"Kita melakukan penyaringan untuk lomba nanti, hari Senin nanti, setelah upacara kalian akan dites, saya akan ambil sembilan orang untuk dibuatkan 3 grup. Saya harap kalian benar-benar serius untuk hal ini."
Bu Dewi dengan wajah seriusnya memberitahu. Sebagai pengurus lomba seperti ini, Bu Dewi benar-benar menyeleksi dengan teliti juga objektif.
"Dan setelah seleksi penyaringan ini, yang terpilih akan intensif belajar."
Semua yang ada diruangan itu benar-benar serius memperhatikan. Termasuk Seno juga Nesya. Fajar berkecamuk dalam fikirannya, dia ingin ikut lomba ini, tapi entah kenapa tidak terlalu antusias. Dia bahkan bersikap terpilih; syukur, tidak; gak papa.
"Lomba ini akan diselenggarakan diluar kota, dan saya tidak ingin mendengar ada yang tak diizinkan keluar kota oleh orang tuanya. Saya harap kalian kabari orangtua secara langsung saat terpilih nanti," lanjut Bu Dewi sambil memberikan informasi apa saja yang harus diketahui.
"Ada pertanyaan?"
Nesya mengangkat tangannya.
"Ya Nesya?"
"Untuk tes hari Senin, pelajaran umum Bu?" tanya Nesya.
"Tentunya, persiapkan diri kamu. Ibu harap kamu tidak main-main, dan belajar dengan serius," jawab Bu Dewi.
"Iya, Bu."
Seno memperhatikan Nesya. Nesya yang menatap balik Seno keheranan.
"Lo pasti kesaring," ucap Seno.
Nesya yang mendengar ucapan Seno barusan membuatnya sedikit terbang, pujiankah?
Setelah Bu Dewi selesai berbicara apa yang perlu dibicarakan akhirnya beliau menutup pembicaraan, dan sisa dibubarkan.
Seno berjalan beriringan mengikuti Nesya.
"Gue butuh penjelasan."
Mati. Apa yang harus dijelaskan Nesya?
"Gak ada penjelasan lain," ucap Nesya, ia berhenti di jalan lorong yang sepi, semuanya sudah meninggalkan tempat.
"Aku minta maaf deh Sen. Aku gak akan ngulangin lagi," ucap Nesya dengan sungguh menyesal.
"Gue mau Lo ngelakuin sesuatu, baru gue terima maaf Lo."
"Apa?" tanya Nesya antusias.
"Temenin gue makan," ucap Seno dan meraih tangan Nesya, lalu ditariknya.
Sampai di dalam mobil. Nesya sedikit kebingungan.
"Aku hubungin Mang Harun sama Bunda dulu."
"Hm."
Selesai menghubungi Mang Harun yang ternyata sudah dijalan menuju sekolah. Dan juga Bunda yang masih di kantor sepertinya.
Nesya bertanya-tanya, ada apa dengan seno? Permintaan maafnya hanya dengan menemaninya makan, itu saja? Biasanya juga harus Nesya yang maksa, kali ini malah Seno yang ngajak. Seberuntung apa Nesya?
***
"Tante cantik... tante cantik... boleh ikut duduk disini?"
Nesya yang sedang makan langsung terhenti.
"Mamanya kemana?" tanya Nesya kemudian.
"Ada, ke toilet. Gaga gak ikut duduk di sini dulu," ucap anak kecil itu.
Sepertinya berusia sekitar empat tahunan. Anak tampan itu duduk berada di tengah-tengah Nesya juga Seno.
"Om ganteng, tante cantik pacarnya?"
Seno sedikit tersedak. Dia yang sama sekali tak menanggapi anak kecil itu, kini dia beralih menatap anak kecil itu.
"Tahu pacaran?" kaget Seno.
"Iya, Gaga udah punya pacar namanya Caca," cerita anak kecil itu.
"Gaga...Gaga..." teriakan seorang perempuan itu membuat Nesya mencari sumber suara. Pasalnya yang dipanggil itu nama Gaga. Dan anak kecil itu menyebut dirinya Gaga.
"Itu suara Mama kamu?" tanya Nesya.
"Iya... Gaga pergi dulu, dadah tante cantik, Om ganteng."
Gaga turun dari kursi, Ia seperti sudah hapal Mamanya dimana. Langsung menuju Mamanya yang baru saja memanggilnya.
Nesya kemudian menatap Seno.
"Kenapa?" tanya Seno.
"Enggak."
Nesya pun melanjutkan makannya.
***
Jangan lupa, powerstone, reviews, comment, juga collection.
Love.
Salam Author.