Sejak acara lamaran-lamaran itu, Arsyad semakin perhatian pada Lathifa. Membuat Lathifa harus membangun benteng-bentang pertahanan yang tidak bisa ditembus oleh siapapun termasuk Arsyad.
"Zahra.." Panggil Arsyad sambil berjalan beriringan di koridor sekolah.
"Ya kak?" Tanya Lathifa bingung.
"Nanti pulang sekolah sama saya.. Ummi yang nyuruh." Titah Arsyad. Tetap di posisinya. Berjalan beriringan dengan Lathifa.
"Iya kak.."
Arsyad mengangguk dan mengantarkan Lathifa ke kelasnya. Tanpa memperhatikan sekelilingnya dan wanita-wanita yang menonton mereka.
"Kak Arsyad gak ke kelas?" Tanya Lathifa saat Arsyad masih berniat mengantarkannya.
"Saya antar kamu dulu.." Arsyad menjeda kalimatnya. Lalu menarik nafas dan membuangnya pelan. "Selesai itu baru saya ke kelas.."
Lathifa mengerutkan dahinya bingung. Menatap lengan Arsyad sambil bertanya, "Kan saya udah biasa sendiri kak.."
Lathifa dan Arsyad berhenti tepat di depan kelas Lathifa. Dengan membungkukkan tubuhnya sejajar dengan Lathifa, Arsyad membuka suaranya, "Biar nanti kalau udah nikah terbiasa bersama.. Gak sendiri.."
Arsyad tertawa pelan saat melihat wajah Lathifa yang mulai memerah. Lathifa sendiri hanya bisa menahan malu akibat jawaban Arsyad.
"Kakak gak usah aneh-aneh ihh.. Udah balik ke kelas sana.." Balas Lathifa sambil mendorong tas Arsyad.
"Ceritanya ngusir nih?" Tanya Arsyad sambil menatap Lathifa yang masih sibuk mendorongnya.
"Iyaa.. Ngusirrr.." Jawab Lathifa secepat kereta api.
Arsyaf tertawa lagi. Tak lama dirinya menghindari dorongan Lathifa dan berdiri di samping Lathifa. Lathifa menatap Arsyad dengan tatapan bertanya.
"Kalau saya lagi gak di samping kamu.. Kamu jangan jadi perempuan nakal ya.. Jangan lirik sana lirik sini.. Nanti saya cemburu.."
Sebelum diusir Lathifa lagi, Arsyad sudah lebih dulu berlari ke arah kelasnya. Meninggalkan Lathifa yang masih berdiri di pintu kelasnya.
"Kak Arsyad ada-ada aja.." Gumamnya sambil memutar tubuhnya. Memasuki kelas.
Tanpa Lathifa maupun Arsyad sadari, sejak tadi ada seseorang yang berdiri tak jauh dari mereka. Dengan keadaan sekolah yang masih terlihat sepi, suara pelan pun pasti akan kedengaran.
"Cih! Sok alim.." Gumamnya.
****
Saat ini, Lathifa sedang disidang oleh kedua sahabatnya. Karena ketahuan tadi pagi sedang berduaan dengan seorang Arsyad. Kakak kelas yang memiliki banyak penggemar.
"Jelasin.." Titah Nisa sambil menatap Lathifa.
"Apanya yang dijelasin Nisa.. Aku sama kak Arsyad cuma temenan.."
"Yakin? Tapi menurut gue kak Arsyad suka sama lo deh.. Lo gak merasa gitu?" Tanya Fatimah sambil mendekat ke arah Lathifa.
Nisa dan Fatimah adalah sahabat satu-satunya yang dimiliki oleh Lathifa. Jadi wajar kalau mereka ingin melindungi sahabat polosnya ini. Apalagi Nisa. Nisa ini adalah sahabat yang paling pemberani dari mereka bertiga. Nisa akan bertindak sesuai yang dipelajarinya jika ada yang mengganggunya atau mengganggu sahabatnya.
Beda lagi dengan Fatimah. Fatimah adalah sahabat yang paling kepo daripada Nisa dan Lathifa. Tapi Fatimah adalah sahabat yang paling bisa diandalkan kalau urusan curhat. Karena wanita ini sangat suka memberi saran yang paling baik untuk dirinya maupun sahabatnya.
"Kamu kok bisa tau? Emang darimananya coba?" Tanya Lathifa balik.
"Coba lo pikirin deh.. Kak Arsyad itu sifatnya pendiem. Beda sama Kak Irsyad yang sifatnya kadang tegas kadang blak-blakan. Kak Arsyad dimanapun situasinya, pikiran dan bahasa tubuhnya akan tetap tenang. Bahkan dia jarang ngasih ekspresi ke siapa pun. Kecuali ke Kak Irsyad sama keluarganya.
"Tapi gue perhatiin akhir-akhir ini.. Kak Arsyad sering nunjukin ekspresinya ke lo. Contoh pertama, saat lo nabrak dia. Yang waktu pertama kali kita bertiga jumpa langsung ke dia dan saling ngomong, dia natap lo dan senyum tipis. Kedua, saat Kak Irsyad nabrak lo. Kak Irsyad lari dan bawa jaket kak Arsyad buat nutupi punggung lo. Lo tau? Kak Arsyad paling gak suka jika barangnya dipakai oleh orang yang gak dikenal. Apalagi itu barang kesayangannya.
"Tapi ke lo? dia malah ngasih ke kak Irsyad buat lo. Ketiga, saat lo mau ke masjid. Jangan kira gue sama Nisa gk tau. Lo dianter sama Kak Arsyad dengan tubuh Kak Arsyad menjadi tameng lo kan? 3 bukti gue itu udah cukup menjadi bukti bahwa Kak Arsyad suka sama lo.." Jelas Fatimah panjang lebar dan sangat rinci.
"Lo mau ngeles lagi?" Tanya Nisa dengan tatapan malas.
"Tapi saat ini aku sama Kak Arsyad emang temenan.. Gak ada hubungan apa-apa.. Serius deh.." Jawab Lathifa serius.
"Mungkin bentar lagi lo ditembak ama Kak arsyad mungkin.." Celetuk Fatimah asal.
"Bukan di tembak.. tapi dilamar Fatimah. Kak Arsyad mana mau pacaran.. Aneh lu.." Balas Nisa ke Fatimah.
Mendengar kata lamar, Lathifa langsung terbatuk. Padahal ia sama sekali tidak sedang minum ataupun makan. Kelakuannya ini membuat Nisa dan Fatimah kompak merasa curiga.
"Lo kenapa deh?" Tanya Nisa sambil menyodorkan botol air minum Lathifa.
"Gapapa.. Makasih Nisa.." Jawab Lathifa sambil menerima botol air minumnya.
Lathifa meneguk air minumnya sampai setengah. Menatap kedua sahabatnya yang juga sedang menatapnya curiga. Sepertinya dirinya akan tamat sebentar lagi.
"Lo udah di lamar sama Kak Arsyad?" Tanya Fatimah sambil memicingkan matanya.
"Anak sholehah gak boleh bohong.." Tegur Nisa yang menyudutkan Lathifa.
"Udah.." Cicit Lathifa.
Nisa dan Fatimah kompak menatap satu sama lainnya. Bukannya marah, mereka justru saling tersenyum dan merangkul Lathifa. Membawa Lathifa ke kantin karena sudah memasuki waktu untuk istirahat. Tapi saat sampai di koridor yang tak terlalu ramai,
"Saran gue terima aja.. Biar kalau misalnya mau ngelindungin atau mau jagain lo gampang.. Bisa langsung peluk atau gendong.." Ucap Fatimah. Membuat Lathifa hanya bisa menunduk dengan wajah yang memerah.
"Ehhh ada Kak Arsyad noh.." Seru Nisa sedikit berbisik.
Ketiga sahabat itu kompak menoleh ke arah Arsyad. Lelaki itu sedang berbincang dengan teman sekelasnya. Kenapa mereka bisa tau? karena posisi mereka sedikit mendekati Arsyad dan sahabatnya.
"Permisi.." Panggil seseorang sambil menepuk bahu Lathifa.
Lathifa sontak langsung membalikkan tubuhnya. "Iya? ada apa ya?" Tanya Lathifa sambil menatap anak seangkatannya itu.
"Ada titipan buat lo.. Katanya sih ini penting. Gak tau deh gue.." Ucap cewek itu memberikan kotak persegi berwarna coklat tua ke tangan Lathifa. Lalu pergi ke arah berlawanan.
"Apaan tu?" Tanya Nisa menatap kotak itu.
"Mending gak usah dibuka deh.. Takutnya iseng kan?" Saran Fatimah.
Lathifa hanya diam sambil memandang kotak itu. Tapi tangannya bergerak untuk mengambil sepucuk surat yang ada di atas kotak persegi itu. Tulisannya seperti berikut.
'Buat lo Lathifa. Selamat udah dekat sama Arsyad. Semoga lo suka sama pemberian gue ini. Karena jarang lo ada yang bisa deket sama Arsyad..'
"Gue saranin sekali lagi jangan dibuka deh.. Gua pikir itu seperti sebuah ancaman.." Ucap Fatimah yang memiliki firasat buruk.
"Buka aja.. Kalau macem-macem gue jumpain wanita tadi.." Ucap Nisa.
Lathifa mengangguk. Tangannya terulur untuk membuka tutup kotak itu. Dengan perlahan tapi pasti, tutup kotak itu terbuka. Tetapi belum sepenuhnya terbuka, sesuatu menaiki tangan Lathifa dan berjalan di sana.
Lathifa melotot dan teriak, "Aaaaaa!!!!!!!!!!!!". Dengan mengibas-ngibaskan tangannya, Lathifa menangis sejadi-jadinya.
Membuat Arsyad dan Rafli menoleh ke arah mereka. Detik berikutnya, Arsyad melirik ke arah kotak persegi yang dijatuhkan Lathifa. Wajahnya merah padam. Menahan sebuah amarah yang mulai memuncak.
*********************