"Udah aku bilang, Lathifa gak ada!" Bentak Maya dengan suara ditinggikan.
"Aku tau kamu bohong! Kalau Lathifa gak disini dia dimana? Di sekolah gak ada!" Balas Juna tak kalah keras.
"Aku gak tau! Lathifa lagi kerja kelompok mungkin di rumah temannya! Mending kamu pergi sekarang! Buat apa kamu kembali lagi?!"
"Heh! Aku itu masih jadi suami kamu, yang sopan kalau ngomong!" Bentak Juna.
"Apa? Aku gak salah denger?! Kamu itu udah minta cerai ke aku 5 tahun lalu!! Dan kita udah sah bercerai!"
Perseteruan ini terus terjadi. Sampai akhirnya, seseorang masuk dengan mengucapkan salamnya. Suara itu mampu membuat Maya dan Juna berhenti berdebat.
"Assalamu'alaikum Buk.." Sapa Althaf dengan suara khasnya.
"Eh? Wa'alaikumsalam Nak.. Ada apa?" Maya langsung berjalan mendekat ke Althaf.
"Mau beli kue yang seperti biasa Buk.. Untuk Syifa.." Jawab Althaf sambil tersenyum manis.
"Ohhh jadi ini pengganti aku? Masih muda.. Pantes kamu mau aku ceraikan.."
Juna bangkit dan berdiri di hadapan Althaf. Tubuh tinggi Althaf membuat Juna sedikit mendongakkan wajahnya. Menatap Althaf dengan amarah yang memuncak.
"Diem kamu! Nak Althaf gak ada hubungannya sama kamu!"
"Buk.. Ada apa?" Tanya Althaf bingung.
"Gak ada ap-"
"Saya mantan suaminya. Saya kesini ingin mengambil Lathifa darinya."
Althaf menaikkan alisnya. Dengan senyumnya yang ia kembangkan, ia bertanya, "Maaf saya lancang, apa hubungan anda dengan Lathifa?"
"Saya Pakdenya. Kan sudah saya bilang saya mantan suaminya. Berarti saya pakde Lathifa.."
"Maksud saya bukan itu, maksud saya adalah, Ada hubungan darahkah anda dengan Lathifa?"
Juna menatap Maya dengan tatapan yang tidak bisa diartikan. Maya sendiri sedang mengalihkan pandangannya. Malas menatap Juna lama-lama.
"Jawab Saya Pak Juna.." Tegas Althaf. Memperlihatkan tatapan tajam dan suara khasnya yang masih terdengar santai.
"Tidak ada. Dia anak dari kakaknya Maya." Jawab Juna sambil membalas tatapan Althaf.
"Kalau begitu anda tidak bisa mengambil Lathifa. Karena faktanya adalah, anda mantan suami Buk Maya dan anda tidak punya hubungan apapun dengan Lathifa."
Juna melotot mendengar kalimat demi kalimat yang terucap dari mulut Althaf. Dengan nafas memburu menahan amarah, Juna melewati Althaf dengan menabrak bahu Althaf. Sebelum benar-benar pergi, Juna kembali bersuara,
"Jika saya benar-benar mendapatkan Lathifa, akan saya bawa dia dan saya akan merusakkannya! Camkan itu!"
Althaf menghembuskan nafasnya kasar. Dan Maya, ia merasa hidupnya kembali tak tenang. Ucapan Juna tidak bisa dianggap bercanda. Juna itu sudah gila, ia pasti akan melakukannya.
"Saya akan memasukkannya kembali ke pesantren.. Sepertinya Lathifa aman disana.." Gumam Maya yang didengar oleh Althaf.
"Tidak usah Buk.. Lathifa sudah nyaman di sini, jangan buat dia sendirian lagi.."
Maya hanya mengangguk. Membenarkan ucapan Althaf. Tetapi bagaimana dengan Juna.
"Tetapi Juna gak akan main-main soal ucapannya Nak.. Ibuk takut.."
Althaf tersenyum. Lalu mulutnya terbuka ingin mengatakan sesuatu, "Selama Ibu menganggap kami keluarga Ibu.. Insyaallah kami akan melindungi Lathifa sebisa kami Buk.."
"Bagaimana kalau Juna menggunakan cara kasar atau sebagainya Nak?? Dan itu dilakukan di sekolah? Tidak akan ada yang menolongnya..." Tanya Maya yang masih sangat takut.
"Sementara waktu, Ibu sama Lathifa tinggal di rumah saya dulu. Toko ini buka saat Ibu dan Azrina yang menjaga. Pulangnya jam 4 sore. Saya akan jemput kalian disini. Dan soal Lathifa di sekolah, anak saya yang paling sulung adalah pemegang sabuk hitam taekwondo Buk.. Jadi saya rasa dia bisa melindungi Lathifa.." Jawab Althaf dengan senyum manisnya. Mengingat saat dulu ia memasukkan Arsyad ke gedung olahraga beladiri saat malam hari sejak kelas 4 SD.
"Ini Nak kuenya... Semoga Lathifa baik-baik saja.."
Althaf menerima kue itu dan menaruhnya di mobil. Bersandar di pintu mobil, lalu mengeluarkan sebuah benda pipih yang ada di saku celananya. Mengetikkan nomor Azrina dengan cepat.
"Assalmu'alaikum Mas.."
"Wa'alaikumsalam.. Lathifa disana?" Tanya Althaf kepo.
"Iyaa Lathifa disini.. Lathifa bantuin Azfa masakkk," Jawab Azrina dengan nada yang sangat bahagia.
"Kalau Lathifa tinggal dirumah kita kamu suka? Sama Buk Maya juga.." Ucap Althaf hati-hati.
"Gak.. Azfa gak suka.."
"Kenapa gak suka?"
"Gak suka becandaan Mas ahhhh! Kalau serius baru suka.." Jelas Azrina sambil cengengesan.
"Astagfirullah.. Mas bawa nih yaa, Bu Mayanya.."
"Iyaa bawa.. Tinggal disini sampai akhir hayat kan Mas?"
"Ya engga lah.. Itu mah keputusan Buk Maya sama Lathifanya.."
Selesai telfonan, Althaf kembali masuk ke dalam toko. Dengan pelan, Althaf menarik pintu ruko agar tertutup. Maya yang bingung langsung mendekati Althaf.
"Nak Althaf ngapain?" Tanya Maya sambil menahan pintu yang ingin ditutup rapat oleh Althaf.
"Mau ditutup Buk.. Ibuk beresin barang pakaian ya.. Ibu sama Lathifa sekarang tinggal di rumah Althaf sama Azfa.." Jawab Althaf dengan senyumnya.
Maya yang ingin protes langsung dipotong oleh perkataan Althaf yang membuat Maya langsung menutup mulutnya rapat.
"Azfa udah seneng banget loh ibu mau tinggal sama kami Buk.."
Maya memang sudah menyayangi Azrina seperti menyayangi anaknya sendiri. Dengan sigap, Maya ke kamar dan memasukkan pakaiannya di koper, bersama pakaian Lathifa dengan asal. Kebetulan besok hari minggu, jadi Maya bisa menyetrika ulang pakaian itu.
"Sudah.."
Althaf mengangguk dan membantu Maya mengangkat koper ke mobil. Lalu Maya masuk ke dalam mobil Althaf, membiarkan Althaf mengunci pintu toko dulu.
'Sungguh baik ciptaanmu yang satu ini wahai Allah.. Dengan kerendahan hatinya, ia membantu sesama dengan sepenuh hati. Terima kasih Ya Allah..' Batin Maya.
Mobil Althaf mulai melaju ke arah rumahnya. Hanya memakan waktu singkat, mereka sudah sampai di rumah Althaf. Dengan perlahan, Maya masuk duluan ke rumah dengan mengucapkan salam.
"Assalamu'alaikum.."
"Wa'alaikumsalammmm Budeeee..." Balas Azfa dan Irsyad dengan senyum khas mereka.
"Kompak sekali..." Puji Maya dengan kekehan kecil yang keluar dari bibirnya.
"Ummi daritadi heboh soalnya.. Kata Ummi Bude mau tinggal disini.. Makanya Ummi sama Irsyad sambut Bude.. hehehe.."
"Lathifa dimana Yang?" Tanya Althaf tiba-tiba.
"Lagi main sama Syifa, sama Arsyad juga.." jawab Azrina dengan mengedipkan mataya.
Sedetik kemudian, Althaf dan Azrina bertos ria. Membuat Irsyad ketawa dan Maya yang hanya bisa tersenyum, karena tidak tau apa-apa.
*******************