Chereads / Dyani / Chapter 11 - Aku siapa?

Chapter 11 - Aku siapa?

Julian melihat hal itu dan segera berlari mengejar Dyani yang tergeletak di pinggir jalan. Dengan wajah cemasnya, Julian langsung memeluk Dyani yang sudah tak sadarkan diri.

"Dyani..sayang..., sadarlah! Apa yang kau lakukan? kenapa kau malah....! " Perkataan Julian langsung terhenti saat dia merasakan kepala Dyani yang basah. Julian langsung melihat tangannya. Darah telah membasahi tangannya. Dengan gemetar dia segera menggendong Dyani ke mobilnya, Namun dia juga melihat darah mengalir diantara kaki gadis itu. Julian terpaku untuk sesaat, lalu segera sadar dan kembali bergerak, membawa Dyani ke rumah sakit terdekat.

"Apa kau hamil? " Gumam Julian sedikit kecewa.

Dyani segera di tangani. Julian menunggu di luar ruangan dengan gelisah. Tiba-tiba saja Mark datang dan langsung menghajar Julian. Petugas di rumah sakit itu segera melerai mereka dan mengancam akan mengusir mereka jika masih melakukan keributan.

Tak berapa lama kemudian, Dokter yang menangani Dyani keluar. Mark dan Julian segera mendekati dokter itu.

"Dokter! Bagaimana keadaannya? " Tanya Mark cemas.

"Maaf..! Siapa suaminya! "

Dengan serentak Mark dan Julian berkata

"Saya! " Dokter itu hanya menatap kedua pemuda di depannya ini dengan tatapan Bingung.

"Saya! " Kata Mark sekali lagi sambil maju satu langkah. Julian hanya terdiam.

"Aku ingin bicara dengan Anda! " Kata dokter itu. Mark mengikuti dokter itu keruangannya.

"Maaf...! Kami tak bisa menyelamatkan janinnya.! " Kata dokter itu. Mark langsung tampak begitu terpukul.

"Istri anda dalam keadaan kritis, luka kepalanya cukup serius. Sepertinya dia mendapat benturan yang cukup keras. berkemungkinan..., istri anda untuk sementara waktu akan kehilangan ingatannya. Jadi..., tolong jaga pikirannya selama itu. Dia tak bisa berfikir terlalu keras untuk sementara waktu! " Kata dokter itu lagi.

Mark tak bisa berkata apa-apa. Pikirannya sangat kalut saat ini. Dia sangat terpukul karena kehilangan calon anaknya itu.

"Apa anda bisa mendengar saya? " Tanya dokter itu lagi.

"I.. iya dokter, maaf.., saya hanya sedikit tertekan saat ini.! " Jawab Mark sedih. Julian yang diam-diam nguping di depan pintu juga tampak sangat terpukul. Dia tak ingin Dyani mengalami nasib seperti itu. Julian merasa sangat sedih karena dia selama ini tak pernah membahagiakan Dyani. Padahal dia tau masa lalu gadis itu yang cukup suram. Dyani pasti amat terluka selama ini. Dan dia..., juga menambah luka gadis itu.

Mark kaget saat melihat Julian yang berdiri terpaku di depan pintu ruangan dokter itu. Karena emosi, Mark langsung menarik baju Julian dan kembali hendak memukulnya. Tapi Mark menghentikan gerakannya karena melihat Julian hanya memejamkan matanya tanpa berniat membela diri.

"Jauhi dia!" Kata Mark kesal.

"Dia istriku! " Kata Julian lirih.

"Kalian sudah bercerai. Dia wanita yang bebas. Aku akan menikahinya! Cepat urus surat perceraian kalian! " Kata Mark sambil melepaskan genggamannya pada baju Julian dengan kasar. Lalu segera berlalu meninggalkan Julian yang masih terdiam.

Dyani telah dipindahkan ke ruangan. Mark segera menemui gadis itu. Mark tampak terdiam memandangi Dyani yang masih belum sadarkan diri. Mark melihat cincin pernikahan Dyani di jarinya. Dengan hati-hati Mark melepaskan cincin itu dan nenggantinya dengan cincin yang telah lama di belinya namun belum sempat ia berikan. Mark segera mencari Julian.

"Ini... simpanlah! Dyani tak membutuhkannya lagi! " Kata Mark sambil menyerahkan cincin itu.

"Kenapa kau yang membukanya? Kata Julian kesal.

"Karena dia adalah gadisku! " Jawab Mark geram.

"Dia masih istriku, dan aku tak akan menceraikannya! " Kata Julian semakin kesal.

"Tapi kalian sudah bercerai. Dan Dyani mengetahui hal itu.! " Kata Mark lagi. Julian ingin kembali menjawabnya, namun Mark sudah pergi meninggalkannya.

.........

tiga hari kemudian

"Sayang..., Kamu cepat bangun ya! Aku janji! jika kamu sadar, aku akan mengikuti agamamu. Dan kita akan menikah. Jika selama ini alasan kamu gak mau menerima aku karena aku bukan seorang muslim, maka aku akan mempelajari agamu! " Kata Mark berbicara sendiri sambil menggenggam tangan Dyani.

Dyani tak pernah merespon Mark selama ini. meski Mark sering mengajaknya bicara selama dia tak sadarkan diri, Dyani tak pernah menunjukkan responnya. Tapi kali ini Dyani menggerakkan sedikit jarinya dan Mark langsung duduk terkesiap.

"Kau... menggerakkan jarimu! " Kata Mark tak percaya. Gerakan Dyani semakin kuat dan pelan-pelan dia membuka matanya. Mark menggenggam tangan Dyani lebih kuat dan menatap matanya. Sepertinya Mark ingin menjadi orang pertama yang dilihat Dyani.

"Kepalaku pusing! " Kata Dyani sambil memegang dahinya. Mark tampak bingung karena Dyani berbahasa Indonesia. Dyani menatap Mark heran.

"Siapa kamu? " Tanya Dyani sambil menarik tangannya.

"Apa kamu bisa bahasa Inggris? " tanya Mark cemas. Dyani terdiam beberapa saat lalu mengangguk

"Siapa kamu? " Tanyanya dengan bahasa Inggris?

"Sayang..., Aku tunanganmu!" Kata Mark sambil membelai kepala Dyani.

"Tunanganku? " Tanya Dyani seolah berfikir.

"Ya..., jangan terlalu banyak pikiran! Kamu belum boleh berfikir terlalu banyak.! " Kata Mark sambil kembali mengenggam tangan Dyani. Dyani tak menolak genggaman itu sehingga Mark tersenyum.

"Aku siapa? " Tanyanya lagi.

"Kau juga tak tau siapa dirimu? " Tanya Mark meyakinkan. Dyani hanya menggelengkan kepalanya. Melihat itu, Mark entah akan merasa senang atau sedih. Mark senang karena Dyani pasti akan percaya padanya bahwa mereka telah bertunangan. Sedih karena Mark ingin benar-benar mendapatkan hati gadis itu seutuhnya dengan kesadarannya, bukan dengan cara seperti itu.

Disaat itu, Julian masuk ke ruangan Dyani. begitu melihat Dyani pulih, Julian tampak tersenyum dan segera mendekatinya.

"Siapa dia? " Tanya Dyani sambil menunjuk Julian pada Mark . Mark tersenyum penuh arti menatap Julian.

"Dia klien ku! Dia hanya ingin menjengukmu! " Jawab Mark sambil mengecup kening Dyani. Julian langsung terdiam. Mark mengambil bunga dari tangan Julian dan menarik tangan Julian ke luar ruangan itu.

"Jangan membuat dia banyak pikiran . Itu akan sangat bahaya bagi kesehatannya.! " Kata Mark sambil tersenyum dan menepuk lembut pipi Julian.

"Kau mengambil keuntungan dari ini! " Kata Julian kesal. Mark tertawa renyah. lalu tiba-tiba berhenti dan berkata...

"Kita sama. Kaunpun tak punya hak lagi atas dirinya. kau juga sudah memutuskan hubungan dengannya.