Happy Reading...
***
Saat mau pulang, Nesya pun dibingungkan mereka, Denis dan Fajar tak bisa mengantarnya, Seno sendiri ogah-ogahan.
"Antarkan lah Sen, kasihan Nesya," Fajar berusaha membujuk Seno supaya mau mengantarkan Nesya.
"Kenapa gak yang ngajak dia aja yang nganterin?"
"Kalian jahat baanget sih gak mau nganterin."
Nesya memasang wajah cemberutnya. Ia memicingkan mata ketika melihat seseorang yang jaraknya cukup dekat dengannya.
"Rendi?"
"Yaudah kalo gak mau nganterin, gue bareng Rendi aja," ucap Nesya.
"Rendi siapa?" tanya Denis.
"Cowok yang jadi lawan Lo waktu futsal."
"Jangan-jangan, Lo gak tahu dia buaya darat?"
"Kalian kan gak bisa nganterin gue gimana sih!"
"Sen..." Denis dan Fajar berusaha memaksa Seno.
"Udah gak usah, Lo berdua jangan tambah Seno ilfee sama gue. Gue mau nyamperin Rendi dulu, keburu dianya pergi lagi..."
Seno hanya terdiam tak berkutik sedikitpun. Lagi pula bukan urusan dia.
Nesya pun berjalan dan berlalu dari mereka sambil berlari kecil.
"Sen Lo gila? Dia cewek polos dan gak tahu bejatnya si Rendi!"
"Kenapa harus gue? Kenapa bukan Lo aja?"
Denis akhirnya mengalah dan berlari menghampiri Nesya, sebelum Nesya meminta Rendi mengantarkannya.
Maksud Denis ingin Nesya pulang bersama Seno. Membantu dia untuk dekat dengan Seno, tapi Seno terlalu cuek. Dia benar-benar tak peduli dengan wanita polos itu.
"Nes, biar gue aja yang antar pulang Lo."
"Tapi gue udah mau pulang sama Rendi, gak papa lagian Rendi gak keberatan kok."
"Enggak, enggak biar gue aja yang antar Lo. Gue gak enak sama nyokap Lo juga tadi gue kan yang jemput Lo."
"Udah Lo tenang aja, nanti gue kasih tahu nyokap. Sans aja Den."
"Biar gue yang antar pulang Nesya," tiba-tiba Seno berada di belakang Denis dan ia langsung menarik Nesya dari samping Rendi.
"Tapi..."
Seno langsung menariknya, berlalu dari hadapan mereka. Nesya tersenyum kecil mendapati tangannya di tarik Seno dan sampain sekarang belum dilepaskannya.
Denis pun mengikuti Seno berlalu dari Rendi.
"Lo bareng Denis!"
"Kok gitu? bukannya kamu mau nganterin aku pulang?"
"Tadi kan Denis yang mau ngajak Lo. Gue cuman bantuin Denis aja."
"Kok Lo gitu Sen? Gue gak mau tahu Lo harus anterin Nesya."
"Ribut lagi ayo, ayo ribut terus. Kalo gak mau nganterin yaudah gak papa, Gue masih bisa hubungin Rendi kok," ucap Nesya sembari mengambil ponselnya dan mencari nomor Rendi. Dia sempat bertukr nomer handphone waktu itu.
Seno langsung merebut ponsel Nesya.
"Naik, biar gue antar pulang!"
Nesya pun naik kedalam mobil Seno.
***
"Kok diturunin di halte?"
"Lo punya kaki kan buat jalan kerumah Lo?"
"Iiihh, kok nyebelin sih? Kalau gak sayang udah gue bunuh," kesal Nesya dan membuka paksa pintu mobilnya.
"Eeehhh..." tubuh Nesya tertarik kembali, ia lupa melepaskan sabuk pengamannya.
"Gimana sih ini," gerutu Nesya kesal karena sedikit sulit membuka kaitannya.
Seno pun membantunya membuka kaitannya, yang entah kenapa memang sedikit sulit untuk dibuka. Ia dengan sedikit menambah kekuatan untuk membukanya.
"Aw," keluh Nesya, kepalanya tak sengaja beradu dengan Seno. Keduanya saling menatap. Keheningan terjadi, dengan hanya suara AC juga atmosfer dingin menyelimuti tiba-tiba begitu terasa. Hidung mancung keduanya begitu dekat hampir bergesekan. Nesya memundurkan kepalanya ketika Seno mendekati wajahnya dan sedikit memiringkan kepalanya.
"Kenapa mundur-mundur gitu? Bukannya mau kayak adegan tadi?"
DEGH...
Jantung Nesya serasa melompat dari tempatnya, darahnya berdesir cepat begitu saja. Ia gelagapan ketika wajah Seno sedekat ini. Ia tak habis pikir kenapa dalam situasi seperti ini ia tak bisa membalas agresif Seno seperti biasanya.
"Aku mau pulang udah malem," ucap Nesya kemudian. Seno tertawa seperti meremehkan Nesya.
"Lo ternyata polos juga yah. Seagresif itu sama Gue, gue giniin udah gugup gelagapan."
Nesya terdiam kemudian. Wajahnya tiba-tiba memerah.
***