Yuuji tampak datar menghadap jendela dari dalam kereta cepat yang dia dan Hana tumpangi saking cepatnya dia tidak bisa menikmati pemandangan daerah pegunungan yang jarang dia lihat. Karena memang, Tokyo bukanlah daerah pegunungan melainkan daerah yang dekat dengan laut.
"Hee.. jangan bilang kau sudah rindu Murakami-san." goda Hana.
"Jangan bercanda." jawabnya datar.
Hana tampak cemberut setelah gagal menggoda Yuuji, dia membuka ponselnya mencari berita terbaru yang mungkin bisa berguna.
"Eh, aneh sekali." komentarnya pada salah berita yang sedang hangat di sosial media gumamannya itu membuat Yuuji mengalihkan atensinya padanya. "Um, etto.. disini sedang ribut mengenai serangan acak."
"Serangan acak?" Yuuji tampak tertarik dan bergerak mendekati Hana.
"Um, orang yang diserang cukup terkenal. Kebanyakan mereka pegawai pemerintahan, dosen dan pengusaha."
"Eeh.." Yuuji tampak tertarik dengan kasus tersebut. Sekali-kali bermain ala detective bukan masalah bukan?
"Mereka semua mati?" tanyanya.
Hana menggeleng, "Pertama tidak ada yang menyadarinya, tapi karena ada yang merasakan hal yang sama seperti kasus serangan seperti di China akhirnya mereka melapor. Sejauh ini ada tiga orang yang menjadi korban di Tokyo."
"Kasusnya dimulai dari China? Menarik sekali. Jadi, bagaimana mereka diserang?"
"Dari ungkapan korban, dia hanya dibuat pingsan di basement dan paginya dia sudah ada dimobil. Anehnya tidak ada yang hilang dan tanda-tanda tindakan kekerasan lain ataupun asusila. Namun, setelah di-visum ditemukan bekas luka jarum suntik dilengannya."
"Hampir semua korban?"
"Hm, semua!"
"Kau tau apa kesamaan dari korban?"
"Tunggu.. biar aku ingat kembali. Sepertinya aku pernah melihat mereka.. Ho! Aku tau mereka. Beberapa kali mereka terlihat mendatangi asosiasi IQ tinggi."
"Jadi, IQ tinggi ya.. cari tau juga apakah di China juga memiliki kesamaan?"
"Oke." Hana hendak mengambil laptopnya, namun kemudian dia menoleh menatap Yuuji. Gadis yang ditatap hanya menaikan alisnya bingung. "Kau tau.. aku hanya membawa perangkat biasa." ucapnya menjeda, dia tersenyum kaku sambil menggaruk pipinya. "Bukankah lebih baik jika kau saja yang mencarinya di perangkatmu yang canggih itu?" ucapnya pelan. Dia mencoba berhati-hati memilih kata yang pas supaya dia tidak bersikap memerintah.
Yuuji menghembusakan nafasnya, kemudian mengambil perangkat komputer yang tersimpan dalam koper khusus. "Baiklah, kita akan bermain menjadi agen rahasia sekarang." ucapnya sedikit malas. Walaupun sebenarnya dia sedang antusias menyelidiki kasus. Apa lebih baik aku mengundurkan diri dan jadi agen ya?
Yuuji mengambil gambar-gambar korban dan mencocokannya pada database pemerintah yang berhasil dia masuki. "Pertahanan database China bagus juga." gumamnya merasa tertantang.
Tampilan pada setengah layar komputer Yuuji tampak hitam hanya kata-kata yang muncul terus menerus, sedangnya disisi lainnya menunjukan tulisan berwarna hijau dan gambar yang bergerak terus berganti dan berhenti ketiga gambar sesuai dengan gambar yang dicari.
"Oke, dari data yang kudapatkan.. mereka juga memiliki IQ yang tinggi diatas 120. Nah, sekarang.. kita pikirkan apa motif-"
Hana menyela, "Sha! sekarang kita pikirkan bekerja, sebentar lagi sampai Nona Huang.."
***
Kanie menguap panjang selama menunggu ketua timnya memasuki ruang rapat, dia tidak mendapatkan apapun ketika mengintai Souji kemarin. Sekarang, mereka berkumpul untuk membahas kejadian yang baru-baru ini terjadi dan menunda misi pengintaian mereka.
"Yosh! Minna.." Hyuga bertepuk tangan meminta perhatian, dia datang bersama seseorang yang belum dikenal. "karena tidak ada agen lapangan yang tersisa di markas.. kita tunda misi pengintaian dan memprioritaskan kasus yang baru-baru ini membuat cemas publik. Kita akan bekerjasama dengan polisi setempat karena jumlah kita yang terbatas."
"Kau benar, melakukan misi bertiga pasti merepotkan." ucap Matsunaga datar.
"Ano.. sebenarnya empat orang." gumam orang disebelah Hyuga. Pria berkacamata yang tampak lugu dengan nama Yukigawa Hoshi tercetak di ID Cardnya.
"Ada benarnya juga.. mereka sedang sibuk mengamankan jalannya pemilihan umum, mengejar bandar narkoba, sindikat perdagangan manusia, etto.. apalagi ya? Ma! Akhirnya hanya kita yang tersisa sekarang." ucap Kanie dengan malas.
"Tumben kau banyak bicara, tukang tidur." cemooh Matsunaga dengan tampak tidak peduli.
"Hee.. kau ingin mengajakku bertengkar?" Kanie menelan cemoohan itu dengan amarah.
"Hoo.. bukan masalah besar." Matsunaga ikut tersulut, sedang pria berkacamata disamping Hyuga tersenyum bingung melihat tingkah mereka.
"Ah!" teriak Hyuga keras sambil menarik kerah Yukigawa supaya mereka berdua mengalihkan pandangannya pada pria berkacamata yang tampak meringis kesakitan. "Kita dapat bantuan dari ketua." ucapnya sambil melepaskan tangannya dari kerah belakang Yukigawa tiba-tiba membuat pria yang menjadi korban itu nyaris terjungkal.
"Memang apa yang bisa dilakukan cherry boy itu?" tanya Kanie malas.
"Dia terlihat seperti kacamata berjalan." ucap Matsunaga menyetujui pertanyaan Kanie.
"Dia adalah salah satu staff bagian informasi dan komunikasi FBI. Protokol komunikasi akan ditanggungjawabi olehnya. Dia akan memantau kita lewat satelit."
"Baiklah, setidaknya dia berguna." ucap Kanie sekenanya. Yukigawa tampak canggung dibuatnya.
"Oke!" Hyuga menepukan tangan lagi supaya semua perhatian tertumpu padanya. "Kau bisa duduk, Yukigawa-san."
"Hai."
"Seperti yang kita tau, ada laporan masuk mengenai penyerangan berantai," Hyuga menyalakan laser pointernya pada layar proyektor yang menayangkan denah peta dunia dan tanda beberapa titik. Awalnya mereka bergerak di wilayah dataran China, namun baru-baru ini mulai merambat masuk ke wilayah jepang. Karena ini bukan kasus penyerangan lokal maka kasus ini akan ditanggungjawabi oleh FBI. Nah, Yukigawa-san.. laporanmu."
"Seperti yang sudah dijelaskan, bagian informasi sudah mengkonfirmasi jika mereka yang menjadi korban adalah anggota asosiasi IQ tinggi di wilayahnya. Asosiasi yang mengumpulkan orang-orang berbakat dan ber IQ tinggi di wilayahnya. Luka yang mereka miliki juga sama, ada tanda-tanda bekas jarum suntik. Kemungkinan besar transfusi atau mengambil sample darah korban."
"Apa mungkin ini ada kaitannya dengan aliansi itu?"
"Mungkin saja," timpal Hyuga pada pertanyaan Matsunaga. "Kanie, Hiro.. kau punya laporan mengenai targetmu?"
"Tidak ada yang mencurigakan, selain sekertaris Yuuji yang bisa beladiri cukup baik." jelas Matsunaga.
"Aku mulai mencurigai Souji. Rumah pria itu seakan sulit ditembus. Keamanannya sangat ketat. Aku melihat banyak CCTV dan sensor gerak. Aah. Merepotkan. Aku tidak bisa melakukan apapun. Mustahil untuk disusupi. Kaichou.. berikan aku ijin untuk mengaskes data pribadi Murakami Souji."
"Yokai. Hiro.. kau akan bekerja sama dengan Yukigawa untuk mencari pelaku."
"Hai."
***
Ichijou menemui Huang Li Zheng, seperti biasa dia melaporkan setiap hal kepada mantan rekannya semenjak dia menjadi asisten pribadi Shinji. Tidak ada yang mengetahui hal tersebut, bahkan istrinya sekalipun.
"Bagaimana perkembangan informasi yang aku minta?" tanya Li Zheng pada Ichijou, dia tampak cemas di balik meja kerjanya. Dia mendongak menatap pria yang berdiri di depannya dengan raut yang sulit dijelaskan.
"Sejauh ini nona muda tidak dalam bahaya. Souji bersikap cukup baik. Maaf-" Ichijou tampak menjeda agar ragu melanjutkan. "Kami tidak bisa mencegah kejadian di hotel itu."
"SIALAN. Anak brengsek itu! Dia selalu memiliki cara menjebak putriku. Bagaimana dengan informasi lainnya?"
Ichijou mengeluarkan tiga buah foto dari balik jasnya, "Mereka kembali ke Jepang. Hanta Kyoukai* -asosiasi para pemburu- itu sudah memulai misi mereka. Penyerangan yang terjadi baru-baru ini adalah ulah mereka."
Pria berambut coklat gelap itu menunjukan satu persatu foto yang dia miliki di meja kerja Li Zheng. Pertama dia menunjukan gambar pria berambut hitam yang menggunakan eyepatch di mata kirinya.
"Dialah ketua timnya, Tsuyoshi Ryu. Kedua rekannya adalah wanita, Tachibana Tsuki dan Tsunashi Yuu. Kemampuan mereka masih belum diketahui, yang pasti.. mereka kuat. Souji tidak mungkin main-main dengan rencananya." Li Zheng menghela nafas khawatir. Dia khawatir bagaimana nasib putrinya. Dia juga menyesal mengapa menerima lamaran pria gila itu?
"Kau sudah mengetahui letak laboratorium pusat mereka?"
"Maaf, kami masih belum bisa melacaknya. Sistem keamanan mereka sangat ketat. Kami akan terus memperbaharui informasi dari Yu Long."
"Jangan biarkan mereka mengetahui hal ini."
"Hai."
***
"Oh! Ichijou-san.. kau disini?" ucap Yuuji yang baru saja tiba dari Osaka.
Pria paruh baya itu menggangguk, "Kudengar kau sedang melakukan pemantauan di Osaka.."
"Hm, Hana memaksaku melakukan banyak pekerjaan." keluhnya.
Ichijou terkekeh pelan, "Seharusnya calon pengantin baru tidak terlalu lelah." godanya. Yuuji tampak memberengut kesal. "Bukannya lusa kau akan menikah?"
"Karena pekerjaanku dibekukan minggu lalu, aku memiliki banyak pekerjaan. Hana bilang besok hari terakhirku bekerja. Ichijou-san makan malam sebentar lagi siap, kau ingin bergabung?"
"Aku masih memiliki pekerjaan. Mungkin lain kali, Ojou-san."
"Baiklah.. semoga kau kenyang dengan pekerjaanmu itu." Yuuji berjalan menjauh sambil melambaikan tangan. Ichijou terkekeh kembali mendengar ungkapan Yuuji.
Ichijou berpapasan dengan Hana yang berlari mengejar Yuuji, tak lama dia mendengar suara yang nyaring.
"Yuuji, kau tidak lupa besok kan?! Murakami-san akan mengajakmu fitting gaun besok." Ichijou hanya tersenyum dan pergi.
Yuuji menatap Hana kesal, "Aku tau. Apa kau tidak lelah bicara terus, HAH?"
Hana memberengut, "Hai. Hai."