"Sekarang jelasin, sebelum gue kehilangan akal."
Rein memperhatikan rahang Lean yang mengeras itu. Dia menarik tas slempangnya lalu melemparnya ke meja. Setelah itu dia melepas jaket yang membuatnya sangat kegerahan. Dia seolah mengulur-ulur waktu, membuat Lean kian tidak sabaran.
"Sayang!" geram Lean kala Rein terlihat begitu santai itu.
"Tenangin diri lo dulu."
"Gue udah tenang."
Seketika Rein menatap Lean, melihat napas lelaki itu masih memburu. Rahang Lean juga masih mengeras. Rein menggeleng kemudian mendorong pundak Lean. "Gue haus!" ungkapnya kemudian berlalu menuju dapur.
Di ruang tamu, Lean duduk di lantai sambil mengatur napasnya yang naik turun. Kedua tangannya lalu membingkai kepala. Dia bingung kenapa tidak bisa mengontrol emosi seperti ini. Terlebih di depan Rein.
"Minum dulu."
