Yu Xian Ao memasuki kamar hotel yang ia tinggali bersama istri dan anaknya setelah pertemuan singkat mereka di lobi hotel. "Mereka tidur?" Yiu Fei mengangguk. Sudah setengah hari rupanya, pantas saja anak-anak tertidur.
"Yuuji.. kalian terlihat sangat dekat? Kau punya banyak kenalan di Jepang, ya? Kemarin Hana, sekarang Yuuji." Yiu Fei bergumam sambil menepuk pelan paha anaknya yang tertidur.
"Cemburu, baobei?" Xian Ao menaikan alisnya jenaka.
"Um, sedikit." Aku Yiu Fei.
Yu Xian Ao mencium kening Yiu Fei gemas. "Kau manis sekali." Komentarnya. "Aku bertemu dengannya tidak lama setelah aku pindah ke China, Aku memang sempat tertarik, mereka berdua diakui oleh Xiao Long berarti mereka cukup kuat. Kalian pernah bertemu kan sebelumnya? Waktu pernikahan kita dan satu tahun yang lalu? Kenapa mempermasalahkannya sekarang?"
"Oh. Jadi kau suka dengan wanita yang kuat. Kenapa tidak berkencan saja dengannya dulu. Memang kenapa? Aku ingin mempermasalahkannya sekarang" Ucap Yiu Fei sedikit cemburu.
"Baobei, jangan merajuk. Kau juga cukup kuat untuk bermain denganku." Ucap Xian Ao menggoda. Yiu Fei? Dia merona hebat dan menyesal jika barusan dia merajuk. Jika sudah begini, dia sangat mudah untuk di goda. Sial.
Sedangkan di ruangan lain, Xia Ling langsung mendekati Han Yu dan melingkarkan tangannya di leher pria itu. "Sudah selesai urusannya?" tanya Xia Ling.
Han Yu mengangguk dan mencoba mencium Xia Ling, namun gadis itu menghindar dan membuat Han Yu bingung. "Sekarang siapa itu Hana? Yuuji? Apa dia kekasih Xian Ao lainnya?" tanya Xia Ling menyelidik.
Han Yu tertawa ringan, "Jujur saja, Xia Ling. Kau itu kekasihku atau Xian Ao?"
"Tentu saja, Kau!"
Pria itu gemas sekali dengan gadisnya, dia kembali mencoba mencium namun dihindari kembali. "Kau belum menjawab pertanyaanku."
"Begini, Xia Ling-ku.. harusnya kau bertanya apa hubunganku dengan Yuuji atau Hana. Bukannya Xian Ao. Aku yakin Yiu Fei juga akan menanyakannya." Jelasnya sambil memeluk pinggang Xia Ling erat.
"Tapi.. aku hanya masih belum percaya dengan Xian Ao. Aku tidak ingin dia menyakiti sahabatku lagi."
"Jadi kau tidak memikirkan kemungkinan jika aku akan berpaling?" tanya Han Yu menggoda.
"Jadi kau berniat berpaling?!" teriak Xia Ling sambil melepaskan tangannya dari leher Han Yu, namun pria itu masih menahan pinggangnya dan tidak berniat melepaskannya.
"Mungkin saja." Jawab Han Yu santai.
"Han Yu!!"
"Iya, Baobei?" jawab Han Yu kalem.
"Aku tidak akan membiarkanmu berpaling. Kau dengar? Aku akan benar-benar mengikatmu di rumahku jika kau berani melakukannya." Ucap Xia Ling marah.
"Tapi sepertinya," Han Yu melepaskan dasinya dengan satu tangan dan tangan yang lain masih menahan Xia Ling. "sebelum itu terjadi, aku yang mengikatmu di ranjang terlebih dahulu." Ucap Han Yu menggoda.
Lain dengan Liu Wei, dia tampak kewalahan dengan pria secerewet Long Ye mendadak diam.
"Kau serius marah denganku karena tadi?" tanya Liu Wei. "Aku hanya sedang jengkel dengan adikmu. Berhenti merajuk."
"Kau memang tidak berniat menjadi kakak ipar Xiao Long kan?"
"Long Ye.."
"Kita bicara kan besok di rumah. Aku lelah."
"Serius Long Ye?! Kau benar-benar marah padaku?" tanya Liu Wei tidak habis pikir.
"Selamat istirahat." Gumam Long Ye mengabaikan Liu Wei, berbalik memunggungi gadis itu dan menuju kasur.
"Ah, sial!" Liu Wei merasa kesal sendiri. "Kau harus melupakan ini, Long Ye!" gadis itu menarik Long Ye dan menciumnya kasar, kemudian berakhir dengan Liu Wei berada di atas Long Ye di atas ranjang.
***
Hana masih berdiam di kamar Yuuji dari pagi hingga sekarang memasuki waktu makan siang. Dia tidak mau keluar dari sana sejak pagi membuat orang-orang di mansion itu khawatir dengan apa yang sudah terjadi pada gadis itu.
"Hana, ini bibi. Bibi masuk ya.." tidak ada tanggapan. Nyonya Huang membuka pintu dan masuk perlahan. Dia menghela nafas sedih saat melihat Hana menekuk lutut sambil menatap jendela yang sudah terbuka.
"Kau ada masalah, nak?" Hana menoleh dan menatap Yui dengan tatapan hampa.
"Bibi.."
"Kau bisa bercerita jika kau mau." Yui dengan senyum keibuan dia duduk di hadapan Hana di atas ranjang sambil menggenggam tangan dingin gadis itu.
"Aku.. Aku.." Hana terlihat ragu menceritakannya karena sudah satu tahun ini Yuuji membenci Ibunya dengan alasan perselingkuhan. Walaupun terlihat tidak mungkin jika wanita dengan gesture anggun dan keibuan ini akan melalaikan keluarganya, tapi atas nama keloyalitasannya dia akan mempercayai apa yang di katakan Yuuji walaupun bohong sekalipun. Dia percaya pada sahabatnya. Tidak. Dia harus mempercayai bossnya.
"Aku tidak apa-apa bibi!" Hana berbicara ceria dengan wajah pucatnya.
"Sungguh? Kau terlihat pucat."
Hana mengangguk, "Malu untuk aku akui, sepertinya aku mabuk perjalanan." ucapnya dengan senyum menenangkan.
"Syukurlah jika bukan masalah serius. Yuuji terlihat panik sekali saat menjemputmu semalam. Aku akan buatkan puding buah supaya perutmu merasa nyaman."
"Terimakasih sudah mengkhawatirkan ku, bi.."
"Hn, sebentar lagi Yuuji kembali. Aku akan membuatkanmu puding."
***
Yuuji membuka pintu kamarnya yang kini masih ditempati Hana. Dia menghela nafasnya begitu melihat kondisinya yang terlihat seperti orang sakit ditambah dengan info dari pelayannya jika Hana tidak keluar kamar seharian.
"Hana, mau sampai kapan kau akan seperti ini. Kau harus ingat kau adalah orangku. Aku tidak pernah mengajarimu untuk tidak bertanggung jawab, bukan?"
Hana yang tadinya tidur menyamping kini menoleh saat mendengar suara Yuuji. "Yuuji.."
"Kau bangun dan bertanggungjawablah kepada keluargaku yang sudah kau buat khawatir." ucap Yuuji sambil berkacak pinggang. Percayalah, dia tidak sungguh-sungguh.
Hana duduk dan tampak berkaca-kaca lalu tersenyum tipis, "Yuuji.." Maaf dan terimakasih.
Yuuji tersenyum lebar. "Semuanya sudah menunggu di meja makan. Aku sudah meminta pelayan membuat makanan kesukaanmu looh.. kau suka dengan tempura, kan?" Hana berdiri dan meraih tangan Yuuji sambil mengagguk.
"Bukannya kau tidak suka makanan itu ada di meja makan? Kau kan tidak suka bau tepung goreng.." ucap Hana seperti bergumam sambil keluar kamar.
"Itu tidak penting! Kau harus makan yang banyak. Kau terlihat kurus sekali setelah dari China selama seminggu. Jangan-jangan koki hotel disana tidak memberimu makanan bergizi? Apa aku harus mengajukan keluhan?"
Hana terkekeh, "Kau cerewet sekali. Sepertinya hari ini kita tertukar." gumamnya.
"Nah, kau sudah tau kan? Maka dari itu kau harus kembali seperti semula dan melakukan peranmu. Cerewet itu bukan gayaku, kau tau-" ucap Yuuji sambil tersenyum dengan gaya seperti biasa -kalem, walau kadang dia bisa meledak-ledak.
***
"Oh, Hana-chan.. kau bergabung."
Hana membungkuk sekilas, "Maaf sudah membuat kalian semua khawatir."
"Tidak masalah, Nak.. Kau keluarga ini juga, wajar jika kami khawatir." sekarang Yui yang angkat bicara setelah suaminya. "Ayo duduk."
"Kau sudah merasa lebih baik?" tanya Shinji.
"Hm, terimakasih."
Mereka menyantap makan malam dengan tenang dan santai. Kadang Yui bertanya sesuatu pada Hana dan dijawab dengan sopan olehnya dan berkali-kali mencoba mengajak Yuuji berbicara walau hasilnya sama.
"Mengenai pernikahan.." suasana dimeja makan mendadak dingin saat membahas pembicaraan itu. "akan lebih baik dipercepat." Setelah ucapan Li Zheng tersebut, meja makan terdengar mulai berisik.
Yuuji menjatuhkan garpunya, menatap sang ayah tajam. "Aku memang tidak begitu menyukai ide ini, tapi ada beberapa orang yang melihatmu pergi ke hotel bersama Murakami Souji." Lanjutnya lagi, dan itu membuat Shinji terbatuk-batuk karena tersedak. Sejak kapan nama adiknya disandingkan dengan pria selain dirinya dan ditambah kata hotel. Mustahil.
"Aku tau apa yang kau pikirkan, Shinji." Gumam Yuuji dingin.
"Yah.. Aku sangsi.. kau mungkin memiliki indra keenam bukannya IQ tinggi." Ejek Shinji.
"Sebenarnya aku menjebak pria lain untuk tidur denganku, tapi yah.. justru aku yang terjebak oleh Murakami Souji. Mau bagaimana lagi?" jawab Yuuji santai.
Ayahnya tampak shock, "Tidur dengan seorang pria? Pria lain? Sejak kapan kau jadi anak nakal, baobei? Ayah tidak pernah mengajarkan hal buruk seperti itu!"
"Kau terlalu banyak menaruh harapan padaku, Ayah. Sepertinya seseorang mewariskan gennya padaku." Jawab Yuuji sambil menyeringai melirik ibunya yang mematung.
"Cukup Yuuji!" Shinji menggeram marah. "Kau tidak boleh seperti itu pada ibu, kau sudah keterlauan!"
Yuuji tertawa pelan, "Kapan aku bercerita tentang ibu? Aku tidak pernah membicarakan sesuatu yang menyangkut ibu sejak tadi." Yuuji tampak santai. Dia menyudahi makannya, dan mengajak Hana yang diam saja kembali ke kamar.
Menyisakan ayahnya yang menghela nafas berat, Shinji yang memukul meja makan sambil menggeram, dan ibunya yang menahan tangis. Tidak menyangka jika tinggal dirumah tidak terlalu buruk juga. Pikirnya.
Hana menahan lengan Yuuji saat hendak masuk kamar, "Itu tidak baik, Yuuji.." Yuuji menoleh dengan senyum sedih.
"Aku tau."