Hari ini adalah hari terakhir pengobatan Sarah. Kesehatannya sudah benar-benar membaik. Akhirnya David merasa lega istrinya bisa disembuhkan. Hanya saja sepertinya Sarah masih enggan untuk memaafkannya.
Selama dalam perjalanan, Sarah tak. sekalipun berkeinginan untuk memulai percakapan, bahkan dia terlihat enggan saat suaminya berbicara padanya.
"Aku sudah tak apa-apa! terima kasih banyak!" Kata Sarah pada David seolah-olah mereka adalah orang asing.
"Tak perlu berterima kasih, Aku suamimu. Itu adalah kewajibanku! " Jawab David.
Sarah tertunduk dan tersenyum kecut. "Suami! " Gumamnya dengan nada sedih. David kaget mendengar gumaman Istrinya itu.
"Sayang, Maafkan aku! Tak bisakah kamu memaafkanku? " Tanya David dengan nada menyesal.
"Kamu hanya kasihan padaku kan? Aku sudah tak apa-apa, jadi jangan khawatirkan aku lagi!" Jawab Sarah menatap suaminya itu.
"Aku tak ingin kehilanganmu! Hal kemarin membuat aku takut. Aku janji akan bersikap baik. Tak akan bersifat seperti itu lagi. Oh ya sayang. Kasinoku sudah ku tutup. Ku jadikan restoran! " Kata David sambil tersenyum. Sarah memandang tak percaya, melihat itu, David langsung mengangguk meyakinkan. Akhirnya seulas senyuman menghiasi bibir Sarah.
"Kita langsung pulang hari ini! " Kata David mengajak istrinya itu.
"Ada satu hal yang jadi pikiranku. Aku ingin agar Mark segera menikah dengan Dyani! " Kata Sarah tiba-tiba.
"Kita nikahkan saja mereka.! "
"Bagaimana caranya? Dyani masih terikat pernikahan secara hukum di Indonesia. Jika kita nikahkan mereka, itu akan membuat Dyani dalam masalah. Bisa-bisa dia diancam pidana di negaranya jika suaminya melaporkan hal itu! " Jawab Sarah lagi. David hanya terdiam. Perkataan istrinya itu memang benar adanya.
...
"Julian, Cepat! Nanti kita ketinggalan pesawat! " Kata Mama Julian sedikit khawatir.
Mereka sekeluarga buru-buru berangkat. Papa Julian terpaksa meninggalkan pekerjaannya dan mengambil cuti dadakan. Bahkan kedua adik Julianpun ikut dan tak mau menunggu di rumah.
Di saat mereka pergi, Seorang wanita cantik, datang ke rumah itu. Hatinya berdebar-debar, karena akan bertemu dengan putrinya yang selama ini menghilang.
"Sayang... mudah-mudahan kamu memaafkan Mama Nak! " Gumamnya dengan wajah sendu.
Dengan mengumpulkan keberanian, Martha menekan bel rumah itu.
Tapi sayangnya, Martha harus menelan kekecewaan karena tak menemukan mereka di sana. Terlebih dia mendengar kabar dari pelayan di rumah itu, kalau putrinya tak berada lagi di sana dan melanjutkan kuliah di London.
Marta bertekat, bagaimanapun dia harus bertemu dengan putrinya itu. Oleh karena itu, Dia juga mengurus keberangkatannya ke sana. Martha berharap, mereka bisa bertemu, meski hanya bermodalan foto Dyani dan alamat kampusnya.
Perempuan paruh baya yang masih terlihat cantik itu, tak henti-hentinya menatap haru foto putrinya itu.
.......
"Sayang, Aku tak mau lagi kamu menjadi pegawai di sini! " Kata Mark tegas.
"Apa kamu memecatku? " Tanya Dyani sedih.
"Iya! " Jawab Mark sambil menatap lembut gadisnya itu.
"Aku salah apa? " Tanya Dyani protes.
"Kamu gak salah apa-apa, hanya saja aku gak ingin kamu dihina seperti kemarin! " Kata Mark sambil membelai rambut Dyani.
"Aku gak papa kok! Hidup itu memang penuh tantangan. Aku gak akan menyerah karena hal seperti itu! " Kata Dyani semangat. Mark hanya tersenyum dan mengecup dahi gadisnya itu sehingga membuat Dyani memerah karena malu. Melihat wajah Dyani yang malu Mark malah memeluknya, meskipun Dyani mencoba mendorong tubuhnya Mark malah mempererat pelukan mereka.
"Kita jalan-jalan! " Ajak Mark.
"Kemana? "
"Kemanapun yang kamu inginkan! " Jawab Mark sambil tersenyum.
"Indonesia! " Kata Dyani semangat.
"Aku gak mau ke sana! " Kata Mark khawatir. Dia takut Dyani tak akan mau kembali lagi. Gak mungkin kan? Dia akan menyeret atau menculik gadis itu?
"Bukankah katamu kemanapun keinginanku? " Tanya Dyani kecewa.
"Bukankah kamu gak libur kuliah? Maksudku jalan-jalan di sekitar sini! " Jawab Mark berusaha mengalihkan pertanyaan Dyani.
Akhirnya Dyani menyetujui usulan Mark. mereka jalan-jalan di sekitar kota London. Tiba-tiba Dyani ingin menaiki London Eye, Mark sedikit khawatir. "Apa kamu gak takut ketinggian? Biang lala itu tingginya sampai 135 meter lho! " Kata Mark sedikit khawatir.
"Aku penasaran. ! Aku dengar pemandangan kota London dapat terlihat jelas dari atas sana! " Kata Dyani semangat.
"Baiklah! " Kata Mark sambil tersenyum.
Sesampai di sana, Dyani sudah tak sabaran. Dengan semangat Dyani menarik tangan Mark layaknya seorang anak kecil yang ingin buru-buru dipenuhi keinginannya.
"Ayo Mark... Buruan! " Katanya hampir berlari. Tiba-tiba saja Dyani berhenti. Dia merasa dejavu, seolah-olah pernah mengalami hal yang seperti ini.
"Ada apa? " Tanya Mark heran.
"Sepertinya aku pernah mengalami hal ini! " Jawab Dyani sambil menatap Mark. Ini sudah kelima kalinya Dyani mengalami dejavu.
'Apa ingatannya beransur pulih? Apa semua yang dirasakannya itu adalah masa lalunya? ' Batin Mark khawatir. Mark ingin Dyani sembuh, tapi dia juga khawatir jika Dyani mengingat semua nya. Gadis itu pasti akan membencinya karena hal yang pernah dilakukannya dahulu. Lebih parah nya bisa jadi Dyani akan pergi meninggalkannya. Tiba-tiba saja rasa sesak menyelimuti dada Mark. Dia merasa tak sanggup kehilangan gadis itu. Wanita yang hadir saat dia tengah asyik dalam petualangannya, namun tak mampu membuatnya berpaling. Tiba-tiba saja Mark memeluk erat Dyani. Gadis itu sedikit dan mendorong tubuh kekar Mark.
"Jangan tinggalkan aku! " Kata Mark lirih.
"Apa? " Tanya Dyani tak paham.
"Jangan pernah tinggalkan aku! " Kata Mark sambil melepaskan pelukannya.
"Memang aku akan kemana? Tanya Dyani bingung.
"Sudah lah! Ayo kita naik! " Kata Mark sambil menggenggam erat tangan Dyani menuju bianglala raksasa itu.
Dyani tak henti-hentinya berdecak kagum melihat pemandangan kota, terutama saat mereka sampai di puncak tertinggi. Mark hanya tersenyum melihat wajah ceria gadis itu. tiba-tiba saja kekhawatiran itu kembali menghampiri Mark. Dia ingat, Dyani tak pernah tersenyum bahagia saat bersamanya dahulu sebelum gadis itu hilang ingatan. Apakah mungkin Dyani tidak akan berubah setelah ingatannya kembali lagi?. Mark hanya dapat berdo'a agar ketakutannya tidak menjadi kenyataan.
"Mark..., Kamu kenapa? Apa kamu takut ketinggian? " Tanya Dyani dengan pandangan mengejek. Mark akhirnya tertawa.
"Aku tak takut ketinggian! " Jawabnya masih dengan senyumnya.
"Kenapa wajahmu tersiksa begitu? " Tanya Dyani heran.
"Aku takut kamu akan pergi dariku begitu ingatanmu kembali! " Jawab Mark dengan tatapan sedih.
"Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa kamu bilang bahwa aku akan pergi jika ingatan ku kembali? " Tanya Dyani penasaran.
"Aku belum sanggup mengatakannya. Setidaknya tidak di sini. Aku akan berusaha mengatakan suatu hari nanti, meskipun kamu akan membenciku dan mungkin meninggalkanku! " Kata Mark dengan nada sedihnya. Dyani langsung memeluk dan menenangkan Mark. "Aku tak akan meninggalkanmu selama kamu mempertahankanku. Aku janji! " Kata Dyani lembut.
"Aku sangat berharap kamu selalu menepati janjimu! " Jawab Mark sambil mengecup kening Dyani.