Mendengar perkataan suaminya, Martha tampak kaget dan menatapnya penuh harap.
"Apa kamu kenal dia? " Tanya nya dengan senyuman.
"Tentu saja. Aku awalnya dulu merasa dia memang putriku. Dia mirip sekali denganmu. tapi kulit, hidung, mata, dan rambutnya mewarisi ku!" kata Yusuf bangga.
"Ya, aku tau, kulitku coklat! " Kata Martha kesal. karena dia memang tak seputih Yusuf. Yusuf malah tertawa melihat istrinya yang cemberut .
"Sayang, aku malah menyukai kulitmu itu! " Katanya sambil mengecup kening istrinya itu.
"Kita pergi sekarang! " Kata Martha tidak sabar.
"Sabar sayang, putri kita sedang kuliah. Malam nanti kita ke sana! " Kata Yusuf sambil memeluk istrinya dari depan sehingga membuat Martha sedikit risih karena tatapan intens suaminya itu.
"Minggir! " Kata Martha berusaha melepaskan diri. Yusuf malah tertawa dan melepaskan istrinya itu.
"Bagaimana cara kita mengatakan padanya? " Tanya Martha dengan wajah khawatir . Dia tak tau bagaimana cara memulai pembicaraan dengan putrinya itu. Martha takut jika putrinya tak mau terima dan tak mau memaafkannya.
"Katakan saja yang sebenarnya, aku yakin dia akan paham. Dia anak yang baik! " Kata Yusuf tersenyum lembut.
.......
Seperti janjinya, Dyani malam itu sudah berada di rumah Julian. Gadis itu langsung ke sana sepulang kuliah.
Ibu angkatnya sangat gembira. Mereka bercengkerama di ruang keluarga mengenang kisah masa lalu ketika Dyani masih kecil dan tinggal di rumah mereka. Dyani kecil membawa kehangatan dalam keluarga itu. Meskipun bukan anak kandung, tapi kedua orang tua angkatnya tak pernah membedakannya dengan anak kandung mereka.
Julian tersenyum lembut menatap Dyani dari jauh. Matanya tak lepas dari senyuman yang menghiasi wajah gadis itu. Senyuman yang sangat manis. Senyuman yang tak pernah di perlihatkan Dyani saat bersamanya.
Tiba-tiba tatapan mereka bertemu. Dyani sedikit canggung karena Julian menatapnya sedemikian rupa. Gadis itu mengalihkan pandangannya dan segera menunduk.
Julian terdiam karena reaksi Dyani. Dia berfikir, andai saja dulu dia menerima pernikahan mereka dan memperlakukan Dyani layaknya seorang istri, pasti dia juga akan mendapatkan senyuman hangat seperti itu.
Julian mendekati Dyani dan mamanya yang sedang berbicara, lalu mendudukkan diri di samping Dyani..
"Mama, bolehkah aku bicara berdua dengan Dyani? " Pinta Julian pada Mamanya.
"Baiklah! " Jawab sang mama yang langsung pergi tanpa mempedulikan pandangan protes dari Dyani yang tak ingin ditinggalkan bersama mantan suaminya ini.
Jino yang duduk di depan televisi memperhatikan mereka dari sudut matanya.
"Dyani, Maafkan aku. Tak bisakah kamu kembali padaku? Aku janji akan menjadi suami yang baik untukmu. Aku janji! " Kata Julian lembut.
Dyani menatap Julian bingung. Dia tak menyangka kalau Julian masih juga berusaha meminta untuk kembali.
"Maafkan aku. Aku tak bisa lagi! " Jawab Dyani lirih. Julian tampak kecewa. Pria itu menggenggam tangan Dyani. Dyani kaget dan berusaha melepaskan pegangan tangan Julian namun Julian menggenggam tangannya erat.
"Sayang..., Biarkan seperti ini sebentar. Kumohon! " Kata Julian dengan mata berkaca kaca. Dyani tak tau harus bagaimana lagi. Dia merasa sangat risih diperlakukan seperti ini.
"Andai saja..., aku betul betul menjadi suamimu saat itu, mungkinkah kamu bisa mencintai ku? " Tanya Julian menatap lembut gadis itu.
Dyani tersenyum lembut dan berkata. "Pasti! " Air mata Julian tanpa sadar jatuh di pipinya.
"Apa saat ini kesempatan itu hilang? " Tanyanya dengan suara bergetar. Dyani menunduk dan mengangguk.
"Apa karena ada pria itu? " Tanya Julian sedikit kesal. Sekali lagi Dyani mengangguk, namun dia masih tetap menunduk. Julian bernafas lelah
"Maafkan aku. Dari dulu aku berjanji akan tulus menyayangi seseorang yang menyayangi ku!" Jawab Dyani. Jino yang mendengar hal itu langsung menunduk. Dia ingat seorang gadis yang dengan tulus mencintai dari dahulu. Tapi karena hatinya ada untuk Dyani, dia malah mengabaikan gadis itu.
"Aku harus kembali! Aku tak ingin menyia-nyiakan cinta yang ada untukku " Gumamnya dan langsung berdiri menuju kamarnya dan mengemas pakaiannya.
"Mau kemana? " Tanya mamanya yang melihat putra keduanya mengemas pakaiannya.
"Ma, aku mau pulang! Aku tak mau seperti kakak, kehilangan gadis yang mencintai ku karena menyia-nyiakannya. Aku harus menyatakan perasaanku padanya sebelum dia pergi meninggalkanku! " Kata Jino sambil menggenggam tangan mamanya itu.
"Kapan kamu berangkat? "
"Malam ini juga. kebetulan masih ada jadwalnya dan aku sudah mendapatkan tiketnya! " Katanya setelah tadi dia membeli nya online.
Orang tuanya hanya menatap heran putra kedua mereka itu karena tergesa-gesa meninggalkan rumah itu.
............
Beberapa saat kemudian, Mark dan kedua orangtua Dyani datang ke rumah Julian.
Begitu membukakan pintu, Ibu anggkat Dyani diam membeku tak percaya dengan apa yang dilihatnya.
Sosok cantik yang menjadi idolanya berdiri di depan pintu rumahnya.
"Nyonya...! Ada apa? " suara Mark membuyarkan lamunannya.
"Ruht... ini Ruht kan? Oh Tuhan... Apa aku bermimpi? " Pekiknya histeris.
"Dyani..., Sayang..., Kesini sebentar! Apa mama bermimpi, Nak? " Tanya perempuan itu sedikit berteriak. Dyani berlari tergesa - gesa ke ruang tamu, dan tak lama kemudian, Gadis itu juga berteriak Histeris.
"Mbak Ruht...! Ya Tuhan..., Apa ini nyata? " katanya sambil berlari dan memeluk wanita paruh baya itu dengan senyuman merekahnya.
Martha tersenyum bahagia saat putrinya memeluknya erat. Tanpa sadar, Martha membalas pelukan Dyani dan mengecup keningnya. Dyani semakin bersorak girang, kemudian gadis itu lari kebelakang dan kembali lagi membawa ponselnya. Dia sibuk mengambil foto Martha dan dirinya, tentu saja ibu angkatnya tak mau ketinggalan.
Martha menjadi gugup karena ulah putrinya ini. Sementara Mark dan Julian tak percaya melihat tingkah ajaib Dyani. Mereka awalnya berfikir kalau Dyani adalah gadis pendiam dan bersifat dewasa. Namun pemandangan kali ini, membantah pemikiran mereka mengenai gadis itu.
"Pak Yusuf! Anda juga di sini? " Tanya Dyani yang baru menyadari kehadiran pria separuh baya itu, namun masih terlihat tampan dan gagah.
Yusuf tersenyum mendekati Martha dan merangkulnya.
"Aku dan istriku ingin mengatakan sesuatu! " Kata Yusuf sambil tersenyum. Kedua wanita berbeda usia itu langsung teriak girang.
"Ya Tuhan..., Jadi ini suamimu? Kenapa tak pernah di tujukkan pada media? kami kan penasaran.! " Kata Mama Julian sambil memegang tangan Martha. Martha hanya tersenyum canggung. Bagaimana dia akan menunjukkan pada media jika dia juga baru menemukan pria itu tanpa sengaja kemarin.
Melihat istri dan anak gadisnya yang menyerang tamu mereka di pintu, Ayah Julian berdehem dan berkata " Apa kalian hanya menyambut tamu di pintu masuk? kalian sopan sekali! " Kata pria paruh baya itu dengan bahasa Indonesia. Martha langsung tertawa mendengar perkataan itu.
Dyani dan ibu angkatnya langsung menarik tangan Martha agar duduk di ruang tamu. Mereka duduk di kiri kanan Martha sambi terus menatap kagum wanita itu.
"Oh iya, aku akan membuatkan minuman! " Kata Dyani malu dan segera lari ke belakang.
Sepeninggal Dyani, Martha mulai menceritakan kisahnya. Orang tua angkat Dyani kaget mendengar cerita wanita yang menjadi idolanya itu.
"Jadi Dyani putri kandung kalian! " Kata wanita paruh baya itu.
"PRANK...!" Suara gelas pecah membuat mereka serentak memalingkan wajah ke sumber suara.
"Jadi kalian orang tua kandungku? " Tanya Dyani sesak menahan amarahnya.
"KENAPA KALIAN MEMBUANGKU! " Katanya kesal sambil berlari meninggalkan ruangan itu.
"Dyani...! Sayang! Tunggu sebentar! " Kata Ibu angkatnya mencoba mengejar. Namun Dyani telah dahulu keluar rumah itu.
"Nyonya, biar aku yang mengejarnya! " Kata Mark pada ibu angkat Dyani, pria itupun berlari mengejar gadisnya itu.