Setelah selesai makan siang, Afnan memutuskan untuk kembali ke kantor. Dari pagi ia belum sempat ke kantor karena sibuk mengurus kepulangan Bara di Rumah Sakit. Nazifa pun mengantarnya sampai pintu rumah.
"Aku berangkat ke kantor dulu, ya." Afnan mengusap kepalanya.
Salah satu kebiasaan dari Afnan yang sangat Nazifa suka.
"Iya, Mas." Nazifa mencium takzim tangan Afnan.
"Nanti malem dandan yang cantik, ya. Mas udah siapin baju buat kamu. Ada di kamar."
"Emangnya mau ke mana?"
"Candle light dinner," bisik Afnan di telinga Nazifa.
Nazifa tersipu malu kemudian Afnan mencium keningnya.
Tanpa mereka sadari, ada dua orang yang tengah memperhatikan mereka.
Bara dan Andre.
Mereka yang baru keluar dari kamar Bara, akhirnya mau tak mau menyaksikan itu. Jangan tanya seperti apa perasaan Bara. Rasanya seperti ditusuk belati langsung mengena ke jantungnya. Bara menghembuskan nafas panjang lalu membalik badan dan berjalan kembali ke kamarnya. Sedangkan Andre, ia hanya mengekorinya sambil sesekali melirik ke arah Nazifa dan Afnan.
"Loe nggak apa-apa, kan?" tanya Andre pada Bara yang berdiri mematung di balkon kamarnya.
"Menurut loe?"
"Gue nggak bisa bayangin kalau gue ada di posisi loe. Diembat temen aja sakit, apalagi diembat Kakak sendiri. Perih!"
"Bisa diem nggak loe?" Bara kesal.
"Apa Bang Afnan nggak ada rencana buat pindah dari sini, gitu? Kan loe jadi nggak terlalu nyesek harus liat mereka mesra-mesraan."
Bara menghela nafas. "Udah. Bang Afnan tadinya mau pindah dari sini, tapi gue cegah."
"Lah ... Kenapa? Aneh loe!"
"Gue belum rela. Gue belum bisa kalau harus kehilangan Nazifa selamanya. Setidaknya, biarin gue ngeliat dia. Gue dah cukup seneng. Soal lupain perasaan gue, gue lagi berusaha. Gue cuma butuh waktu."
"Nyiksa diri sendiri itu namanya!"
Bara tak menanggapi ocehan Andre. Ia hanya berdiri dengan tatapan lurus ke depan.
"Lagian gue heran. Apa sih, yang loe liat dari tuh bocah? Bang Afnan juga sama lagi. Sama-sama pada rabun. Cantik juga nggak. Yaah ... Manis dikitlah. Kecil lagi badannya. Kek bocah."
"Loe belum aja ngerasain apa itu jatuh cinta. Nggak perlu alasan kuat buat loe mencintai seseorang. Selama ini kan loe cuma main-main. Nanti kalau loe dah ngerasain, baru loe bakal ngerti gimana rasanya jadi gue," jelas Bara.
"Au ah! Pusing gue dengernya. Mending kayak gue. Tinggal pilih yang mana aja yang gue suka. Ngga ribet."
Bara hanya menggeleng-gelengkan kepala mendengar ucapan Andre.
"Gue nginep di sini, ya," ucap Andre.
"Nggak! Pulang sana!"
"Yaelah loe. Gue ngambek nih kalau nggak boleh. Gue balik ke London lagi aja lah," ancam Andre.
"Sana balik lagi!"
"Bodo ah! Pokoknya gue mau nginep."
"Serah," cuek Bara.
🌸🌸🌸
Mama, Bara dan Andre sedang berkumpul di ruang TV setelah selesai makan malam. Tiba-tiba pandangan ketiganya terpaku pada gadis yang sedang melangkah santai menuruni tiap anak tangga.
Nazifa.
Ia turun mengenakan long dress warna baby pink yang di hiasi manik-manik, dipadukan dengan kerudung warna senada yang menjuntai hingga punggung yang membuatnya terlihat anggun. Di tambah polesan make up tipis yang membuat penampilannya terlihat lebih manis. Ketiganya seolah terhipnotis oleh penampilan Nazifa.
Cakep juga tuh bocah kalau dandan, gumam Andre dalam hati.
Bara bahkan tak mengedipkan matanya. Tatapannya terpatri mengikuti ke mana arah Nazi melangkah. Andre yang menyadari hal itu, langsung menyenggol lengan Bara. Bara tersadar dan langsung gelagapan. Andre terkekeh melihat ekspresi Bara.
🌸🌸🌸
"Cantik sekali kamu, Zee. Mau ke mana?" tanya Mama padanya saat Nazifa ikut duduk di sampingnya.
"Mas Afnan ngajak makan di luar, Ma," jawab Nazifa malu-malu.
"Udah jam setengah 8. Emang mau berangkat jam berapa, sih?" tanya Andre.
Nazifa menggelengkan kepala.
Benar juga! Kenapa Mas Afnan belum dateng? Apa dia lupa, ya? pikir Nazifa.
"Kamu udah coba telfon Afnan?" tanya Mama lembut.
"Udah, Ma. Tapi nggak di angkat. Mungkin sibuk."
"Wa?" tanya Mama lagi.
"Belum di baca," jawab Nazifa pelan.
"Mungkin sebentar lagi, sayang. Macet barangkali." Mama mencoba menenangkannya.
Nazifa beberapa kali menghela nafas panjang. Ada rasa kecewa juga kalau acara malam ini batal.
Tik tok ... Tik tok ...
Waktu terus berputar hingga jarum jam sudah menunjukan pukul 9 malam tapi Afnan belum juga datang.
"Nggak jadi kali," celetuk Andre.
Bara langsung menyikut perut temannya itu ketika melihat raut sedih di wajah Nazifa.
Nazifa berkali-kali menghela nafas untuk mengusir kekecewaan dalam hatinya.
"Ma ... Zee ke kamar dulu, ya. Mau ganti baju," ucap Nazifa lesu.
"Ia, sayang." Mama merasa tak enak hati melihat raut kecewa di wajah menantunya.
Nazifa menaiki tangga dengan lesu. Dan sejujurnya, ada kekecewaan di hatinya.
"Coba kamu telpon Kakakmu, Bar. Dia lagi di mana, sih? Mama jadi sedih liat Zee kecewa."
"Nggak di angkat, Ma," ucap Bara setelah mencoba menghubungi Afnan.
Mamanya mendecak sebal.
🌸🌸🌸
Nazifa terduduk di meja rias menghadap cermin. Memandang wajahnya yang di poles make up tipis lalu menghapusnya seraya tersenyum getir. Menghembuskan nafas panjang.
Kenapa aku begitu kecewa? Bukankah masih ada kesempatan lain?
Nazifa segera mengganti gaunnya dengan piyama tidur. Saat baru saja hendak merebahkan tubuhnya di kasur, terdengar pintu kamar di ketuk.
"Nazi," panggil Bara dari luar kamar.
"Iya, sebentar." Nazifa turun dari kasur kemudian membuka pintu kamar.
Bara tersenyum padanya.
"Ada apa, Bara?" tanya Nazifa tak bersemangat.
"Kamu kan belum makan. Makan dulu, ya. Mama nyuruh aku manggil kamu," ucap Bara.
"Aku nggak lapar, Bara. Nanti aja kalau lapar," jawabnya lesu.
"Tapi, Nazi ...." ucapannya terpotong oleh Nazifa
"Maaf, Bara. Aku mau tidur, ngantuk," ujar Nazifa lalu menutup pintu kamar.
Bara menghela nafas berat lalu turun kembali ke bawah.
"Gimana, Bara?" tanya Mamanya.
"Nazi nggak mau makan, Ma. Katanya nggak lapar," jawab Bara.
Mamanya menghela nafas.
Pukul 10 malam, Afnan baru tiba di rumah.
"Assalamu'alaikum," sapa Afnan saat masuk rumah.
"Wa'alaikumsalam," jawab Bara dan Mamanya.
"Kamu dari mana aja sih, Nak? Bukannya kamu ada janji sama Zee? Apa kamu lupa? Jam berapa ini?" cerca Mamanya.
"Iya, Ma. Maaf. Tadi ada meeting mendadak sama Klien dari Malaysia," jawab Afnan.
"Kamu tuh, ya. Harusnya kalau nggak jadi itu kabarin dong. Biar Zee nggak nungguin. Nggak kasian sama istri kamu? Udah dandan cantik-cantik, taunya yang ditungguin nggak dateng-dateng," kesal Mamanya.
"Iya, Ma. Tadi hape Afnan disilent. Jadi nggak denger telpon."
"Harusnya kamu tadi liat ekspresi Nazifa gimana. Mama ini perempuan. Jadi tau bagaimana perasaan Zee."
"Iya, Ma. Maaf. Jangan marah lagi, ya," bujuk Afnan.
"Jangan minta maaf sama Mama. Sana! Minta maaf sama Zee. Dan jangan lupa ajak Zee makan. Dia belum makan karena nungguin kamu tapi nggak dateng-dateng," ujar Mamanya.
Afnan mengangguk lalu beranjak dari sofa hendak menuju kamarnya.
Tapi ia menghentikan langkahnya saat menyadari seseorang dari tadi tengah menatap tajam ke arahnya.
Bara.
Bara tak melepaskan pandangan mata ke arah Kakaknya.
"Jangan mikir yang aneh-aneh," ucap Afnan pada Bara lalu pergi ke kamarnya.
🌸🌸🌸
Nazifa mencoba memejamkan matanya tapi tak kunjung muncul juga rasa kantuk itu. Tak lama ia mendengar langkah kaki mendekat ke arah kamar. Dengan cepat Nazifa menutupi tubuhnya dengan selimut dan berpura-pura tidur.
Krieett! Pintu terbuka.
Itu pasti Mas Afnan, batinnya.
Bisa ia rasakan tangan seseorang membelai rambutnya.
"Zee," panggil Afnan lembut. "Maafin aku, ya. Aku udah ingkar janji sama kamu. Tadi bener-bener ada meeting yang nggak bisa ditunda."
Au ah! Siapa suruh nggak ngabarin, jawab Nazifa dalam hati.
"Zee." Afnan mengguncang bahu Nazifa pelan.
Nazifa pura-pura menggeliat. "Eh, Mas udah pulang?"
Afnan tersenyum. "Makan dulu, yuk! Kamu belum makan, ya?"
"Mas belum makan juga, kan?" tanya Nazifa.
"Aku udah makan tadi sambil meeting."
Nazifa menghela nafas. "Ooh," jawabnya datar.
"Ayo. Aku temenin kamu makan," ucap Afnan seraya tersenyum.
"Zee nggak laper, Mas. Ngantuk. Mau tidur." Nazifa tidur memunggunginya.
"Zee," panggil Afnan lagi.
Nazifa bergeming. Akhirnya terdengar langkah kaki Afnan masuk ke kamar mandi.
Maafin Zee, Mas. Zee masih kesel. Harusnya Mas bisa telpon atau bales Wa dari aku, batin Nazifa.
Nazifa merasakan kasur bergoyang. Sepertinya Afnan sudah bersiap untuk tidur. Namun Nazifa tak berani membuka matanya. Beberapa menit kemudian terdengar suara dengkuran halus dari belakang Nazifa.
Mas Afnan pasti udah tidur, batinnya.
Nazifa bangun dan duduk di kasur. Ia merasakan perutku bertalu-talu minta diisi.
"Mana bisa aku tidur kalau perutku berisik begini," gumamnya pelan.
Nazifa turun dari kasur dengan perlahan supaya tak membangunkan Afnan. Lalu berjalan dengan mengendap-ngendap keluar pintu kamar.
Lampu-lampu dan TV sudah mati. Semua penghuni rumah ini sudah terbuai di alam mimpi. Hanya cahaya remang yang terlihat. Nazifa berjalan ke arah dapur kemudian mulai memasak Mie instant.
🌸🌸🌸
Saat Nazifa tengah asyik menyantap mie instant, tanpa ia sadari seseorang tengah mengamatinya dari jauh. Andre.
Ia yang baru keluar dari kamar Bara, melihat ke arah Nazifa yang sedang makan.
"Ngapain tu bocah malem-malem? Kelaperan?" gumam Andre.
Senyuman tipis tersungging di sudut bibir Andre.
Gue kerjain loe, ucapnya dalam hati.
Andre berjalan mengendap-ngendap, lalu bersembunyi di balik pintu. Nazifa yang baru selesai makan dan hendak kembali ke kamarnya, tak menyadari akan kehadiran Andre di sana. Saat Nazifa mulai melangkah menuju ke kamarnya, tiba-tiba Andre merentangkan satu kakinya yang panjang. Dan ...
Dugh!
★★★