Langkah Yusuf terhenti saat memasuki rumah itu ketika mendengar percakapan dua orang wanita di dalamnya.
Yusuf memutuskan untuk menguping pembicaraan mereka.
"Kenapa kamu tidak bisa bersabar untuk bertanya sampai di rumah? " Terdengar suara seorang perempuan tua yang berbicara dengan nada yang kesal.
aku tidak bisa , Ibu. Hatiku sudah tidak tenang saat itu. Bukankah Ibu mengatakan kalau perempuan itu sudah Ibu bereskan? tapi kenapa dia bisa sampai datang ke negara ini?. Bahkan dia terlihat sangat cantik, pakaiannya pun begitu modis. !" Perkataan itu mengagetkan Yusuf. Berarti ibunya memang benar menghancurkan kehidupan istrinya itu.
"Bu, bukankah dulu Ibu telah menghabisi putri mereka? kenapa kemarin malah bertanya perempuan itu bersama putrinya atau tidak? " Pertanyaan istri keduanya itu mengagetkannya lagi. Dia tak percaya Ibu nya tega melakukan hal itu.
"Aku tak yakin perempuan itu mampu melakukannya. Aku hanya khawatir pewaris sah keluarga ini masih ada. Jika begitu nasib cucuku akan terancam. "
"Maksudnya?" Tanya perempuan itu tidak paham. Yusuf yang mendengar percakapan mereka juga ikut bingung.
"Arthur bukanlah anak kandung suamiku. Dan Yosef bukanlah anak kandungku! " Yusuf terdiam mendengar hal itu.
"Aku paham kenapa Ibu mau menikahkan Yosef denganku padahal Ibu tau kalau aku tak bisa memiliki seorang anak. Ibu tak ingin Yosef mempunyai keturunan bukan? Ternyata Ibu lebih kejam dari dugaanku. " Kata perempuan itu tertawa.
"Kau juga tak membutuhkan harta ini bukan? Kau hanya butuh Yosef bukan? " Tanya perempuan tua itu lagi.
"Tapi jika Yosef menceraikanku, Aku akan menarik saham yang aku tanamkan di perusahaan Arthur. Lagi pula aku tak mendapatkan keuntungan dari sana! " Kata perempuan itu angkuh.
"Dia tak akan menceraikanmu. Dia sangat patuh padaku! " Jawab wanita tua itu angkuh. Yusuf masih syok mendengar semua itu.
Di saat itu, seorang pria tua yang berusia kurang lebih 70 tahun, lewat di belakang Yusuf. Dia menepuk pundak putranya itu seolah olah memberi kekuatan. Yusuf kaget karena dia tak tau Ayahnya telah berada di sana.
"Maafkan Ayah. Ayah buta karena kebaikan palsu wanita itu padamu.! " Kata laki-laki itu sambil berlalu ke dalam ruangan itu. Suara tawa yang menggema tiba-tiba berhenti seketika.
"Suamiku, kau sudah pulang? " Sapa wanita tua itu berusaha terlihat wajar.
"Kau sangat pandai bersandiwara. Ku pikir kau benar-benar mencintai putraku seperti putramu sendiri. Padahal aku tak membedakan mereka! " Kata pria tua itu dengan suara bergetar karena menahan amarahnya.
"Sayang..., apa maksudmu? aku tak paham.! " Kata wanita tua itu cemas.
"Aku sudah merekam pembicaraan kalian. Selama 45 Tahun kita bersama, ternyata selama ini kau hanya bersandiwara. Kau menghancurkan kehidupan putra ku.! " Kata pria tua itu lagi.
"Hancur? hancur bagaimana? Kau melihat rumah tangga mereka baik-baik saja bukan? " Tanya wanita tua itu masih berusaha menutupi kesalahannya.
Ayah Yusuf mengeluarkan sebuah alat perekam dari saku jasnya dan memutar rekaman itu. terdengar jelas percakapan yang barusan mereka lakukan tadi. Aku sudah mengirimkan rekaman ini pada pengacaraku!" Kata pria tua itu yang otomatis membuat istrinya memucat.
"Sayang..., aku bisa menjelaskan semuanya! "
"Kau boleh menjelaskan semuanya di kantor polisi! " Kata Ayah Yusuf sambil berlalu.
Yusuf memasuki ruangan itu. Kedua perempuan itu semakin khawatir.
"Pengacaku juga akan menemuimu besok! " Kata Yusuf menatap tajam kearah Stevani, sambil meninggalkan ruangan itu. Dia merasa tak sanggup menatap wajah wanita yang selama ini dianggapnya sebagai ibunya yang berada di samping Stevani . Hal itu terlalu menyakitkan. Dia tak menyangka, seseorang yang dianggapnya sebagai ibu kandungnya, tega berbuat sekejam itu padanya. Kedua perempuan itu hanya terdiam tak tau apa yang harus dilakukan. Mereka merasa bodoh karena membahas hal itu di rumah. Mereka tak memperkirakan kalau Yusuf dan ayahnya akan datang di saat itu.
.......
Yusuf bergegas memasuki rumahnya. Dia ingat mengunci Martha di dalam kamar karena takut wanita itu akan kabur meninggalkannya.
Yusuf bernafas lega saat melihat Martha yang tidur meringkuk di atas sofa di samping jendela kamar itu. Perempuan itu memakai kemejanya karena barang-barang Marha berada di ruangan lain.
Dengan hati-hati, dia memindahkan wanita yang di cintainya itu ke atas ranjangnya. Tampaknya wanita ini sangat kelelahan karena perjalanan jauh yang baru saja di tempuhnya. Yusuf memungut pakaian Martha yang tadi di koyaknya dan menatap pakaian itu dengan sedih. Dua puluh tahun lebih mereka berpisah, hal pertama yang di lakukannya pada istrinya itu malah menyakitinya.
"Maafkan aku! " Gumam Yusuf sambil membelai rambut istrinya itu, dqn mengecup keningnya. Sementara wanita itu masih tertidur lelap tanpa sadar seseorang sudah berbaring disampingnya.
"Tak akan ada lagi yang memisahkan kita! " Kata Yusuf menatap wajah istrinya itu dengan senyuman.
............
Di tempat Dyani.
Orang tua angkat Dyani benar-benar datang ke sana. Awalnya perempuan itu tampak kaget karena mengira kalau putrinya tinggal seruangan dengan seorang pria. Karena penasaran akhirnya Mark ikut Dyani keruangannya. Tapi akhirnya beliau bernafas lega saat mengetahui mereka tinggal terpisah.
"Mama kangen kamu sayang, Maafkan mama yang memaksamu menikah dengan Julian. Seandainya Mama mendengarkan keluhan kalian, pasti ini tak akan terjadi padamu! " Kata perempuan paruh baya itu memeluk Dyani sambil menangis. Meskipun dia tak ingat dengan orang yang mengaku Ibu angkatnya itu, namun ada rasa nyaman saat wanita paruh baya itu memeluknya.
Tiba-tiba saja sepotong memori hadir di ingatannya. Dyani merasa sedikit sakit namun di tahannya. Kenangan tentang wanita di hadapannya itu saat memeluknya hangat seperti saat ini. Tapi saat itu dia seolah masih sangat kecil.
"Kita pulang! " Ajak perempuan itu sehingga membuat Mark yang ada di sana merasa khawatir.
"Mmm..., Ma, boleh kah aku tetap di sini? " Pinta Dyani hati-hati. Perempuan paruh baya itu tampak kecewa. Tapi dia tak ingin memaksakan kehendaknya seperti dahulu. Lagi pula ini Dyani bisa dikatakan tak pernah meminta apapun padanya.
Melihat wajah sedih itu Dyani berkata. "Aku masih kuliah Ma. Aku janji akan pulang! " Kata Dyani tersenyum lembut.
"Baiklah Mama tak akan memaksamu.! " Jawab perempuan paruh baya itu sambil membelai lembut pipi Dyani.
Dyani menatap mereka satu persatu.
"Apa kamu juga melupakanku? " Tanya Jino dengan tatapan lembutnya. Wajahnya tampak begitu kecewa. Entah kenapa Mark malah kesal melihat pria yang satu ini. Dia merasa seolah-olah pria itu akan menjadi saingannya untuk mendapatkan Dyani.
"Sayang, sebaiknya aku kesebelah dulu. Kamu butuh waktu bersama Orang tua dan saudara saudara mu! " Kata Mark meminta izin pada Dyani. Dia juga tersenyum lembut kearah keluarga Dyani, meskipun hatinya amat cemas kalau mereka akan membawa Dyani pergi jauh darinya.