Chereads / SenoRita / Chapter 18 - Pingsan

Chapter 18 - Pingsan

Harusnya sudah tahu kemampuan diri sendiri. Harusnya tidak terlalu memaksakan. Karena memaksakan diri, Nesya- cewek itu pingsan saat berlari. Wajah pucatnya- tidak ada satu orang pun yang mengetahui.

Saat bertumpu pada lututnya, dia pusing setengah mati. Di tengah lari yang diteruskannya Nesya tiba-tiba pingsan yang membuat Seno sedikit terkejut. Cowok itu menghampiri Nesya, dia langsung mengangakat tubuh Nesya dan langsung dibawa ke UKS.

Pak Deri langsung mengikuti Seno, sebelumnya dia memerintahkan Adrian untuk mengkomando teman-teman yang lainnya.

Sampai di UKS Seno membaringkan tubuh Nesya di blangkar. Para petugas UKS yang sedang berjaga langsung memeriksa keadaan Nesya juga menyiapkan hal-hal yang biasa digunakan saat ada keadaan seperti ini.

***

Tubuhnya serasa lebih baik dari beberapa menit yang lalu. Ia masih mendengar suara-suara khawatir juga suara Pak Deri yang bertanya keadaannya sekarang, namun matanya sangat berat untuk dibuka serasa sangat betah dalam tidurnya.

Saat matanya mengerjap, Nesya melihat cowok yang kini berada disampingnya sedang menatapnya tajam.

Nesya beringsut untuk bangun dari posisi berbaringnya.

"Teh hangatnya Kak," Nina-adik kelas Nesya yang sedang berjaga di UKS itu menyodorkan segelas teh manis hangat.

"Makasih," jawab Nesya.

"Kenapa bisa pingsan?" tanya Seno langsung.

Nesya mengingat apa yang membuatnya seperti ini.

"Aku dari kecil anemia," jawab Nesya yang kemudia menyeruput teh hangat itu. Tak ada reaksi dari Seno, cowok itu lantas berdiri dan mungkin akan pergi meninggalkannya.

Sampai punggung cowok itu tak terlihat, Nesya mencoba beralih dan akan pergi dari UKS. Nina, cewek itu ada meja jaga yang berada dekat pintu UKS.

Kepala Nesya masih pusing sebenarnya, tapi ini sudah biasa dan tentunya Nesya tak betah berada di ruangan ini.

"Mau kemana?"

Baru saja akan menginjakan kakinya di lantai, Ia tertahan oleh suara Seno.

"Kembali ke kelas," jawab Nesya.

"Makan dulu." Seno menyodorkan satu cup bubur yang didapat dari kantin.

Nesya menerima makanan itu. "Makasih."

Ada yang tumbuh dalam hatinya. Perhatian Seno seperti ini siapa yang bisa mendapatkannya. Sangat jarang sekali cowok ini bersikap begitu peduli.

"Gue dititipin Denis tadi, suruh kasih bubur itu buat Lo," ujar Seno yang dengan mudahnya melayukan bunga yang baru saja tumbuh.

"Lo ada hubungan sama Denis?" tanya Seno tiba-tiba.

"Hah?" Nesya terkejut mendengarnya. Apa maksud Seno barusan.

"Kata siapa?" tanya Nesya kemudian.

"Dia sebegitu perhatiannya sama Lo. Apa dia suka sama Lo?"

Sebentar. Nesya mencoba mencerna apa yang diucapkan Seno. Denis suka kepadanya? Tapi jika dipikir-pikir kemungkinan besar Denis menyukainya. Denis selalu ada saat Nesya membutuhkan seseorang. Tapi masa iya?

"Emang Denis gak pernah cerita apa-apa?" tanya Nesya.

"Enggak. Jadi dia bener suka sama Lo?"

"Kamu kan temennya, tanya aja sendiri sama orangnya."

Nesya memulai membuka bungkus plastik yang membungkus bubur itu. Ia mencoba mengambil satu sendok bubur lalu dimakannya.

"Gue pergi dulu," pamit Seno.

"Sen."

"Hem?"

"Bilangin makasih sama Denis," pesan Nesya, lalu cowok itu mengangguk meng-iyakan pesan Nesya.

***