Souji mengancingkan kemejanya dengan raut tidak puas di wajahnya. Ini sudah hari kedua dan wanita yang dipilihkan Shinsuke sangat membuatnya tidak puas. Justru dia terbayang-bayang dengan Yuuji saat dia melakukannya dan itu membuatnya frustasi. Sebelumnya dia baik-baik saja dengan semua wanita yang sesuai tipe yang biasa dia ajak tidur bersama. Dengan tubuh molek, dada besar dan pantat yang sintal seperti gitar spanyol jika dipadankan.
Namun, setelah melakukannya dengan Yuuji dia merasa tipe yang dia suka berubah. Dia menyukai semua raut yang dikeluarkan Yuuji saat mereka bercinta dan justru merasa jijik dengan ekspresi para wanita yang baru-baru ini dia tiduri.
Wajah merahnya, mata bulat dengan warna langit yang berkaca dan pemberontakan kecilnya sungguh membangkitnya jiwa sadisnya untuk melakukan eksperimen pada boneka hidup itu. Menurutnya, dari semua yang dia tiduri Yuuji lah yang menarik perhatiannya. Pertama dia masih perawan di usianya yang nyaris 23 tahun, kulitnya yang putih dan dingin seperti salju, bentuk tubuh yang cantik. Sangat proposional, wajar saja.. dia pasti sering melakukan latihan dan sparring.
Souji mengusap wajahnya. Apa ini, aku sedang menggilainya? Jangan bercanda.
"Murakami-samaaa.." suara menggoda yang dibuat-buat seperti desahan itu membuatnya merinding jijik. Lagi-lagi dia justru teringat desahan tertahan yang dibuat Yuuji dan itu membuatnya jengkel karena terus mengagumi gadis itu.
"Jangan sentuh! Menyingkirlah."
***
Hari ini Yuuji sudah mulai melakukan aktifitasnya. Beruntunglah, wakil direktur cukup melakukan pekerjaannya dengan baik sehingga tidak banyak berkas yang menumpuk kecuali berkas penting yang harus dia teliti dan tandatangani.
"Walaupun tugasmu tidak banyak tapi jadwalmu cukup padat." ucap Hana setelah menyusun jadwal untuk Yuuji selama seminggu ke depan. "karena dalam seminggu kita harus menyelesaikannya sebelum pernikahanmu minggu depan."
Yuuji memegang kepalanya yang pening. "Minggu depan ya.." ucapnya tampak frustasi. "Jadi apa jadwal hari ini?"
"Untuk hari ini adalah jadwal rutin kunjungan untuk menilik tiga hotel di distrik x, kita akan meninjau ketiga tempat itu hari ini karena besok kita akan menilik proyek ressort di Osaka."
"Jadi ketiganya langsung.." gumam Yuuji terlihat suram.
"Dan aku menerima undangan makam malam dari Murakami-sama." Yuuji makin terlihat suram.
"Aku jadi ingin dirumah saja.." gumamnya.
Kunjungan hotel terakhir berakhir pada pukul lima sore. Masih ada waktu sebelum makan malam, karena iba dengan Yuuji yang nampak kelelahan dia meminta sekertaris Souji utuk mengubah tempat di hotel yang sekarang Yuuji singgahi.
Yuuji merebahkan tubuhnya diatas ranjang. Dia terlihat sangat lelah dia juga tidak menyadari jika sebelum tertidur dia mengiyakan ucapan Hana.
"Baiklah," Hana segera melakukan panggilan pada manager hotel untuk menyiapkan makan malam untuk Yuuji dan sang tamu di dalam ruangannya.
Yuuji mengerjapkan matanya dan mengecek ponselnya, sudah jam 8 tapi kenapa Hana tidak membangunkannya? Apakah makan malamnya di batalkan?
Yuuji duduk di atas ranjang, begitu dia menoleh dia nyaris terpekik saat melihat seseorang disana. Sejak kapan?
"Kau sudah bangun?" tanya pria yang masih menatapnya lekat. Entah mengapa melihat gadis itu dengan messy hairnya, blouse yang sudah tidak rapih dan kancing atas yang tidak sengaja terbuka ditambah rok ketat yang tersingkap benar-benar penampakan indah.
"Sejak kapan kau disitu?'
"Sesuai dengan janji." berarti dia sudah disini selama satu jam? Dia tidak melakukan sesuatu kan?
"Makan malamnya sudah siap, aku baru saja menggantinya dengan yang baru." Yuuji tampak diam saja. "Kenapa? Aku tidak melakukan apapun padamu." gadis itu menghela nafas lega dan turun dari ranjang menghampiri Souji yang memakai setelan kemeja hitam hari ini.
Mereka terlihat begitu tenang menyantap makan malam tidak terlihat adanya percakapan di meja itu. Bahkan, mereka tidak berinisiatif untuk menghancurkan aura dingin ini.
"Aku sudah selesai. Aku akan kembali." Yuuji berdiri dan hendak pergi.
"Malam ini, aku ingin kau menemaniku." Gadis itu tampak menatapnya tajam.
"Kau fikir aku mau?!" ucapnya kesal. Souji tersenyum miring.
"Sudah pasti tidak." timpalnya santai. "Maka dari itu aku mengajukan taruhan."
"Taruhan?"
"Ya, jika kau bisa menahan godaanku selama sepuluh menit dan berhasil keluar dari pintu itu.. aku kan meminta pernikahan akan diundur tahun depan."
"Bagaimana jika dibatalkan?" tawar Yuuji.
Souji tersenyum miring, "Sayangnya tidak. Perjanjian pernikahan sudah ditandatangani tidak ada yang bisa membatalkannya. ... kecuali jika kau mati." Yuuji tampak merinding mendengarnya, bukan karena ucapannya saja tapi karena Souji berbicara dihadapannya dan sangat dekat seperti hendak menciumnya. Dia bisa mencium aroma yang menguar dari tubuh pria itu, aroma maskulinnya dan aroma wine yang samar dia cium membuatnya sedikit mabuk. Sedikit.
[ Dia sudah mulai menggodaku? Tidak ingin membuang waktu, hm? Aku tidak akan kalah dengan rayuanmu. ]
Yuuji terkesiap dan sempat tegang saat tiba-tiba tangan Souji menyentuh lehernya dan menyusupkan jari-jarinya di sela-sela rambut membuatnya tanpa sadar memejamkan sebelah matanya lalu pria itu perlahan menyisirnya kemudian mencium ujung rambut broken white Yuuji.
"Kau punya rambut yang indah." Yuuji diam saja dia hanya menghela nafas. Sial, dia sangat berbahaya.
"Kenapa Yuuji? Kau mulai menghela nafas berat." ucap Souji dengan suara beratnya di dekat telinganya. Nafas panas pria itu yang sangat dekat dengan lehernya membuatnya merinding. Yuuji memejamkan sebelah matanya lagi saat bibir pria itu sedikit menempel di telinganya. Dengan gerakan pelan dia menyusuri garis telinganya dan berakhir menempelkan bibirnya pada leher Yuuji.
"So-Souji! Kau ingin dihajar ya! Berhenti menggodaku." ucap gadis itu dengan berat.
"Masih lima menit tersisa. Kalau kau menghajarku sekarang berarti kau kalah karna sudah mengakui jika kau tergoda olehku."
"Sial!" umpat Yuuji yang mulai panas dingin. Pria itu menyeringai dan memberi ciuman ringan di seluruh leher gadis itu dengan gerakan sensual dan merembet sampai ke bawah di bagian yang terbuka dari blouse.
Yuuji mendesah tertahan seperti suara tercekik karena tidak mau Souji tau dirinya terlena oleh sentuhan pria itu. Lagi-lagi Dia menyeringai melihat tanda-tanda gadis itu mulai tergoda.
"Da-dame.. (ti-tidak)" gumam Yuuji dengan wajah mulai memerah, gadis itu mencengkram bahu Souji. Pria itu masih menciumi atas dadanya dan sesekali menjilatnya.
"Ugh!" Yuuji masih berusaha menahan desahannya saat tangan Souji masuk ke balik blousenya meraba punggungnya.
"Kau mulai berkeringat." gumam Souji di dekat telinganya. Wajah Yuuji makin memerah dan mulai lemas, dia tidak tau kapan dia bisa bertahan dengan posisi berdiri seperti ini.
Tak!
Pria itu melepas hook bra yang dipakai Yuuji membuat gadis itu sedikit kaget tapi tampak tidak kuasa melakukan pemberontakan. Souji menaikan bra yang di pakai Yuuji ke atas membuat puncak dada yang mulai mengeras tampak tercetak pada blouse yang di pakai Yuuji.
"Sebentar lagi aku yakin kau akan kalah," ucap Souji sambil menyentuh puncak itu dengan telunjuknya.
"Ti-tidak mungkin, huh.." ucap Yuuji bertentangan dengan tubuhnya yang mulai terangsang.
"Kau akan kalah jika mendesah."
"Aku tidak- Ah.." Souji mengulum dadanya di balik blouse Yuuji, membuat pertahanan gadis itu runtuh, dia mendesah dan mencengkram bahu Souji.
"Kau sudah kalah, Nona. Kau memang harus menemaniku malam ini."
"Sial." gumam Yuuji dengan wajah memerah.
Souji mencium bibir Yuuji dan menggiring gadis itu menuju ranjang. Gadis itu juga belum menunjukan pemberontakan setelah tau dirinya kalah. Dia justru berinisiatif balik menggoda Souji. Dia ingin pria itu juga kalah.
"Kau memang pendendam ya." gumam Souji saat Yuuji menyerang balik dirinya hingga mereka sudah di atas ranjang dengan Yuuji berada diatas Souji, menciumi leher pria itu. Dia membuka paksa dasi yang masih rapi dan melepas kancing teratas kemeja pria itu.
"Tapi tidak hari ini, kau bisa membalasnya lain kali." ucapnya sambil meraih dasi yang sudah lepas membalik posisi mereka dan mengikat tangan Yuuji keatas.
"Apa yang kau lakukan!" Yuuji tampak tidak terima dengan wajah merahnya.
Souji hanya menyeringai dan menyingkap blousenya keatas dan dadanya terlihat jelas. Pria itu memainkan kedua dada besar Yuuji membuat gadis itu menahan mulutnya kuat supaya tidak mendesah.
"Sampai kapan kau bisa menahannya?"
Souji mengulum puncak dada Yuuji dan salah satu tangannya sudah menyusup ke dalam rok dan mengusap kewanitaannya dari balik celana dalamnya.
"Mm." Yuuji bergerak tidak nyaman dan mulai merasakan getaran aneh di dalam tubuhnya.
Souji mengakhiri kulumannya dengan jilatan, lalu menatap wajah Yuuji sembari menurunkan celana dalam gadis itu tanpa melepas roknya, dia berencana melakukannya dengan pakaian kerja mereka. Ini pertama kalinya Souji berimajinasi dengan teman seksnya dan ingin mewujudkan imajinasinya tersebut setelah dia berimajinasi tentang apa yang harus dilakukannya terhadap tubuh gadis itu.
Souji memaksa Yuuji membuka mulutnya menahan telunjuk kirinya supaya mulut gadis itu terbuka. Dia menyelipkan jari tengahnya kedalam kewanitaan gadis itu membuatnya mau tidak mau dia mendesah karena mulutnya ditahan Souji.
"Hialan khau! Ah.." gumam Yuuji.
Souji terus menggerakkan jarinya dan menambah jumlah jarinya membuat Yuuji frustasi karena tidak bisa menahan desahannya.
"Kau sangat manis. Love.." Souji melepas jarinya di mulut dan di kewanitaan Yuuji. Dia menyingkap rok gadis itu keatas dan melepas celana dalam yang masih menggantung di kaki jenjang gadis itu.
"Apa yang kau lakukan?"
"Apalagi? Aku akan melakukannya padamu!"
Yuuji merintih saat pria itu memasukan pangkal pahanya yang sudah mengeras itu ke dalam kewanitaannya, membuat rasa nyeri, tidak nyaman dan perasaan yang membingungkan. Begitu pria itu mengerakanya semakin dalam, dia tidak bisa menahan desahannya menikmati perasaan yang meledak, berkedut dan juga hangat.
"Ah.. Si-alan, Ah.. Kau Souji oh.." Yuuji masih sempat mengumpat di sela desahannya.
"Aku tau kau menikmatinya kan.." Pria itu tampak berkeringat dan sedikit memerah. Dia memejamkan mata saat mencapai batasnya.
"Aah..!!" Yuuji mendesah keras saat dorongan sesuatu yang ingin meledak dibawah sana bersamaan dengan cairan hangat yang masuk ke dalam rahimnya.
Souji melepaskan kontak mereka mengelap kemaluannya dengan tisu yang ada di meja dan kembali memakai celananya lalu melepas dasi yang mengikat tangan Yuuji dan mencium kening gadis itu.
"Terimakasih, tadi itu sangat luar biasa."
"Jangan bercanda." gumam Yuuji dengan posisi duduk sambil mengusap pergelangan tangannya. "sudah pasti ratusan wanita pernah berada di ranjangmu kan."
"Kalau boleh jujur, kau wanita pertama yang ingin aku puaskan. Aku tidak pernah menyentuh mereka tapi mereka yang menyentuhku."
"Terimakasih atas kehormatannya." ucap Yuuji dengan nada mencemooh sambil merapikan pakaiannya dan masuk kedalam kamar mandi.
"Karena urusan kita sudah selesai, aku pulang sekarang." ucapnya setelah dari kamar mandi lalu mengambil tas tangannya yang berada di sofa.
"Lusa aku akan menjemputmu untuk memilih cincin dan gaun."
"Oke." Yuuji menjawab tanpa menoleh dan keluar dari kamar tersebut.
"Dia sangat menarik. Walau dengan godaan seperti itu.. dia sama sekali tidak merubah sikapnya padaku." jangan-jangan pesonaku mulai berkurang??