Mendengar itu, Dyani menatap Mark dengan tatapan khawatir.
"Mereka tidak marah padaku kan? karena sifatku tadi? " Tanya Dyani lirih.
"Percayalah, mereka tak akan marah.! " Jawab Mark menenangkan Dyani.
"Baiklah! " Jawab Dyani sambil berdiri.
Tapi dia menatap Mark heran karena pria ini tak beranjak dari duduknya.
"Pantatku masih sakit! " Kata Mark karena tau arti tatapan Dyani. Gadis itu terdiam tak tau apa yang mesti dia lakukan.
"Bisa tolong tuntun aku? " Pinta Mark memelas.
Dyani segera membantu Mark berdiri dan memeluk pinggangnya, sementara tangan Mark di ketakkannya di bahunya. Mark berusaha tak memberikan beban terlalu berat pada gadis itu. Tentu saja, karena pria itu hanya berpura-pura sakit.
"Apa kita harus ke Rumah Sakit? " tanya Dyani cemas.
"Gak usah, besok juga sembuh setelah ku olesi balsem." Jawab Mark menenangkan Dyani.
Sepanjang perjalanan mereka bercerita banyak hal sambil tertawa. Akhirnya, mereka sampai di depan rumah Julian.
Tiba-tiba Mark meringis kesakitan. Dyani panik. "Apa masih sakit? bagaimana kalau kita ke Rumah Sakit? " Tanyanya cemas. Sebelah tangannya memegang dada Mark sementara sebelahnya masih menahan pinggang Mark.
"Tidak perlu! " Kata Mark dengan suara tertahannya seperti menahan sakit.
"Lantas..., Apa yang harus aku lakukan? " Tanya Dyani khawatir.
"Hanya satu. Beri aku sebuah ciuman! " Katanya sambil mengangkat dagu Dyani, dan meraup bibir gadis itu dengan lembutnya. Mark yang awalnya hanya ingin memberikan ciuman lembut malah tak bisa mengendalikan dirinya sementara gadis itu seperti hilang kesadaran karena kaget.
"Mark..., hentikan! " Kata Dyani begitu menemukan kesadarannya.
"Oh Tuhan, lagi lagi aku melanggar nasehat mamaku! Jika mama melihat hal ini, beliau akan memarahiku habis habisan, dan ini semua..., Karenamu! " Katanya frustrasi.
"Makanya, menikahlah denganku! Aku takut tak bisa menahan diri jika bersamamu! " Pinta Mark untuk kesekian kalinya.
Mark kembali memegang pipi gadis itu dan hendak mencium bibir gadis itu lagi. Namun Dyani segera menahannya dan berkata.
"Hanya karena itu? " Tanya Dyani kesal.
"Salah satunya Sayang..., Yang paling penting, Aku tak ingin kehilangan kamu, Aku hanya ingin kamu. Jika sekedar untuk hasrat, aku bisa dengan mudah mendapatkan nya dimana saja! " Dyani tampak kesal dan membalikkan tubuhnya. Dia kembali ingat masa lalu, Mark begitu mudahnya membawa wanita yang menjadi pacarnya untuk menemaninya di ranjang, dan mereka sangat bangga jika pria itu memilihnya. Sangat menyebalkan. Dan herannya, kenapa saat ini Dyani malah sangat mencintainya.
Mark segera menarik tangan gadis itu sehingga gadis itu kembali menghadap ke arah nya.
"Tapi aku hanya inginkan kamu. Bukan wanita lain. Menjalin hubungan denganmu adalah ujian terberatku. Dan aku akan berusaha menakkukan ujian itu walau sebesar apapun. Karena semakin tinggi tantangan yang kita taklukan pasti hasilnya akan semakin nikmat!" Kata Mark dengan tatapan usilnya menatap Dyani lapar seolah olah gadis itu hidangan yang lezat. Dyani tanpa sadar mengigit lengan Mark karena kesal yang sejak tadi ditahannya.
"Auw..., Sayang! Kamu rakus sekali! " Kata Mark yang berusaha melepaskan tangannya dari gigi gadis itu.
"Ada apa ini? " Tanya sebuah suara mengagetkan Dyani. Mereka menoleh ke sumber suara, ternyata ke empat orang tua Dyani telah berdiri di depan pintu sambil menatap gadis itu kaget.
"Dia lapar! " Jawab Mark sambil meringis menahan sakitnya. Karena jujur saja gigitan Dyani sangat perih.
"Apa aku harus di suntik rabies? " Tanya Mark polos.
Dyani langsung menendang kakinya dan berkata dengan kesal. "Kau pikir aku kera? " Mark hanya tertawa. Sementara itu, Mama hanya menatap putri kecilnya yang lembut dengan heran. Kenapa gadis ini bisa bersikap bar bar seperti itu? Apa pria ini yang merubahnya? "
Sementara Martha berdiri terpaku menatap cemas putrinya ini. Dia khawatir gadis itu masih marah padanya.
Melihat itu, Dyani segera mendekatinya dan memeluk perempuan itu. Air mata martha tumpah, dia segera membalas pelukan putrinya itu sambil menciumi seluruh wajah Dyani.
"Ibu akhirnya bisa juga meluk kamu! " Katanya sambil membingkai wajah putrinya itu.
Dyani menghapus air mata ibunya yang membasahi pipi wanita 43 tahun itu.
"Akhirnya aku juga bisa bertemu Ibuku! " Katanya sambil memeluk tubuh ibunya dengan erat.
Yusuf mendekati kedua wanita yang sangat dicintainya itu. Dan memberikan pelukan hangat untuk mereka berdua.
"Aku janji, kita akan terus bersama. Aku akan mengurus kewarganegaraan kalian! " Gumam pria itu.
Mark sangat senang mendengar hal itu, sementara Julian dan orang tua nya tampak sedih. Mereka akan semakin jauh Dyani.
"Kami akan sering mengunjungimu! Keluarga ku juga masih ada di sana! " Kata Martha sambil memeluk ibu angkat Dyani.
"Terimakasih banyak telah menyayangi putriku sepenuh hati. Aku tak tau dengan cara apa aku bisa membalas semua kebaikanmu! " Kata Martha sambil melepas pelukannya.
"Jangan katakan itu, Dyani juga putriku! Itu juga kewajibanku sebagai seorang ibu! " Jawab Ibu angkat Dyani tulus.
"Oh ya, hari ini kalian nginap di sini. Aku ingin tidur bersama Dyani. Apa kamu mau gabung bersama kami? Aku akan menceritakan kisah putri kecil kita ini. Apa kamu mau mendengarkannya? " Mendengar itu, Martha tampak senang.
"Dengan senang hati! Kita akan tidur bertiga.! " Jawab Martha semangat. Sementara Yusuf tampak lesu karena harus terpisah dengan istrinya yang baru di temuinya kemarin. Padahal pria 45 tahun ini, belum puas melepas rindunya, tapi demi putri mereka, dia rela mengalah untuk malam ini.