Julian menatap sedih sahabatnya itu.
"Hm.. kita punya nasib yang sama! " Katanya tersenyum miris.
"Ya..., kita punya nasib yang sama! " Jawab Aisyah sedih.
"Apa kamu juga masih mencintainya? " Tanya Julian sambil menatap sahabatnya itu.
"Tidak lagi, setelah semua perlakuannya padaku. Kami tak akan mungkin kembali lagi karena dia telah menceraikanku sebanyak tiga kali. Meskipun... Aku tengah mengandung anaknya. Aku mungkin tidak bisa menjadi istrinya yang baik!" Jawab Aisyah tersenyum kecut.
"Apa dia menjatuhkan talak saat kau hamil? Aku tak yakin ini semua kesalahanmu! Walau bagaimana pun kejamnya dirimu, tapi kau gadis yang baik dan berhati lembut. Aku tau itu karena kita sangat dekat waktu kecil! " Jawab Julian menatap Aisyah lembut. Aisyah hanya tersenyum mendengar perkataan sahabatnya itu.
"Dia tak tau kalau aku hamil. " Jawab Aisyah tersenyum miris. "Oh ya, Aku ingin mendengar semua kisahmu! Hanya saja aku harus kembali bekerja! " Kata Aisyah lagi dengan ceria seolah olah dia tak saja habis bersedih.
"Lain kali kita ketemu lagi!" Kata Julian tersenyum lembut.
Mereka akhirnya berpisah.
Sebulan pun beralu, Julian tak pernah lagi bertemu dengan Aisyah karena kesibukan mereka masing-masing .
Julian telah mengirimkan surat perceraian mereka. Mark yang mengetahui hal itu sangat senang dan langsung membawa orang tuanya untuk melamar Dyani. Lamaran nya di terima, hanya saja Dyani meminta agar dia menyelesaikan kuliahnya dulu. Mark merasa keberatan harus menunggu Dyani selama satu tahun lagi . Dia meminta agar pernikahan mereka di percepat, kalau bisa minggu besok. Dyani kesal mendengar rengekan Mark yang tak tau malu. Akhirnya setelah mendesak, pernikahan mereka dilaksanakan 6 bulan lagi. Mark masih merasa keberatan, tapi tak ada salahnya dia menunggu beberapa bulan lagi. Toh dia telah menunggu kekasihnya itu dua tahun lebih agar bisa di persuntingnya.
....
Satu minggu kemudian.
Akhirnya malam itu juga mereka bertunangan. Dyani tak ingin merayakan pertunangan mereka secara besar-besaran, cukup acara keluarga besar mereka saja. Kekek Dyani juga hadir di sana, Dyani merasa sangat beruntung, dia tak pernah membayangkan akan mempunyai keluarga besar seperti ini. Keluarga kandungnya sendiri. Bukan keluarga angkat maupun keluarganya di panti asuhan.
Setelah acara tukar cincin, Mark segera mencium bibir Dyani mesra. Dyani dan Ibunya, Martha melotot kaget, sementara semua yang hadir bertepuk tangan dengan wajah gembira.
Martha memijit pelipisnya sambil bergumam... " Dasar bule! " katanya kesal. Sementara wajah Dyani merah sempurna karena malu.
Ingin rasanya dia memukul Mark saat itu karena berani-beraninya menciumnya di hadapan umum. Tapi gadis itu tak bisa melakukannya.
"Kamu kenapa? " Tanya Mark yang melihat Dyani yang tertunduk dengan wajah merah. Dyani menatap Mark dengan tatapan kesal, akhirnya pria itu tertawa karena paham situasinya.
"Sekarang kamu benar - benar tunanganku! " Katanya sambil memeluk pinggang Dyani dan kembali hendak mencium bibir gadis itu. Tapi Dyani segera menutup mulutnya dengan tangan nya. sementara itu Martha tampak syok melihat ulah calon menantunya ini. dia takut kalau anaknya malah akan memberinya cucu di luar pernikahannya.
"Mmmm..., Bagaimana kalau pernikahan mereka di percepat saja! " Perkataan Martha menghentikan pembicaraan semua orang. Dyani hendak protes, tapi Mark malah bersorak girang. Bagaimana tidak, jika bisa dia ingin menikah malam itu juga dengan kekasihnya ini.
"Baiklah..., Kita majukan saja . Ku rasa..., tiga bulan cukup untuk menyiapkan pesta pernikahan mereka bukan? " Kata Sarah antusias, perempuan paruh baya itu tampak sangat bahagia karena bisa menikahkan putranya dengan Dyani.
Dyani tak bisa berkata apa-apa lagi karena kedua belah pihak keluarga telah menentukan nya. Mark tersenyum manis menatap Dyani, tapi gadis itu malah cemberut. Dia tau apa yang menyebabkan Ibunya memajukan rencana pernikahan mereka.
"Aku tak sabar lagi! " Bisik Mark yang telah memeluk Dyani dari belakang, di telinga gadis itu dan memberikan ciuman di leher gadis itu. Dyani merinding. Dyani berusaha melepaskan diri, tapi sepertinya tak seorang pun yang menghentikan ulah Mark. Akhirnya Dyani bernafas lega saat melihat Ibunya yang berjalan ke arah mereka.
"Mark..., lepas ! Ibuku ke sini. Kami orang timur. Tak terbiasa dengan ini. kamu memelukku di depan umum! " Kata Dyani cemas. Dia takut Ibunya akan memarahinya. Sementara Martha khawatir kalau Mark akan mengulangi kesalahannya lagi, sementara anaknya telah mabuk dalam pesona pria muda itu. Martha khawatir mereka akan berbuat lebih sebelum pernikahan itu.
"Mark..., Ibu ingin Dyani tak usah bekerja lagi di tempatmu menjelang pernikahan kalian. Ibu ingin mempersiapkan dirinya untuk acara pernikahan kalian! " Kata Martha pada Mark.
Ini sebenarnya hanya alasan Martha agar anaknya tak terlalu sering bersama pria itu menjelang pernikahan mereka. Dia khawatir entah apa yang akan dilakukan oleh dua insan yang sedang di mabuk asmara itu jika terlalu sering berduaan. Apa lagi Martha tau kalau Mark calon menantunya adalah pria yang baru insyaf dari penyakit gila sex nya. ya meskipun itu sudah berlangsung selama dua tahun lebih, tapi bisa jadi pria ini akan kembali khilaf setelah sekian lama berpuasa.
Mark rasanya tak rela, apalagi membayangkan akan jarang bertemu dengan gadis itu selama hampir tiga bulan ini. Tapi dia akan berusaha untuk menahan dirinya, toh mereka masih bisa bertemu setiap harinya karena Mark akan menjemput Dyani setiap paginya.
.......
Di lain tempat.
Julian melihat sahabat karibnya waktu SMA berjalan dengan seorang wanita cantik dengan mesranya.
Dia ingin mendekati sahabatnya itu namun ditahannya karena tak ingin mengganggu sahabatnya itu.
Meskipun Julian merindukan sahabatnya ini, tapi dia tak ingin mengganggu sahabatnya itu. Apalagi saat melihat sahabatnya itu berjalan ke arah tempat menjual perlengkapan bayi.
"Jadi itu istrinya? sepertinya mereka akan membeli perlengkapan bayi! " Gumam Julian menatap haru sahabatnya itu dari ke jauhan. Andai saja dia tak menyiakan istrinya dahulu, pasti saat ini mereka juga telah mempunyai seorang bayi.
"Dyani..., maafkan aku! " Gumamnya lirih, namun matanya masih saja menatap haru pasangan yang tengah tertawa bahagia itu.
Saat Julian meninggalkan tempat itu, seorang pria mendekati mereka dengan wajah menahan amarah.
"Stefi...! jadi selama sebulan ini kamu tak bisa dihubungi karena laki-laki ini? " Tanya pria itu menatap kesal ke arah sahabat Julian tadi. Laki-laki itu menatap pria yang baru saja datang itu dengan tatapan penuh tanda tanya.
"Dia istriku! dan dia tengah hamil anak ke dua kami! " Kata pria yang baru datang itu menatap tajam laki-laki yang bersama Stefi tadi.
Laki-laki itu menatap Stefi dengan tatapan yang sulit diartikan.
"Maaf..., Aku akan pergi! " Jawab pria itu sambil berlalu.
Stefi mengejar pria yang bersamanya tadi.
"Mas Arkan tunggu aku! Aku bisa jelaskan.!"
"Tak ada yang perlu di jelaskan. Hubungan kita berakhir. Kau bohong padaku mengatakan kalau itu darah dagingku. Kau membuatku menceraikan istriku! " Jawab Arkan penuh emosi.
"Tapi aku mencintaimu! " Jawab wanita itu.
"Kau boleh pergi dengannya! " Jawab pria itu penuh emosi dan meninggalkan Stefi dan Arkan.
"Aku juga tak bisa bersamamu! " Jawab Arkan sambil berlalu meskipun wanita itu mencoba menahannya.
"Aisyah...! Aku bodoh! " Gumam pria itu merutuki dirinya dan meninju dinding plaza itu.