Julian tak ingin memaksa Aisyah menceritakan apa pekerjaannya. Dia yakin suatu saat sahabat masa kecilnya ini akan menceritakan sendiri pekerjaannya
.
"Lantas, dia menjatuhkan talak dua padamu enam bukan yang lalu? terus dia minta rujuk lagi? " Tanya Julian penasaran.
"Bukan. Aku yang memohon padanya agar kembali rujuk. Akhirnya dia menerimaku kembali, tapi sikapnya mulai dingin. Dia sering pulang larut malam. Bahkan kadang tak pulang. Pernah suatu hari aku ke kantornya, waktu akan masuk, ternyata pintunya di kunci. Akhirnya aku mengetuk pintu. Pintu terbuka lima menit kemudian, sekretarisnya ada di dalam. Entah apa yang mereka lakukan di ruangan tertutup itu. "
"Kamu tidak bertanya? " Tanya Julian penasaran.
"Aku tak mau bertengkar lagi. Aku hanya berpikir mereka sedang rapat saja, dan tak ingin di ganggu. Lagi pula pernikahan kami sudah di ujung tanduk, jadi aku tak ingin memancing amarahnya" Jawab Aisyah dengan tatapan sedih. Matanya tampak kosong seolah dia kembali ke masa itu.
"Lalu..., apa yang menyebabkan dia menjatuhkan talak untuk ke tiga kalinya. ?" Tanya Julian penasaran.
"Empat bulan yang lalu. Aku ke rumah sekretarisnya. Awalnya aku hanya ingin menanyakan keberadaannya karena sudah dua minggu tak pulang. Dia mengatakan kalau dia akan ke Batam sebelum pergi. Tapi setelah dua minggu dia belum kembali dan tak bisa di hubungi. Tapi aku malah melihat mereka berduaan di rumah itu. Aku marah. Aku kalut. Suamiku serumah dengan perempuan lain. Dan aku begitu bodohnya menyuruh memilih antara aku atau perempuan itu. Tentu saja suamiku yang mabuk kepayang malah memilih perempuan itu dan menjatuhkan talak padaku untuk ketiga kalinya. Padahal saat itu aku tengah hamil delapan minggu! " Kata Aisyah terisak.
Julian terdiam. Dia membayangkan satu tahun lamanya Dyani melihatnya bersama wanita lain di rumah mereka. Seharusnya dia malu untuk memohon agar gadis itu kembali padanya.
"Aisyah..., Aku yakin suatu saat kamu akan bahagia.! " kata Julian tulus.
'Begitu juga denganmu Sayang..., Aku yakin Mark mampu membuatmu bahagia! ' Batin Julian dengan tatapan sedih.
"Hhhhhmmm.... Terima kasih banyak kamu mau mendengarkan kisahku. Aku tak punya siapa-siapa lagi untuk berbagi!" Kata Aisyah masih dengan nada sedihnya.
"Orang tuamu? " Tanya Julian penasaran.
"Mereka telah tiada, tragedi pesawat itu merenggut mereka dariku. Saat itu aku masih duduk di bangku SMA. Orang tua suamiku merawatku karena mereka adalah sahabat dari kecil. Aku jatuh cinta padanya saat masih SMA, kami tak satu sekolah, tapi karena kami tinggal serumah, hal itu membuat kami dekat. Kami takut memberi tahu orang tuanya. tapi dua tahun yang lalu dia mengakui pada orang tuanya bahwa dia mencintaiku dan ingin menikah denganku. Mereka kaget. Tapi mereka merestui! " Kata Aisyah tersenyum lembut membayangkan masa lalunya. Julian tanpa sadar juga tersenyum melihat wajah Aisyah yang seolah tanpa beban saat itu.
"Ada apa? " Tanya Aisyah saat menatap Julian.
"Tidak apa-apa. Aku hanya senang saat melihat kamu tersenyum saat itu.! " Jawab Julian masih menatap lembut Aisyah sambil tersenyum.
"Oh iya, kamu sudah mendengar kisahku. Bagaimana dengan kisahmu? " Tanya Aisyah dengan tatapan menuntut. Julian sedikit khawatir kalau Aisyah akan membencinya setelah mendengar kisahnya.
"Mungkin kau akan membenciku setelah ini. Tapi aku benar-benar menyesal telah berbuat seperti itu.! " Julian mulai menceritakan kisahnya. Aisyah mendengarnya dengan saksama. Wajah perempuan itu tampak kaget mendengar cerita Julian. Kadang kala dia menampilkan ekspresi kesal, marah dan sedih. Tapi dia tak berkomentar sedikit pun sampai Julian mengakhiri ceritanya.
"Dia gadis yang tabah. Sangat tabah! . Kenapa kau bisa sejahat itu? " Tanya Aisyah sambil menendang kaki Julian.
"Ya itu tadi, karena kebodohanku. Aku terlalu mencintai kekasihku sampai-sampai menelantarkan istriku! " Katanya tersenyum kecut.
Mereka sama-sama terdiam untuk beberapa saat. Sampai akhirnya Aisyah kembali membuka suara.
"Julian, Aku harus pulang, sebentar lagi senja!"
"Oh iya, baiklah. Mari ku antar! " Kata Julian menawarkan diri.
"Tidak usah. Terima kasih. Aku membawa mobil. " Jawab Aisyah tersenyum lembut.
"Baiklah kalau begitu. Hati-hati di jalan. Jaga kesehatanmu! " Kata Julian sambil melambaikan tangannya.
"Iya!" Jawab Aisyah sambil tersenyum dan meninggalkan tempat itu. Sementara Julian masih betah duduk di sana. pikirannya kembali berkelana ke masa itu.
......
London. Beberapa bulan kemudian
Mark tampak gelisah dan kesal. Melihat itu, Dyani menjadi cemas. Bukankah ini yang dinanti nanti suaminya selama ini?
Suami? Ya..., hari ini mereka resmi menikah.
Dyani ingat betapa Mark sangat gembira pagi ini ketika dia berhasil mengucapkan akad nikah dengan lancar. Pria itu bersorak girang dan langsung memeluk Dyani dan mencium bibir gadisnya itu dengan mesra yang mengakibatkan Dyani malu setengah mati dan tak berani mengangkat wajahnya untuk menatap tamu yang hadir.
"Sayang..., jangan malu. Di sini hal itu biasa! " Bisik Mark setelah beberapa saat agar istrinya itu tidak selalu menundukkan kepalanya.
Dyani mencoba untuk mengangkat wajahnya dan melihat tamu yang hadir tampak santai dan tidak menatap mereka aneh. Barulah gadis itu mampu mengedarkan pandangannya ke segala arah.
Mark tersenyum geli melihat ulah Dyani dan hendak menggodanya sekali lagi. Dengan santai pria itu memeluk Dyani dari belakang dan mengecup leher gadis itu. Dyani langsung kaget dan celingak celinguk melihat tamu yang hadir. Dia takut menjadi tontonan. Mark malah tertawa melihat istrinya itu.
Mark..., Ku mohon, jangan lakukan itu lagi! " Kata Dyani sedikit kesal.
Dan sekarang..., Suaminya ini tampak kesal dan marah. entah apa yang mengganggu pikirannya sehingga suaminya itu gelisah. Apa karena Julian dan keluarganya hadir di pernikahan mereka? Tapi rasanya bukan karena itu. Karena tadi Mark tampak tertawa akrab dengan pria itu dan mengobrol cukup lama layaknya dua sahabat yang sudah lama tak bertemu.
Atau..., mantan kekasihnya hadir di sini? Tiba-tiba saja Dyani menjadi sedih memikirkan hal itu. Dia tak ingin kisah pernikahan pertamanya kembali terulang.
"Mark...,! " Kata Dyani sambil memegang lengan Mark. gadis cantik itu menatapnya sedih. Mark menoleh ke arah istrinya itu dan kaget saat melihat wajah sedih Dyani.
"Sayang..., kamu kenapa? Apa ada yang sakit?" Tanya Mark khawatir sambil membawa Dyani duduk. karena Mark sejak tadi berdiri.
"Apa kamu menyesal menikahiku? " Tanyanya hampir menangis.
"Ya Allah..., kenapa kamu malah berpikir begitu? Apa kamu tak tahu betapa aku menantikan hari ini? " Mark malah balik bertanya.
"kenapa dari tadi kamu terlihat kesal dan marah? Aku pikir kamu menyesal dengan pernikahan kita! " cicit Dyani sedih. Mark langsung memeluk istrinya itu dan berbisik.
"Aku kesal karena mereka belum juga pulang. Padahal aku tak sabar lagi untuk melahapmu! Kamu tau kan? Aku telah menahan ini cukup lama? " Bisik Mark di telinga Dyani. Dyani langsung menjauhkan diri tapi suaminya itu malah memeluknya lebih erat.
Di sudut ruangan, sepasang mata memperhatikan mereka. Seulas senyuman menghiasi bibirnya.
"Sayang..., semoga kau bahagia! " Gumamnya lirih pada mantan istrinya itu . Tanpa di sadarinya air mata lolos dari sudut matanya.