Chereads / Dyani / Chapter 16 - Diary Sarah.

Chapter 16 - Diary Sarah.

Tiba-tiba saja ibu Mark merasakan sakit kepala yang luar biasa. Dia mencoba berdiri, berjalan tertatih menuju lemari tempat dia menyimpan obat-obatan nya. Tiba-tiba saja darah mengalir dari hidungnya. Perempuan itu berusaha menahannya tapi dia malah jatuh pingsan saat meraih pintu lemari, sehingga noda darah yang berasal dari tangannya karena menutup hidungnya tadi malah mengotori pintu lemarinya.

.....

Beberapa jam kemudian, Ayah Mark kembali kerumah itu. Dia masih terfikir dengan perkataan istrinya itu 'bisa pergi dengan tenang '

"Apa perempuan itu akan meninggalkan rumah ini? Apa dia akan pergi dengan kekasih barunya? " Batin Ayah Mark.

Ketika melewati kamar istrinya itu, dia mempunyai dorongan yang kuat untuk melihat ke dalam kamar. Melalui celah pintu yang sedikit terbuka, laki-laki itu menjelajahi kamar itu dengan pandangannya sampai akhirnya dia menemukan sosok wanita itu terbaring di lantai. Dengan segera Ayah Mark berlari ke arah istrinya itu dan mendapati sang istri pingsan dengan noda darah ada di hidungnya. Dia segera membersihkan hidung istrinya itu. Dengan panik laki-laki itu berkata

"Sarah...! Bangunlah! Apa yang sebenarnya terjadi? " Namun tak ada jawaban. Tubuh itu tetap diam membisu.

Ayah Mark memindahkan istrinya itu ke ranjang dan melihat sekeliling. Dia melihat noda darah berbertuk tangan ada di pintu lemari itu. Laki-laki itu membuka lemari dan mencari sesuatu , sampai akhirnya dia menemukan beberapa macam obat di sana.

"Apa kamu sakit? " Tanyanya menatap istrinya itu. Entah kenapa ada perasaan khawatir saat ini. Lalu dia teringat kembali perkataan istrinya itu 'Bisa pergi dengan tenang! ' Laki-laki itu kembali menggeledah lemari itu untuk mencari tau penyakit apa yang diderita oleh istrinya itu . Siapa tau ada bukti yang ditemukannya. Akhirnya Dia menemukan sebuah diary yang sudah tua namun masih terawat. Dia ingat, istrinya itu sering menulis di diary itu dahulunya. Ayah Mark membuka halaman terakhir yang terisi. Dia membaca barisan kalimat di dalam halaman itu.

"20 November 2019

Dear Diary.....

Hai Dy..... kita ketemu lagi. Maaf.. sudah hampir dua tahun ini aku tidak menemuimu. Aku merasa lelah Dy... Rasanya aku tak sanggup lagi bertahan. Seandainya kekhawatiran ku tentang putraku Mark tak ada lagi, Aku tak akan meminta untuk panjangkan usiaku pada Tuhan."

David menatap istrinya itu. "Apa yang terjadi denganmu? " Tanyanya khawatir. David membalik halaman kebelakangnya dia menemukan kabar bahwa Istrinya Sarah menderita kangker otak. Disana tertulis tanggal dua tahun yang lalu. Yang berisi..

"12 Desember 2017

Hi Dy... Aku datang lagi. akhir-akhir ini kamu mungkin sedikit bosan mendengar keluh kesahku tentang suamiku yang suka bermain wanita. Begitu juga dengan putraku tersayang. Buah hatiku itu telah tumbuh menjadi pria dewasa. Tapi aku khawatir karena sifatnya itu. Aku telah menjadi ibu yang gagal yang tak mampu mendidik Putraku itu. Terima kasih ya.... kamu sudah menemaniku selama hampir 24 tahun ini, sampai halamanmu pun sudah hampir habis. Andai saja aku menuliskan semua kisahku mungkin kamu sudah lama pensiun.. hehehe..

Oh ya Dy..., mungkin hidupku tak lama lagi. Tadi dokter memvonisku kangker otak dan usiaku hanya akan bertahan selama satu tahun ini jika aku tak menjalani perawatan. Aku tak mau di kemo dy..., kata orang rambutku akan rontok. Aku juga tak mau di operasi. Mulai hari ini, aku tak akan marah-marah lagi pada suamiku. Aku akan membiarkan dia bebas dalam petualangnnya, Aku berharap dia akan menemukan cinta berikutnya. Dia benar-benar menemukan kekasihnya dalam petualangan ini.

Terima kasih ya dy..., dan maaf menganggumu selarut ini. Tapi jangan khawatir aku akan kuat dan berdo'a agar aku bisa hidup lebih lama dari vonis dokter itu. "

David tertegun Dia menatap istrinya dengan tatapan penuh penyesalan. Tanpa dia sadari air mata telah membasahi pipinya. David langsung menyembunyikan Diary itu di balik kemejanya. Dia ingin mengetahui lebih banyak tentang apa yang di tulis istrinya itu. David memanggil pengurus rumahnya dan menggendong istrinya ke keluar kamar itu.

"Tuan..., Apa penyakit nyonya kambuh lagi? " Tanya pengurus rumahnya.

"Kambuh lagi? apa dia sering begini? " Tanya David heran. Pengurus rumah itu hanya mengangguk.

"Kenapa kau tak pernah memberi tauku? " tanya David marah.

" Ku kira anda tak peduli lagi padanya...karena Nyonya... nyonya juga menjadi seorang pelayan di sebuah restoran.

"APA?" kali ini David tak bisa menyembunyikan keterkejutannya. Tiba-tiba Sarah sadar dan kaget saat dia berada dalam gendongan suaminya. Perempuan itu berusaha untuk turun.

"Jangan turun..., aku akan membawamu ke rumah sakit! " Kata David berusaha menahan istrinya itu agar tetap berada dalam pangkuannya.

"Aku tidak apa-apa. hanya kelelahan. Aku ingin kembali ke kamar dan beristirahat! "Jawab Sarah lemah.

"Kamu bukan kelelahan... kamu sakit. Kenapa kamu tak pernah menceritakan semuanya padaku? " Tanya David lembut berusaha menahan tangisnya.

"Untuk apa? Apa kau peduli padaku? Bisa-bisa kau menertawakanku. Aku tak mau ke rumah sakit. Itu akan membuatku semakin stres... Aku hanya butuh obat dan istirahat sejenak" Kata Sarah kesal. David tak ingin membantah istrinya itu. Dia membawa istrinya itu ke kamarnya sehingga Sarah sedikit kaget dan kembali berusaha turun. David membaringkan istrinya itu di ranjangnya.

"Aku tak mau di sini! "Kata Sarah kesal sambil berusaha berdiri namun terhuyung. David segera menangkapnya agar tak jatuh. Dia memandang jijik ke arah ranjang suaminya. Karena di sini suaminya beberapa kali sempat dilihatnya dengan wanita berbeda. David dapat mengetahui hal itu.

"Baiklah..., mari kita ke kamarmu! " Katanya sambil kembali menggendong istrinya itu.