Sejak kejadian di bazaar, Lathifa dan Arsyad lebih sering diam. Memilih untuk menjauh satu sama lainnya.
"Kalian kenapa, sih?" Tanya Nisa akhirnya saat memperhatikan Lathifa dan Arsyad yang biasanya saling melempar senyum saat jumpa kali ini memilih untuk saling melempar tatapan pengalihan.
"Apanya?" Tanya Lathifa saat dirinya merasa ditatap oleh Nisa dan Fatimah.
"Lo sama kak Arsyad lo, itu." Jawab Nisa sambil memutar bola matanya malas.
"Emangnya kenapa? Biasa-biasa aja kan?" Tanya Lathifa dengan nada yang terdengar sedikit gugup.
"Jujur aja kali Laa.. Gue sama Nisa tau perubahan yang terjadi antara lo sama kak Arsyad.." Sahut Fatimah gemas dengan pertanyaan Lathifa daritadi.
"Masih mau bohong?" Tanya Nisa kali ini.
"Emang gak kenapa-kenapa kok.." Jawab Lathifa sambil menundukkan pandangannya sambil meremas tangannya kuat. Pertanda dari seorang Lathifa jika sedang berbohong.
"Jangan bohong ishhh...!" Gemas Nisa sambil mencubit pipi Lathifa.
"Seriuss ihhh.."
Kali ini Fatimah dan Nisa menyerah pada Lathifa. Lathifa sendiri hanya diam dan meminum air putih dari botol tupperware yang sejak tadi sudah ada di genggamannya.
"Oh iya. Aku mau ke perpus dulu deh. Mau cari buku cerita lagi.." Pamit Lathifa.
Lathifa berdiri dan melangkahkan kakinya menuju perpustakaan. Sebelum dirinya sampai ke kelas, dirinya telah di berhentikan oleh seseorang yang sama sekali tak dikenalnya.
"Ehh jilbab besar!" Serunya sambil menahan tangan Lathifa.
Lathifa membulatkan matanya sambil menatap takut wanita di depannya. Tangannya digenggam dengan sangat erat membuatnya merinding ketakutan.
"Ya?" Tanya Lathifa dengan suara pelan.
"Pinjam jilbab lo dong," Pintanya dengan nada santai.
"Eh?" Tanya Lathifa dengan nada kaget sekaligus bingung.
"Iyaa jilbab lo.. Pinjem ya.." Ucapnya sambil berusaha melepas jilbab Lathifa.
"E-ehhh jangan kak.. Jangan di lepas.." balas Lathifa sambil menahan tangan cewek itu.
"Kalau takut jilbab lo gk dikembaliin.. Datengin aja di kelas XII IPA 3 nama gue Sarah Chairunnisa. Nanti pasti semuanya tau kok.."
"Bukan itu masalahnya.. Nanti aurat saya nampak kak.. Tolong jangan giniii..." rengek Lathifa sambil menahan jilbab di kepalanya.
"Kan lo udah pake anak jilbab.. Gue pinjem bentaran doang.."
"Walau udah makai anak jilbab, bukan berati aurat saya sudah tertutup kak.. Satu helai rambut saja itu sudah termasuk aurat.. Kalau terlihat orang lain, maka saya akan berdosa.. Dan ayah saya akan masuk neraka.."
"Gak usah ceramahhh.. Gue gak suka!" Bentak Sarah yang masih tetap posisinya mencari celah agar jilbab ini terlepas.
"Kak jangann..."
Air mata Lathifa mulai menetes. Karena jilbabnya yang sudah berantakan dan ikatannya yang sudah terlepas. Membuat surai hitam lurus nan lembat itu tergerai.
"SARAH!" Seru seseorang membuat Sarah menghentikan aksinya.
"Hiks.."
Lathifa menangis sambil membetulkan ikatannya dan menutupinya dengan jilbabnya yang telah terlepas. Membuat auratnya kembali tertutup walau tak sempurna.
"Ini-ini gak seperti yang kamu liat.." Ucap Sarah sambil menyembunyikan tangannya.
"Apanya yang gak seperti saya liat? Kamu mau bohong!" Bentak Irsyad dengan menahan amarahnya.
"Lagian aku kan cuma mau minjem bentar.. Gak lama.." Balas Sarah yang menatap ke Lathifa.
"Ini anak jilbabnya.. Saya anter ke toilet. Kamu jalan duluan saya di belakang.. Irsyad tolong urus wanita ini.." Titah Arsyad.
Irsyad menganggukkan kepalanya setuju. Dan dengan langkah pelan, Arsyad mengikuti Lathifa yang berjalan di depannya. Hatinya meringis saat menatap wajah Lathifa tadi yang dipenuhi dengan derai air mata.
"Kamu gak kenapa-kenapa kan?" tanya Arsyad.
Lathifa menggelengkan kepalanya. Nafasnya masih tak karuan karena menangis sesenggukan.
"Kamu tenang saja.. Belum ada yang melihat aurat kamu.. selain saya di sini.." Ucap Arsyad dengan nada rendah.
"Kak Irsyad gak ngeliatkan?" Tanya Lathifa di sela-sela tangisannya.
"Tidak. Hanya saya, itupun sekilas." Jawab Arsyad.
'Karena saya langsung menutup wajah Irsyad kala melihat dirimu yang sedang membetulkan ikatan rambutmu, Saya tidak suka jika ada yang melihatmu selain saya..' Batin Arsyad.
Lathifa semakin menangis. Walaupun sekilas tetap saja terlihat kan? padahal dirinya hanya akan menunjukkan sebuah mahkota yang dimilikinya kepada suaminya seorang. Tidak dengan lelaki lain.
Arsyad menarik nafasnya panjang. Lalu menghembuskan seraya mengatakan, "Saya minta maaf jika kejujuran saya tadi membuat kamu tidak nyaman. Tapi saya akan melupakannya."
"Tidak apa-apa kak.. Dan terima kasih.."
Lathifa masuk ke dalam bilik toilet. Ini masih di jam pelajaran. Arsyad berfikir mungkin kelas Lathifa sedang tidak ada guru, makanya Lathifa bisa keluar kelas seperti ini. Atau memang Lathifa yang belum tau kalau ini sudah jam masuk kelas? sedangkan Arsyad? dia tadi dipanggil guru agama karena mengurus beberapa hal saat ke bazaar waktu itu.
Arsyad mendengar suara tangisan tertahan dari Lathifa. Diam-diam Arsyad merasa senang. Juga merasa sedih. Senang karena ia dapat berinteraksi dengan Lathifa. Dan sedih karena harus mendapatkan Lathifa dalam kondisi seperti ini.
"Zahra.. Saya permisi balik ke kelas. Assalamu'alaikum.."
Lathifa yang mendengar langkah kaki Arsyad yang kian menjauh segera menjawab salam Arsyad dalam hati. Tangisnya masih berlanjut karena insiden tadi. Tidak menyangka hal itu akan terjadi padanya.
"Abi maafin Lathifa.. Lathifa belum bisa jaga Abi dari api neraka.. Tapi Lathifa yakin.. Abi sudah tenang di surganya Allah sama Ummi.. Jadi dosa Lathifa yang tadi, Lathifa mohon semoga Allah mengampuni Lathifa.. Maafin Lathifa Abi.."
Lathifa langsung menghapus air matanya. Mencuci wajahnya agar jejak air matanya tadi menghilang. Walaupun masih ada bekas di hidungnya yang sedikit memerah karena kulitnya yang putih.
Lathifa keluar dan kembali ke kelasnya yang beruntungnya tidak ada guru. Duduk di bangkunya dan menatap sekotak tisu kecil di atas mejanya. Membuat dirinya tak bisa berkata-kata. Apakah Arsyad yang mengiriminya tisu ini?
*******************