Rein mengaduk mi instan hingga bumbunya tercampur merata. Dia lalu meletakkan telur dadar sebagai pelengkap. Setelah itu dia mengangkat wajah dan mendapati Lean tengah duduk sambil bertopang dagu. "Nih!" ujarnya.
Bukannya segera memakan mi instan itu, Lean justru menatap Rein semakin dalam. Dia rindu melihat wajah Rein yang kadang jutek dan kadang menggemaskan itu. Belum lagi saat rambut gadis itu dikucir kuda. Bagi Lean, kecantikan Rein semakin bertambah.
"Lean!!" Rein menggerakkan tangan di depan Lean. Saat hendak menarik tangannya menjauh, lelaki itu justru menggenggamnya. Pipi Rein bersemu kala Lean mencium punggung tangannya dan lelaki itu terus menatapnya.
"Makasih udah bikinin gue mi," ucap Lean sambil melepas genggamannya. "Lo nggak bikin sekalian?"
Rein menggeleng lalu duduk di hadapan Lean. "Gue nggak mau gendut."