Chereads / SenoRita / Chapter 20 - Mang Harun

Chapter 20 - Mang Harun

Beberapa menit yang lalu Bu Chika sudah meninggalkan kelas. Nesya langsung saja beraksi. Ia turun dari bangkunya dan menunduk ke setiap bangku.

Bolpointnya hilang. Bolpoint seharga satu juta itu Ia beli dengan alasan penasaran apa yang istimewa. Apakah bisa dengan mudah menulis atau mengerjakan sesuatu?

Nyatanya memang tidak, tapi mengingat harga satu juta membuat Nesya harus mencarinya. Saat menulis materi pelajaran kimia tadi, Nesya tak sengaja menjatuhkan bolpointnya itu. Dengan niat 'nanti saja, pasti ketemu' membuatnya menyesal.

"Cari apa kau Nes?" dari bangkunya Fajar memperhatikan Nesya.

"Pulpen gue jatoh, liat gak?" tanya Nesya pada Fajar.

"Beli lagi saja, paling harga 5000."

"Pulpen gue yang itu mahal, satu juta tahu!" protes Nesya.

"Ck, gue beliin lima Nes," ujar Denis ikut nimbrung.

"Serius?"

"Asal satu semester kerjain tugas-tugas gue aja," jawab Denis sambil tersenyum. Senyuman pembawa amarah bagi Nesya.

"Ogah!!!"

Seno mengacungkan sebuah bolpoint yang ia ambil dari bawah meja, tepat didekat kakinya.

"Kok bisa ada di kamu?" tanya Nesya senang.

Seno mengidikan bahunya.

"Kau curi yah Sen?" tanya Fajar.

"Gue bisa beli sepuluh yang kayak gitu," jawab Seno.

"Sombong kali Kau, macam orang di sampingku."

"Eeeeh, harus... Kita harus menghargai kekayaan yang dimiliki."

"Tak usah juga dengan sombong!"

Nesya tak peduli dengan ocehan mereka. Ia langsung memasukan bolpoinnya, Ia akan menggunakan bolpoint biasa saja, toh bolpoin satu juta itu tidak berpengaruh juga dengan jawabannya.

***

Malam minggu tiba. Tiket nonton yang diberikan Seno itu kini akan dipakai Nesya.

Aroma popcorn caramel sudah menusuk masuk hidung, bercampur juga aroma minuman cappuchino, sungguh sangat menenangkan.

Beberapa menit lagi film akan diputar, Nesya sudah mengantri untuk masuk studio.

"Neng, Mang Harun tunggu diparkiran saja yah," ucap Mang Harun yang sudah tak nyaman berada di sini.

"Aduh Mang, sekali-kali nemenin saya nonton. Saya gak ada temen, sayang tiketnya." Nesya maju dua langkah lagi, menanti bagian menyerahkan tiket.

Tadi sebelum berangkat, Nesya bingung harus mengajak siapa. Rendi nyatanya tak bisa ada urusan katanya. Bunda ada diluar kota menangani bisnisnya.

Tadinya Nesya akan menonton sendiri. namun karena Mang Harun yang mengantarkannya, maka dari itu Nesya mengajak Mang Harun untuk menonton saja. Tidak ada salahnya kan?

Kini Nesy Sudah menyerahkan tiket itu untuk dirobek sebagian. Mang Harun sudah tidak bisa menolak lagi. Dia pun ikut masuk mengikuti Nesya.

Film yang ditonton adalah Film kartun. Entah apa maksud dari Seno memberikan tiket nonton film kartun. Apa karena Nesya terlihat seperti anak kecil?

Ah, Nesya jadi berfikir apakah yang menjadi masalah bagi Seno tak mau pacaran dengan Nesya karena Nesya yang terlihat seperti anak kecil ini? Tapikan Erisca usianya lebih muda dari Nesya. Tapi Nesya tak menyangkal sih kalau tubuh Erisca memang terlihat lebih dewasa dibanding Nesya.

Lampu studio mati dan film pun diputar, yang tanpa disadari Mang Harun yang tadi nolak-nolak malah lebih fokus dari Nesya yang sedang melamunkan Seno. Jangan tanya melamunkan apa, karena dipikiran Nesya sangat random sekali.

***