji menggenggam tangan Hana erat yang tidur di atas ranjang kamar tamunya, dengan mata berlinang dia menoleh menatap Xiao Long.
"Terimakasih sudah membawanya. Maaf dia sudah melibatkanmu."
"Hm, tidak apa-apa. Sebenarnya kami sudah melakukan pencegahan jadi bukan masalah besar. Aku akan menyusul yang lain ke hotel." Yuuji mengangguk.
"Hati-hati."
Yuuji tetap menunggu Hana di dalam ruangan itu. "Bodoh." gumamnya dengan serak. "Siapa bilang kau boleh mati? Kau tidak bisa melakukannya tanpa ijinku. Baka!" lanjutnya pelan. "Kau tidak boleh mati. Hiks." Yuuji terisak. "hanya kau yang ada dipihakku. Jika kau pergi aku bagaimana? Hiks."
Shinji yang ada di balik pintu hanya mendengarkan tangisan adiknya, kemudian dia berbalik kembali kekamarnya saat ada pelayan yang mendekati kamar tersebut sambil membawa makanan dan susu untuk Yuuji.
Malamnya, Shinji kembali ke kamar itu. Dia melihat adiknya tertidur sambil duduk tidak tega membiarkannya pria itu mengangkat tubuh adiknya dan meletakannya di sebelah Hana. Merampatkan selimut dan mencium kening adiknya.
Shinji berjalan memutar dan bergantian duduk di samping Hana sambil menggenggam tangannya.
"Bodoh." gumamnya sambil mencium jemari gadis itu. "Kau juga masih memiliki diriku bagaimana kau berpikiran untuk pergi begitu saja?"
Mata Hana terbuka. "Shinji-nii?"
Shinji tersenyum hangat, "Hm, kau mau minum?" gadis itu mengangguk dan duduk bersandar pada pungung ranjang sambil memegang belakang lehernya. Dia merasa kesakitan karena Ao Tian memukul belakang lehernya.
Hana menerima air putih yang diberikan Shinji. Dia menunduk menatap gelas dipangkuannya. "Maaf membuatmu khawatir." gumamnya.
"Hm, jangan seperti itu lagi apapun alasannya. Kau membuatku khawatir."
"Maafkan aku. Aku menyesal." pria itu mengangguk lalu berpindah duduk di atas ranjang menghadap Hana. Dia mengusap rambut gadis itu dengan sayang lalu mengecup dahinya.
"Jangan buat aku khawatir lagi, Nee? apalagi Yuuji. Dia sangat mengandalkanmu. Istirahatlah." Hana tersenyum yang terlihat dipaksakan sambil mengangguk, lagi-lagi karena Yuuji. Sampai kapan kau akan menganggapku wanita bukan hanya sebagai teman adikmu?
"Nii-san juga harus istirahat. Aku baik-baik saja." tapi hatiku yang tidak baik-baik saja.
"Baiklah." sekali lagi Shinji mengusap rambutnya lalu pergi.
***
Matsunaga menguap sambil memasuki kantornya pagi ini, dari sudut matanya dia melihat Kanie yang sudah berada di meja kerjanya sambil mengetik sesuatu. Dia berjalan mundur dibelakang Kanie lalu melirik apa yang sedang rekannya kerjakan seserius itu.
"Tumben kau membuat laporan." ucapnya sambil duduk di meja yang berhadapan dengan pria uban itu.
"Aku harus melaporkannya segera sebelum aku lupa. Aku juga mengajukan berganti target. Kita akan berbagi tugas supaya lebih efisien." Kanie berbicara dengan nada serius tanpa mengalihkan matanya pada layar laptop. "Aku akan mengawasi Murakami Souji dari Murakami Enterprise dan kau akan mengawasi putri bungsu keluarga Huang."
"Murakami Souji? Aku belum pernah mendengar nama itu. Aku pikir Murakami Enterprise tidak termasuk kedalam daftar. Apalagi putri bungsunya."
"Kita salah sasaran. Pemilik IQ tinggi itu adalah si bungsu." Kanie berhenti mengetik lalu menatap Matsunaga serius. "Ada satu kondisi untukmu. Sebenarnya ini adalah salah satu syarat dari diberikan informasi mengenai siapa yang seharusnya kita targetkan ini. Dia meminta untuk melindungi si bungsu Huang."
"Kau ingin aku jadi bodyguard?!" Matsunaga berteriak kesal.
"Dia tidak perlu bodyguard sebenarnya, tapi pria itu bersikeras harus melindungi gadis itu. Jadi, selama pengintaian kau jaga dia dari jauh."
"Lalu, kenapa kau mengawasi Murakami Souji yang tidak ada kaitannya kau ingin bermalas-malasan saja, kan?!" tuding Matsunaga
"Informanku mengatakan jika Yuuji Huang mungkin akan membawaku pada siapa yang harus bertanggung jawab, dia mengatakan jika akhir-akhir ini gadis itu diintai namun begitu mereka di tangkap mereka bunuh diri. Ini cukup ekstrim jika dilakukan oleh mata-mata perusahaan lain. Jadi, aku ingin menyelidiki orang yang dekat dengan Yuuji Huang. Dan kudengar, dalam waktu satu bulan mereka akan menikah."
"Baiklah. Aku mengerti. Kau sudah melaporkannya pada ketua tim?"
Kanie menggeleng malas, "Aku belum melaporkannya. Dia belum terlihat selama dua hari." jawabnya malas.
Brakk!! tiba-tiba Hyuga datang dengan acak-acakan lalu menggebrak meja.
"Sialan kau Kanie!! mobilku mogok saat di tengah jalan menuju ke Villa!! sial! Kenapa juga di saat malam. Aku tidak bisa ke Villa ataupun kembali. Kau pasti sengaja kan!!"
Pffft!
Kanie menoleh malas dan menatapnya sekilas dan kembali mengetik sedangkan Matsunaga menahan tawanya begitu mendengar racauan Hyuga. Dia kepayahan menahan tawanya tapi karena sekarang Hyuga adalah atasannya dia harus menjaga sikap.
"Baguslah. Berarti doaku menjadi kenyataan." timpal Kanie dengan santai sambil mengetik.
"Kau!" Hyuga menunjuk Kanie dengan kesal.
"Kau ganti baju sekarang, Kaichou. Kita akan meeting sekarang." ucap Kanie sambil mencetak laporannya kemudian menepuk bahu Hyuga dengan kertas yang dia cetak -mengajak untuk segera ke ruang konferensi.
"Woy! Siapa bossnya disini?!" seru Hyuga.
"Hai.. Hai.. Ayo kaichou." ucap Matsunaga masih dengan kilas wajah yang masih merasa geli dengan nasib Hyuga.
"Oi, Omaera! Aku ini bosmu loh! Oi."
***
Yuuji menunggu Xian Ao teman-temannya. Dia sudah meminta anak-anak dan para wanita yang dibawa orang China itu menetap di hotel selama pertemuan mereka. Dia mengulurkan tangannya saat mereka sampai di lobi. Menyambut mereka dengan semestinya, karena kedatangan mereka semalam dia hiraukan karena kondisi Hana.
"Seharusnya aku menyambut kalian lebih baik dari ini."
Dari berbagai sudut muncul suara bisik-bisik mengenai kedatangan lima orang yang outstanding ini, jelas ketampanan mereka membuat pegawai wanita tertarik dan juga iri kepada Yuuji yang dapat mengenal pria se-keren mereka. Yuuji hanya melirik dan semuanya langsung diam. Dia mengajak tamunya ke dalam lift khusus.
"Pftt. Kau cukup ditakuti ternyata." ledek Xiao Long begitu pintu tertutup. Yuuji hanya membiarkannya dan memasukan ID card transparan dan fingerpint di tempat login di dekat panel lift.
"Keren." Celetuk Xiao Long. "menuju ruang rahasia di bawah tanah? Woah.. Han Yu Ge, Berson harus membuatnya."
"Aku tidak mau. Itu pemborosan." Jawab Han Yu, pria berambut biru yang menjabat CEO menggantikan Yu Xian Ao.
"Kalau begitu, aku akan pindah kemari!" jawab Xiao Long merajuk, dia memang yang paling muda di sini.
"Berhenti merengek bocah, kau sudah bukan anak-anak lagi." Xia Liu Wei menegurnya dengan nada serius membuat semua orang jadi canggung. Xiao Long terdiam dan Yuuji tersenyum kaku. Suasana buruk apa ini?
***
Pintu lift terbuka dan menampakan sebuah ruangan yang sangat luas dengan warna dominan berwarna putih. Di tengah ruangan ada ruangan khusus yang di kelilingi kaca. Sepertinya itu ruangan konferensinya. Di sekeliling ruangan itu ada banyak tempat santai dan beberapa ruangan.
"Tempatnya terlihat futuristik. Aku bisa bernafaskan disini? Ada di kedalaman berapa meter dari permukaan?" tanya Xiao Long penuh antusias. Dia terlihat seperti bocah yang baru menemukan mainan langka.
"Ayo masuk." Yuuji mengajak mereka untuk masuk kedalam ruang konferensi.
"Jadi, apa yang membawa kalian ke Jepang?" tanyanya langsung saat mereka sudah duduk.
"Apakah kau tidak merasa jika dirimu diawasi Interpol?" tanya Li Han Yu.
"Interpol?"
"Ya, kabar terbaru.. para pemilik IQ tertinggi diseluruh dunia sedang diawasi Interpol." Long Ye menambahkan.
"Tapi kenapa? Aku masih belum bisa memprediksi arah pembicaraan ini." Ucap Yuuji bingung.
"Interpol sedang digegerkan dengan berita para IQ tertinggi seluruh dunia beraliansi untuk menginvasi dunia." Ucap Yu Xian Ao setelahnya, "Dan, aku mendengar jika kau akan menikah dengan Murakami Souji."
"Bagaimana kalian bisa tahu?" Yuuji heran.
"Kami adalah mafia!!" ujar Xiao Long riang. Liu Wei melemparinya dengan tisu karena jengkel dengan sikap Xiao Long yang tidak tau kondisi.
"Seriuslah, bocah."
"Kakak ipar.. jangan terlalu jahat padaku." Xiao Long mulai mendrama.
"Siapa yang kau panggil kakak ipar?!" ucap Liu Wei masih jengkel.
"Kau tidak ingin menikah denganku?" timpal Long Ye dengan sedih membuat Liu Wei speechless.
"Berhenti mendrama, kalian bertiga." Ucap Li Han Yu sambil melempar gumpalan tisu diikuti Yu Xian Ao dan Yuuji dengan muka datar.
"Masalahnya," Yu Xian Ao kembali serius. "Calon suamimu, Murakami Souji. Kami curigai menjadi pendiri gerakan itu. Dan aku ingin kau menyelidikinya. Aku tidak ingin terus diawasi oleh Interpol. Perusahaan kita bisa terkena dampaknya."
"Jadi tujuan kita adalah, hanya meyakinkan Interpol jika tidak akan terjadi aliansi apapun untuk menginvasi dunia kan?" konfirmasi Yuuji.
"Benar, kami harap kau tidak keberatan harus memata-matai suamimu sendiri." Lanjut Han Yu.
"Calon." Koreksi Yuuji tidak terima.
"Dia tampan, pintar dan kaya. Wajar saja nona kasar kita ini bisa jatuh cinta padanya." Celetuk Xiao Long. "Jujur aku jadi patah hati." Pria berambut pirang itu memulai lagi dramanya.
"Demi tuhan, sejak kapan adikmu jadi drama queen seperti ini. Long Ye?" ucap Yuuji kesal. Long Ye hanya mengangkat bahu tak acuh. "Aku tekankan. Aku tidak jatuh cinta padanya. Ini hanya pernikahan bisnis."
"Senangnya, aku masih memiliki kesempatan." Ucap Xiao Long dengan gaya mendramanya lagi.
"Xiao Long!!"
"Ini sulit." Tiba-tiba Xian Ao berbicara membuat mereka diam. "berarti ada satu misi tambahan untukmu, Yuuji.. Buat dia jatuh cinta padamu."
"Apa?!" Yuuji berteriak, "Sejak kapan kau bermain menggunakan hati, Yu Xian Ao. Tidak. Aku tidak setuju."
"Tapi akan berbahaya jika dia bermain tanpa hati. Bisa saja dia menyakitimu. Dan aku tidak ingin keluargaku ada yang tersakiti. Aku sudah menganggapmu keluarga Yuuji.. Aku mohon, untuk tetap hidup selama misi ini berlangsung hingga akhir.
Yuuji tampak tersentuh, dia mengangguk dan bergumam ya.
"Kami berencana untuk pulang malam ini, kau tau- masalah yang ditimbulkan Hana harus segera diperbaiki." ucap Han Yu tiba-tiba. Yuuji menoleh dan menatapnya dengan rasa bersalah. Dia berdiri dan membungkuk kepada mereka.
"Aku minta maaf apa yang sudah Hana lakukan. Kumohon, jangan lakukan sesuatu terhadapnya. Dia hanya orangku yang satu-satunya kupunya. Aku akan bertanggung jawab."
Xian Ao yang berada didekatnya berdiri dan menyentuh kepalanya memintanya untuk berhenti. "Bukan masalah. Aku memang harus segera membayar dosa di masa lalu. Kau tidak perlu khawatir."
"Antarkan kami ke hotel. Kau belum berkenalan dengan benar pada yang lainnya, kan?"