Happy Reading...
.
.
***
Kini semuanya sudah berada dirumah Denis. Fajar duduk langsung di sofa kamar Denis.
"Den, aku mau minum. Bawakan! Bawakan!"
"Emang gue pembantu lo! Bawa sendiri, biasanya juga ngambil sendiri lo!"
"Kau ini sama tamu tak sopan, disini bukan aku dan Seno saja, ada Adrian ada Nesya."
"Ck," Denis berdecak dan memanggil bi minah. Pembantu rumah tangga yang sudah di anggap sebagai keluarga oleh keluarga Denis.
Rumah Denis ini cukup mewah, bukan cukup lagi sebenarnya. Rumah putih dengan empat lantai. Rooftopnya terdapat kolam renang dan juga lapang olahraga dengan beberapa alat gym. Dan itu berada di atas kamarnya Denis.
Ruang yang dijadikan tempat belajar yaitu ruang khusus di kamarnya yang terdapat berbagai alat elektronik juga kumpulan buku-buku yang setiap tahun ajaran bertambah edisinya. Selengkap itu. Namun sayangnya Denis tak menggunakan fasilitas itu. Ia terlalu malas untuk belajar. Dan yang sering menggunakan fasilitas itu adalah Fajar juga Seno.
Fajar ini orangnya serius dalam belajar dan serba ingin tahu. Sedangkan Seno pintar karena ia serius belajar saja, ia lumayan malas untuk seperti Fajar yang ingin serba tahu. Jadi Seno pintar di kelas dengan sesuai ajaran di kelas saja. Beda dengan Fajar yang memang luas wawasannya.
Di kelas urutan peringkat pertama adalah Nesya dan peringkat ke dua adalah Fajar dan peringkat tiga Seno ke empat Adrian dan Denis dia peringkat ke lima belas di kelas. Kelompok jenius kumpulan peringkat atas, di kelas sebenarnya pada iri pada kelompok ini. Tapi mau bagaimana lagi.
***
"Itu bukan kayak gitu Denis!" komplen Nesya.
"Ini udah bener, iya kan Jar?" Denis mencoba membela diri.
Fajar langsung saja menggetok.
"Kau tak mengerti apa yang aku ajarkan?"
"Udah lah gue gak usah ngerjain. Gue di sini sebagai divisi konsumsi aja."
Nesya melempar bantal yang berada di belakangnya.
Nesya melihat yang di kerjakan Seno.
"Itu kamu salah menghitungnya," ucap Nesya hati-hati.
Seno meneliti kembali hasil yang dikerjakannya.
"Ini," ucap Nesya sambil menunjuknya.
Seno hanya mengangguk-angguk.
Apa yang di kerjakan Nesya sudah selesai, ia kini sedang menyandarkan kepalanya ke meja, ia tiba-tiba pusing. Dan tubuhnya meriang kembali.
Seno pun selesai mengerjakannya. Tinggal Adrian dan Fajar yang sedang mengerjakan soal-soal yang seharusnya dikerjakan Denis.
Nesya benar-benar mencari posisi nyaman. Seno yang melihatnya ada sedikit menyesal. Ia yakin Nesya sakit karena kejadian malam minggu itu. Apalagi malam minggu itu hujan datang.
Seno mengambil sesuatu di tasnya. Ia menyerahkan pada Nesya.
"Apa?"
"Racun."
"Mau bunuh aku?" Nesya terkejut, sedangka yang lainnya menatap Seno penuh arti.
"Pantesan lo mampir ke apotek dulu tadi," Denis menggoda. Seno melayangkan tatapan tajam.
"Aku udah gak mau makan obat."
"Terserah kalo masih mau sakit."
Nesya senyum-senyum sendiri.
"Apa?" tanya Seno tak santai.
"Boleh gak minjem pahanya buat bantalan kepala?"
Seno mengambil bantal yang di lempar Nesya tadi.
Nesya berdecak, ia tahu Seno akan menyuruhnya tidur menggunakan bantalan itu.
Seno menselonjorkan kakinya, ia jadikan bantal itu di atasnya.
"Boleh?"
"Hm."
Nesya langsung tertidur di sana dan membaringkan tubuhnya. Dan Seno mengambil jaket yang tak dipakainya untuk menutupi kaki Nesya.
"Ekhem..."
"Ekhem..."
"Ekhem..."
Berturut-turut mereka berdehem.
Sedangkan Seno menghiraukannya dan Nesya terbaring nyaman.
***
Support ya guys ceritanya... Supaya aku semangat buat update. PS, Review, Vote jangan lupa.