Lathifa berdiri di depan halte. Saat pulang sekolah tiba tadi, Lathifa di telfon oleh Azrina. Memberitahukan Lathifa bahwasannya Azrina tak bisa menjemputnya. Dikarenakan perutnya yang sebentar lagi akan mengeluarkan bayi mungil.
"Lathifa.." Panggil Juan.
Kalian ingat siapa Juan? Ya, dia mantan suami Maya. Bude Lathifa.
"Siapa ya?" tanya Lathifa menatap Juan lama.
"Saya Juan. Pakde kamu.." Ucap Juan.
"Pakde? Tapi Lathifa gak pernah liat lelaki lain saat pulang dari pesantren.. Lathifa juga gak pernah denger kalau Bude punya suami lagi.." Balas Lathifa sambil meggeser, mangatur jarak karena Juan mendekati Lathifa.
"Ini Pakde.. Percaya sama Pakde.."
Lathifa menarik tangannya saat Juan menarik tangannya. Berusaha membawanya pergi. Lathifa berusaha menahan tubuhnya agar tidak ikut oleh Juan.
"Tolong!!!!!" Teriak Lathifa kuat sambil melihat kesana-kemari.
"Ayo ikut Pakde.." Tarik Juan.
Lathifa berdoa dalam hati. Air matanya mulai turun saat dirinya sedikit demi sedikit ikut tertarik. Menjauhi halte sekolah.
"Woi!! Lepasin dia! Jangan banci!" Teriak seseorang.
Lathifa dan Juan kompak menoleh ke arah datangnya suara. Lathifa membulatkan matanya begitu tau siapa orang itu.
"Kakkk tolonggggg!!!!" Seru Lathifa.
Orang itu berlari dan mendekati Lathifa. Menarik tangan Lathifa yang bebas dari genggaman Juan.
"Lo Lathifa kan? Tenang aja gue bakal bantu.." Ucapnya dengan penuh keberanian.
"Heh Adiba! Kamu itu cuma gadis SMA! Udah pergi sana.. " Usir Juan ke Adiba.
Adiba melotot. Ditariknya rok panjangnya sebatas lutut. Dengan gerakan cepat ditunjangnya perut Juan. Juan meringis dan melepaskan genggamannya. Memanfaatkan keadaan, Adiba menarik tangan Lathifa untuk berlari.
Dengan cepat mereka berlari. Berbelok ke arah pagar sekolah dan melihat ke belakang. Juan mengejar mereka. Melihat ke depan, mereka disuguhkan sebuah mobil sedan hitam nan mengilat yang mengarah ke mereka.
"Aaaa!!!" Teriak Adiba dan Lathifa kompak.
Mobil itu berhenti mendadak, tetapi menabrak tubuh Adiba dan Lathifa. Walaupun dengan pola lambat, Adiba dan Lathifa sukses terduduk di tanah dengan kaki Lathifa yang terkilir dan tangan kanan Adiba yang terpelintir.
"Aduhh..."
Seseorang, tidak. Dua orang keluar dari mobil itu. Melihat korban yang baru saja ditabraknya. Mengetahui korbannya, dua orang itu langsung mendekat dan berjongkok di sampingnya.
"Tidak papa?" Tanya dua orang itu kompak.
Lathifa hanya menjawab dengan ringisan yang keluar dari bibirnya. Sedangkan Adiba, memberikan tatapan tajam dan sadis untuk dua orang itu.
"Nyetir itu yang bener dong!!!" Bentaknya kuat. Melupakan kesakitan di tangannya.
"LATHIFA!!!" Seru Juan mengagetkan empat orang disana.
Lathifa langsung berusaha berdiri. Tetapi tidak bisa. Kakinya terlalu sakit untuk di gerakkan. Belum lagi punggungnya yang membawa beban dengan berat masing-masing buku di atas rata-rata.
"Siapa dia?" Tanya orang yang di dekat Lathifa sambil menahan bahu Lathifa agar tidak berusaha untuk berdiri.
"Gak sempat untuk menjelaskan.. Saya harus pergii.." Jawab Lathifa tetap berusaha untuk berdiri.
"Saya ada disini.. Jelaskan dan saya akan melindungi kamu.." balas orang itu.
Lathifa menarik nafasnya. Sedikit menyeret tubuhnya untuk ke bersembunyi di belakang punggung kokoh orang itu.
"Dia bilang dia Pakde saya.. Tapi sejak lima tahun lalu, Bude sudah resmi bercerai dengan suaminya. Dan Bude belum pernah menikah kembali.. Saya mohon.. Bawa saya pergi, kak Arsyad.." Jelasnya.
Arsyad yang tak lain adalah orang yang menabrak dua cewek cantik ini segera bangkit sambil menganggukkan kepalanya. Memberi kode kepada Irsyad untuk bejaga di tengah-tengah. Antara Lathifa dan Adiba maksudnya.
"Minggir! Saya mau bawa Lathifa..!" Titah Juan saat berdiri tepat di depan Arsyad.
Tubuh Arsyad memang lebih pendek 5 senti dari Juan. Tetapi tidak menutup kemungkinan bahwa kekuatan Arsyad melebihi Juan.
"Saya tidak akan membiarkan anda membawa Lathifa.. Maaf," Tolak Arsyad dengan nada santai.
"Saya tidak ingin menggunakan cara kasar kepada bocah SMA,"
Juan menerobos pertahanan Arsyad. Tapi belum sampai kakinya di hadapan Lathifa, tangan kurus nan panjang Arsyad menahan lengan Juan. Mencengkramnya kuat sampai Juan merasakan sedikit nyeri di lengannya itu.
"Saya juga sedang tidak ingin memakai cara kasar. Pergi dan saya akan melupakan kejadian ini.." Ucap Arsyad sambil menarik lengan Juan hingga tubuh Juan kembali ke tempat semula. Yaitu di hadapan Arsyad.
Bukannya sombong karena mengeluarkan kata-kata seperti itu. Tetapi Arsyad sedang menahan amarahnya karena lelaki yang sama sekali tidak dikenal oleh Lathifa ingin membawa Lathifa pergi. Emang siapa dirinya, Arsyad saja yang lebih dekat dengan Lathifa tidak berani melakukan itu.
"Kamu!" Bentak Juan tertahan sambil menampar Arsyad.
Lathifa memekik dan menarik ujung baju Arsyad. Arsyad menoleh dan menunjukkan senyumannya. Tampak di sudut bibirnya, darah mengalir. Menerobos dinding kulit Arsyad yang awalnya putih terlihat memerah.
"Pulang..." Pinta Lathifa dengan air matanya yang kembali menetes.
Arsyad mengangguk dan menjawab, "Sebentar lagi yaa.. Setelah bapak ini selesai dengan saya.."
Lathifa mengangguk pelan. Membiarkan Arsyad menolehkan kepalanya menatap Juan. Tatapan Arsyad kali ini terasa berbeda. Sedikit tajam dan mungkin menusuk.
"Anda masih tidak mau pergi? Lathifa sendiri juga sudah menolak anda bukan?" Tanya Arsyad dengan nada santai tapi tegas.
"Baiklah. Kalau begitu, saya akan bawa Adiba. Adiba anak tiri saya.. Memang saya belum resmi menikah dengan Ibunya. Tetapi dia tetaplah anak tiri saya.." Jawab Juan menatap Adiba yang juga sedang menatapnya tajam.
"Sampe ikan hiu berubah jadi ayam sekali pun.. Gue gak bakal mau ikut sama anda!" Bentak Adiba dengan sorot mata tajam dan nada suara yang terdengar sinis.
"Tidak ada satupun diantara mereka yang akan anda bawa. Lebih baik anda pergi." Titah Irsyad akhirnya. Mendengar Adiba ingin dibawa pergi membuat hatinya merasa panas.
"Seperti pengawalnya saja.." Celetuk Juan sambil berdecih.
"Bukan pengawal.. Tetapi calon suami.." Jawab Irsyad sambil mengedipkan matanya ke arah Adiba.
Karena merasa sedang tidak beruntung, Juan pergi dari hadapan Arsyad. Meninggalkan 4 remaja itu di dengan tatapan benci.
"Gue mau pulang.." Pamit Adiba sambil bangkit berdiri.
"Kak Adiba.." Panggil Lathifa pelan. Menghentikan langkah Adiba.
"Kenapa?" Tanya Adiba dengan alis terangkat.
"Boleh bantuin berdiri?" Tanya Lathifa sambil mengulurkan tangannya.
"Pakai tangan kiri gapapa ya?" Balas Adiba sambil menyambut uluran tangan Lathifa.
Irsyad mengerutkan keningnya bingung. Menatap tangan kanan Adiba dengan intens, "Calon istri.. Emang tangan kanannya kenapa?"
"Calon istri palamu.." Rutuk Adiba. "Tadi waktu nahan mobil Arsyad. Tangan gue kepelintir." Jawab Adiba.
"Bang.. Boleh yaa?" Pinta Irsyad sambil menatap Arsyad penuh harap.
Arsyad menatap Lathifa. Membua Irsyad menghela nafasnya pasrah, "Bang yang ngomong Irsyad.. Kenapa Lathifa yang diliat?"
"Maaf.. Yasudah sana. Jangan telat dan yang terpenting jagain.." Titah Arsyad.
Adiba yang bingung hanya pasrah saat tas di punggungnya di tarik Irsyad. Meninggalkan dua sejoli yang saling menatap satu sama lain.
"Bisa jalan?" Tanya Arsyad yang memecahkan keheningan sementara itu.
Lathifa mencoba untuk jalan. Tetapi tidak bisa. Akhirnya dia menggeleng lemah sebagai jawabannya.
"Mau saya gendong?" Tawar Arsyad sambil mengulurkan tangannya.
Sedetik kemudian tawanya pecah saat melihat tatapan membunuh dari Lathifa. Lathifa langsung mengalihkan pandangannya ke arah lain. Tidak ingin melihat tawa itu. Membuat jatungnya menjadi seperti tidak sehat.
Ntah dorongan darimana, Arsyad memberanikan diri mendekati Lathifa. Berdiri tepat di depan Lathifa dengan mensejajarkan tinggi tubuhnya dengan Lathifa.
"Mau nikah sama saya gak?"
**********************