Mark merasa sedikit lega mendengar perkataan Dyani. Dia juga merasa lega karena telah menceritakan semuanya pada gadis itu. Jadi kekhawatiran yang melandanya selama ini, sedikit berkurang.
Dyani meminta Mark untuk menceritakan lebih banyak lagi tentang dirinya. Sayangnya Mark tak tau apa-apalagi selain yang pernah di ceritakan Julian, bahwa Dyani adalah anak angkat di keluarganya. Dyani dibesarkan di panti asuhan sebelum dia diadopsi oleh keluarga Julian.
"Hanya itu yang aku ketahui. Sebelum masuk ke keluarga Julian, kamu dibesarkan di panti asuhan.
Tiba-tiba ponsel Mark berbunyi.
"Hallo! " Terdengar suara seorang wanita di sana.
"Ya Lucy? "
"Mark, apa Dyani ada bersamamu? ponselnya tak diangkatnya. Berkali-kali aku menghubunginya. Apa dia baik-baik saja? " Suara Lucy terdengar khawatir.
"Dia di tempatku. Tadi dia pingsan. Tapi sekarang baik baik saja. Ada apa? "
"Aku hanya khawatir karena dia tak datang ke kampus hari ini!"
"Apa kamu bisa menolongnya? sepertinya dia tak bisa hadir hari ini! " Kata Mark sedikit memohon.
"Tapi...!"
"Tapi apa? " Tanya Mark karena Lucy tak meneruskan perkataannya.
"Julian dan ibunya mencari Dyani ke kampus!" Jawab Lucy. Mark langsung berdebar. Rasa khawatir kembali menyelimuti hatinya.
"Mereka meminta alamat Dyani." Sambung Lucy.
"Berikan saja! " Jawab Mark lirih. Meskipun khawatir, tapi Mark tak ingin menyembunyikan Dyani dari orang tua angkatnya.
"Baiklah! " Jawab Lucy lalu menutup panggilannya.
"Apa kata Lucy? " Tanya Dyani khawatir karena melihat wajah sedih Mark.
"Orang tua angkatmu mencarimu ke kampus bersama Julian.! " Jawab Mark lirih.
"Benarkah? Aku ingin bertemu mereka! " Kata Dyani gembira.
"Mereka akan ke sini! " Lucy memberikan alamatmu! " Jawab Mark tersenyum sedih.
"Mark? Ada apa denganmu? " Tanya Dyani khawatir sambil membelai pipi Mark, tapi Mark langsung memeluknya.
"Apa kamu akan pergi? " Tanya Mark khawatir. Dia sangat takut Dyani akan kembali ke keluarganya dan pergi meninggalkannya.
"Sayang..., jawab aku! " Kata Mark sambil melepas pelukannya karena Dyani hanya terdiam.
"Mark, aku tak ingat mereka. Tapi aku sangat berharap bertemu mereka. Aku belum tau apa yang harus aku lakukan.! " Jawab Dyani. Wajahnya tampak bingung.
"Bukankah kamu sudah berjanji tak akan pergi? " Tanya Mark khawatir.
"Iya, aku janji! Aku..., merasa nyaman bersamamu " Jawab Dyani tertunduk malu. wajahnya tampak merah karena mengakui perasaannya. Mark kembali tersenyum dan mengecup bibirnya tanpa permisi sehingga membuat gadis itu mendelik kesal.
"Terima kasih banyak! " Kata Mark tersenyum.
........
Di bandara, Martha baru saja keluar, dia tak sengaja menabrak seorang pria.
"Maafkan aku. Aku tak sengaja! " Katanya sambil berusaha berdiri tegak.
Laki-laki itu terdiam menatapnya tajam
"Martha! " Suara itu terdengar sediki kaget.
Martha segera menoleh dan tak kalah kaget.
"Yusuf? " Kata Marta tak percaya. Untuk beberapa saat mereka sama-sama terdiam. Josep berganti nama dengan Yusuf ketika dia masuk agama Islam saat menikah dengan Martha dua puluh tahun lebih yang lalu.
"Bagaimana kabarmu? " Kata Martha sedikir gugup. Namun Yusuf segera memeluknya erat. Martha kaget dan berusaha mendorong tubuh itu. Namun Yusuf tak bergeming.
"Aku merindukanmu, sangat merindukanmu. Seulas senyuman menghiasi bibir wanita itu sampai dia dikagetkan oleh suara seseorang.
"Sayang..., Siapa dia?" Terdengar suara kaget seorang wanita. Yusuf segera melepaskan pelukan mereka dan menatap wanita itu.
"Dia Martha. Istriku, wanita yang dulu aku cari ke Indonesia namun aku tak menemukannya." Jawab Yusuf sambil menatap Stevani. Istri keduanya. Wanita itu tampak kaget namun berusaha mengendalikan emosinya.
"Jadi ini wanita itu? Dia sangat cantik, pantas saja kamu tak bisa melupakannya.! " Kata Stevani dengan wajah sedihnya.
"Siapa dia? " Tanya Martha penasaran. Hatinya tak tenang karena melihat wajah sedih wanita itu.
Yusuf sedikit gugup untuk mengakuinya, sementara Stevani tak menjawab. Dia ingin suaminya itu yang menjelaskan hubungan mereka.
Karena suaminya tidak berbicara, Akhirnya Stevani meninggalkan mereka agar mereka bisa berbicara dengan leluasa.
"Aku akan pergi meninggalkan kalian, mungkin kalian butuh privasi, penerbangan kita masih lama. Aku akan menunggumu di sana.!" Kata Stevani tenang namun ada guratan kekecewaan di wajahnya. Martha dapat menangkap hal itu.
"Apa dia istrimu? " Tanya Martha begitu Stevani pergi. Yusuf hanya mengangguk lemah. Matanya menatap Martha khawatir, terlebih saat dia melihat senyuman kekecewaan di bibir istri pertamanya ini.
"Kejar dia. Jangan biarkan dia salah paham. Hubungan kita telah berakhir dua puluh tahun yang lalu. Sekarang kamu punya kehidupan yang lain!" Jawab Martha sambil tersenyum lembut.
Yusuf merasa pedih mendengarkan perkataan istrinya itu. Wanita yang telah lama dirindukannya semudah itu melepaskannya.
"Aku ingin menjelaskan sesuatu padamu! " Kata Yusuf saat Martha hendak pergi meninggalkannya. Wanita 45 tahun itu menghentikan langkahnya dan berbalik.
"Aku paham. Tak ada yang perlu di jelaskan. Hubungan kita hanya sementara. Apa kamu tak khawatir dengan dia? Dia adalah wanita yang baik. Kamu tak akan menemukan wanita seperti itu lagi. Jangan sia-siakan dia. Aku yakin dia sangat terluka saat ini. Jadi kejarlah dia". Kata Martha tersenyum lembut.
"Tunggu sebentar. Berjanjilah jangan kemana-mana. Aku segera kembali! " Kata Yusuf. Dia juga sedikit khawatir dengan Stevani. Istri keduanya itu memang wanita yang baik, setidaknya itulah penilaiannya selama mereka menikah belasan tahun ini. Marha memang merasa sakit saat melihat pria yang dicintainya pergi meninggalkannya demi wanita lain. Tapi perempuan itu juga istrinya, dan perempuan itu sangat penyabar. Jika wanita lain, pasti mereka sudah ribut di bandara itu. Tapi perempuan itu malah memberinya waktu untuk berbicara.
Yusuf berlari kearah Stevani. Laki-laki itu bernafas lega saat istrinya itu sedang duduk sambil menelfon. Yusuf tersenyum mendekati perempuan itu dari belakang. Dia merasa beruntung menikahi perempuan sebaik itu, perempuan yang sangat pengertian. Stevani bahkan tau kalau dihatinya masih ada perempuan lain, dan dia dengan ikhlas menerima kenyataan itu.
"Iya Ibu, perempuan itu ada di sini. Dia sedang bicara dengan Yusuf, bukankah Ibu bilang telah menghancurkannya? kenapa dia bisa ada di sini? " Kata perempuan itu kesal. Yusuf tak percaya mendengar perkataan istrinya itu. 'Jadi selama ini perempuan itu hanya berpura-pura menjadi seorang malaikat? ' Batin Yusuf kesal. Dia menatap tajam punggung wanita itu.
"Tidak, dia hanya sendirian. Bukankah ibu telah menyuruh seseorang melenyapkan putri mereka? kenapa Ibu malah bertanya apa dia bersama putrinya atau bukan? " Yusuf kembali kaget mendengar perkataan istri keduanya itu. Akhirnya dia tak tahan dan berkata.
"Aku tak menyangka kau seperti ini. Kau berpura-pura menjadi malaikat di depanku. Aslinya adalah Iblis.! " Katanya dengan nada tajam. Dengan gemetar, Stevani menoleh kebelakang. Dia sangat kaget melihat suaminya menatapnya dengan tatapan membunuh. Bibirnya terasa kelu tak sanggup untuk berkata apa-apa lagi.
"Pengacaraku akan menemuimu.! "Katanya sambil berlalu.
"Sayang..., tunggu!" Kata Stevani sambil mengejar Yusuf. Yusuf menepis kasar tangannya yang di pegang Stevani.
"Lepaskan tanganmu jika kau tak ingin aku berbuat kasar. Ini! Kau boleh melakukan penerbangan sendiri! " Kata Yusuf sambil memberikan tiket mereka.
Yusuf kembali mengejar Martha, Namun perempuan itu telah pergi dari sana. Yusuf berlari ke luar dan melihat Martha sedang naik sebuah taksi. Yusuf mempercepat larinya dan segera menghadang taksi itu sehingga hampir saja dia tertabrak. Stevani yang melihat dari jauh hampir saja berteriak histeris, Sementara Martha juga tak kalah kaget. Martha segera keluar dari taksi dan memeriksa keadaan pria yang masih dicintainya sampai detik ini.
"Apa yang kau lakukan? " Tanya Martha khawatir.
"Aku tak ingin kehilanganmu lagi! "