Ting!
Pesan Wa masuk dari Afnan.
[Assalamu'alaikum. Lagi apa, Zee?]
[Wa'alaikumsalam. Lagi masak, Mas] balas Nazifa.
[Jangan capek-capek. Biar Mbok aja yang masak.]
[nggak apa-apa, Mas. Aku bete bengong terus. Nanti siang kita jadi kan, ke Rumah Sakit?] balas Nazifa.
[Hmm] balas Afnan.
[Hmm apa, Mas? Jadi apa nggak?] balas Nazifa disisipi emot cemberut.
[Jadi, Zee. Nanti selesai meeting, aku langsung jemput kamu] balas Afnan dengan emot cium.
Nazifa senyum-senyum sendiri membaca pesannya. Padahal itu hanya emot, bukan asli! Tapi sudah bisa membuat dirinya tersipu malu.
Apalagi kalau ingat ...
Ah! Malu sekali rasanya.
Ya Allah ... Apa yang terjadi padaku? Apa aku sudah jatuh cinta padanya?
Nazifa menggelengkan kepalanya cepat untuk mengusir bayangan wajah Afnan.
๐ธ๐ธ๐ธ
Hari ini Nazifa dan Afnan akan mengunjungi Bara dan Mamanya di Rumah Sakit. Rencana awalnya pagi, tapi batal karena Afnan ada meeting dadakan. Selesai ibadah shalat dzuhur, Nazifa sudah selesai bersiap-siap untuk pergi ke Rumah Sakit. Bekal makanan pun sudah siap. Hari ini pertama kalinya ia masak di Rumah ini. Semoga mereka suka.
Tiinn! Tiin!
Terdengar klakson mobil masuk halaman.
Pasti itu Mas Afnan, batin Nazifa.
Nazifa berlari-lari kecil ke arah pintu rumah dengan perasaan senang. Namun senyum itu langsung hilang saat melihat ternyata tidak ada Afnan di sana.
Seorang pria dengan rambut dikuncir dan kacamata hitam terlihat turun dari mobil jeepnya.
"Siapa dia? Apa saudaranya Mas Afnan? Kenapa satpam bisa biarin dia masuk?" gumam Nazifa.
Pria itu berjalan mendekat ke arahnya dan hendak menerobos masuk ke dalam rumah. Dengan cepat Nazifa berlari ke arah pintu untuk menghalanginya.
"Eeee! Nggak boleh masuk!" Nazifa merentangkan tangan menghalanginya.
Pria itu mengerutkan kening lalu membuka kacamatanya.
"Siapa loe?" tanyanya heran.
"Maaf. Harusnya saya yang tanya, kamu siapa?" tanya Nazifa hati-hati.
Dia tersenyum sinis pada Nazifa. "Loe pembantu baru, ya?" tanya pria itu.
Nazifa memperhatikan penampilannya sesaat.
Apa iya penampilanku mirip pembantu, tanyanya dalam hati.
"Heh, bocah! Ditanyain malah bengong!" bentaknya.
"Ka-kamu cari siapa?" tanya Nazifa kaget dengan bentakannya.
"Wah! Bener pembantu baru kayaknya. Eh, loe denger, ya! Gue dah biasa masuk ke rumah ini. Gue temennya Ba ...." ucapan pria ituย terpotong suara Afnan.
"Zee." Afnan muncul dari belakang mereka.
"Mas." Nazifa berlari kecil menghampirinya. "Itu, Mas. Ada orang maksa mau masuk ke rumah."
Afnan tersenyum tipis dan mengusap kepala Nazifa.
"Apa kabar, Ndre?" tanya Afnan pada pria itu.
"Baik, Bang," jawabnya sembari menyalami tangan Afnan.
"Kapan balik dari London?" tanya Afnan lagi.
"Kemaren, Bang. Nomernya si Bara nggak bisa dihubungi, Bang. Jadi aku langsung ke sini," jelas Andre.
Oh ... Jadi dia temennya Bara, batin Nazifa.
Nazifa masih berdiri di belakang tubuh Afnan. Pria itu mengintip sedikit ke arah Nazifa. Afnan yang menyadari hal itu langsung merangkul bahu Nazifa.
"Ini Nazifa. Istri saya," ucap Afnan dengan ramah.
"Hmmph." Andre menahan tawa.
"Kenapa?" tanya Afnan dengan raut wajah serius.
"Nggak, Bang. Nggak apa-apa." Andre merasa tak enak.
"Kenalin, gue Andre." Pria itu mengulurkan tangannya pada Nazifa.
Nazifa menangkupkan kedua tangannya di dada. "Saya Nazifa," jawabnya pelan.
Andre menarik kembali tangannya yang terulur.
"Oh, ya. Bara ada kan, Bang?"
"Bara masih di Rumah Sakit, Ndre. Dia habis kecelakaan," jawab Afnan.
Andre membelalakkan mata tak percaya. "Serius, Bang? Pantesan nggak bisa dihubungi."
"Kebetulan aku mau ke Rumah Sakit sekarang. Kamu bisa ikut kalau mau," ajak Afnan.
"Boleh deh, Bang," jawab Andre.
"Ayo," ajak Afnan.
"Tunggu, Mas!" Nazifa berlari ke dalam rumah dan kembali dengan membawa masker dan bekal makan siang untuk Mama dan Bara.
๐ธ๐ธ๐ธ
Mereka berangkat ke Rumah Sakit dengan mobil yang berbeda. Tiba di Rumah sakit, mereka bertiga berjalan beriringan. Pria itu menelisik penampilan Nazifa dari ujung kepala sampai ujung kaki. Nazifa tak menyadari hal itu, tapi berbeda dengan Afnan. Ia bertukar posisi dengan Nazifa saat menyadari pandangan Andre.
"Assalamu'alaikum," ucap Afnan dan Nazifa bersamaan saat masuk kamar rawat.
"Wa'alaikumsalam," jawab Bara dan Mama.
Nazifa mencium tangan Mama lalu melempar senyum tipis pada Bara. Bara pun membalas senyumnya.
"Hey, Bro! Kenapa, loe? Pantesan gue hubungin nggak bisa-bisa," ucap Andre pada Bara.
"Kapan loe dateng?" tanya Bara.
"Kemarin," jawabnya singkat. "Halo, Tante." Andre menyalami tangan Mama.
"Makasih ya, Ndre. Udah jenguk Bara," ujar Mama.
Andre mengangguk dan tersenyum.
"Ma, ini Zee bawain Makan siang buat Mama sama Bara," ujar Nazifa.
"Wah ... Makasih ya, sayang. Kebetulan Mama udah laper." Mama mengusap-ngusap perutnya.
Nazifa memberikan 2 kotak makan ke Mama lalu kembali duduk di sofa bersama Afnan. Nazifa pun memberikan kotak makan siang untuk Afnan.
"Makasih," ucap Afnan lembut.
Nazifa mengangguk dan tersenyum.
Bara yang melihat hal itu mengalihkan pandangannya ke arah jendela.
"Makan dulu, sayang." Mama menyodorkan sendok ke arah Bara.
"Bara nggak laper, Ma," ucapnya datar.
Mamanya menghela nafas berat. "Kamu itu belum makan dari pagi, Bara."
"Kayak bocah loe. Makan aja susah," ledek Andre.
Bara diam tak menanggapi ocehan temannya itu.
"Ma. Mama tau, nggak? Itu semua masakannya Zee, lho. Pasti enak," ungkap Afnan.
Nazifa tersipu malu mendengar perkataan Afnan.
Bara yang mendengar hal itu langsung menoleh sebentar ke arah Nazifa, lalu menatap Mamanya.
"Aa ...." ucap Bara sembari membuka mulutnya.
Mamanya tersenyum tipis kemudian mulai menyuapi anak bungsunya.
Bara teringat kenangan saat ia menggoda Nazifa,
โโโโโโโโโโโโโ
"Kamu mau makan dulu, Bar?" tawar Nazifa.
"Emang kamu masak?" tanya Baraย bersemangat.
"Nggak," jawab Nazi singkat.
Bara terbahak mendengarnya.
"Ngapain nawarin kalo gitu, Nazi. Jangan-jangan kamu juga nggak bisa masak lagi," ledek Bara.
"Enak aja! Bisalah," sahut Nazi.
"Ya udah, kapan-kapan masakin buatku, ya," pintanya dengan mata berbinar-binar.
"Ngarep," jawab Nazi mengerucutkan bibir.
โโโโโโโโโโโโโโ
Sekarang permintaan Bara saat itu telah terkabul. Namun dalam keadaan dan situasi yang jauh dari harapan. Ia menerima masakan Nazifa sebagai Kakak Ipar, bukan sebagai pendamping hidupnya seperti yang ia impikan.
Ternyata kamu beneran jago masak Nazi, lirih Bara dalam batin.
Bulir bening hampir menetes di sudut mata Bara. Namun ia segera menghapusnya sebelum ada yang melihat.
Tapi Bara salah. Ternyata ada yang menyadari hal itu. Andre.
Kenapa dia mewek? Andre bertanya dalam hati.
๐ธ๐ธ๐ธ
"Lah ... Ini gue doang nih, yang nggak kebagian makan?" celetuk Andre.
Nazifa menatapnya bingung. Benar juga! Dia sendiri yang nggak kebagian makanan.
"Nih! Kamu makan punyaku aja," kata Nazifa sembari menyodorkan kotak makan.
"Seriusan, Nih? Thanks, ya," ucap Andre girang langsung menyambar bekal makan di tangan Nazifa dan mulai menyantapnya. Ia terdiam sesaat.
Pinter masak juga tu bocah, enak! gumam Andre dalam hati.
"Zee ...." panggil Afnan.
"Nggak apa-apa, Mas. Di rumah masih banyak kok. Nanti Zee bisa makan di rumah."
Afnan membuka kotak makannya lalu,
"Aa ...." Ia menyodorkan sendok ke depan mulut Nazifa.
Nazifa menggelengkan kepala.
"Ng-nggak usah, Mas. Aku makannya nanti aja."
"Aa ...." Mas Afnan terus memaksanya.
Nazifa melirik sebentar ke arah Mama, Bara dan Andre. Mereka semua memperhatikan Afnan dan dirinya. Malu rasanya. Namun akhirnyaย Nazifa menerima suapan dari Afnan. Afnan tersenyum lebar.
Bara yang melihat hal itu menghela nafas berat. Nafasnya tiba-tiba terasa begitu sesak. Dia membuang muka ke arah jendela.
"Bara udah kenyang, Ma," ucapnya tanpa menoleh ke arah Mamanya.
Mamanya mengerti dan langsung menyimpan kotak makan itu.
"Mama keluar sebentar ya, sayang." Mamanya membelai rambut Bara lalu pergi keluar kamar.
Andre yang sedari tadi memperhatikan keadaan di ruangan itu, merasa curiga.
Ada yang nggak beres nih, pikirnya.
"Bro, gue balik dulu, ya. Loe cepet sembuh. Tar kapan-kapan gue maen lagi," pamitnya pada Bara.
"Thanks," jawab Bara.
"Bang, Andre pamit, ya."
Afnan mengangguk.
"Eh, bocah! Ehm ... Maksud gue, Nazi. Thanks makanannya. Enak banget!" ucap Andre pada Nazifa.
Nazifa mengangguk tanpa menatap wajahnya kemudian Andre berlalu keluar kamar.
Afnan terlihat tidak suka dengan Andre. Terlihat dari cara ia menatapnya.
"Mas, Mama kok lama. Aku susul dulu, ya."
"Nggak usah, Zee. Biar aku aja. Kamu habisin makannya aja, ya," ucap Afnan lalu pergi keluar kamar.
โ โ โ