Chapter 7 - Maaf

Olea tidak pernah berfikir akan terjadi seperti ini, setelah dokter Fern memeriksanya, Olea membuka kedua mata kembali. Menangis seperti biasanya, "maafkan aku bibi, kau pasti sedih."

"Apakah itu benar nona? Nona tolong bilang padaku jika itu salah?" Isak tangis Bo Huan kembali memecah seluruh ruangan ini.

Olea kembali menangis, "itu benar Huan."

"Tidak nona, tidak nona, semoga kau tidak hamil anaknya" Bo Huan kembali memeluk Olea dan ia menyeka wajah Olea dengan handuk hangat.

"Huan pergilah telpon ibuku dan ayahku katakan padanya bahwa aku pulang karena haid, jadi mereka tidak akan curiga" Olea kembali mengeluarkan air mata, 'rasa sakit ini benar benar menyiksaku selama aku diperkosa aku mengantuk dan selalu berteriak dengan ditutup sumpalan kain dan sesuatu yang keras masuk kedalam tubuhku apakah itu benda tumpul? Aku tidak tahu' batin Olea menguras energinya.

"Nona, kenapa kau melamun? Apakah kau mau ke dokter kandungan? Untuk memeriksa daerah yang terluka?" Bo Huan kembali mempertanyakan keadaan Olea.

Olea terdiam dan meminum obat yang sudah Bo Huan sediakan, ia sudah menyiapkan makan malam rupanya dan Olea disuapi olehnya untuk makan.

"nona aku akan tidur disini jika kau ingin, aku bisa tidur dengan matras dan menemanimu" Huan kembali menawarkan dirinya untuk menemani Olea.

Olea mengangguk, "Huan, aku mengantuk dan aku ingin istirahat."

Olea kembali berbaring dan menarik selimut dan melihat Bo Huan yang menceritakan sebuah dongeng tua akan kisah putri salju, kisah putri salju yang selalu aku gemari dengan pangeran berkuda putih.

"Nona, jangan menangis. Kau melebihi putri salju dan kau anak yang manis nona apakah sangat sakit? Jika sakit aku akan mengkompresmu kembali dan aku akan selalu disini, aku akan memanggil dokter Han" Bo Huan kembali memberikan kata-kata yang menenangkan Olea.

Olea hanya mengangguk dengan air mata yang diseka oleh Bo Huan, "Huan tolong sampaikan kepada ibuku bahwa aku selalu mencintai ibu dan ayah."

"Tidurlah nona, kau wanita yang selalu indah dan cantik" Dengan belaian tangan Bo Huan Olea tertidur dengan tenang.

'Maafkan aku Huan, maafkan aku Huan aku mencintai kalian Ibu, ayah, maafkan aku' batin Olea kembali menangis.

Hanya ada teriakan dan jeritan dalam mimpi Olea, seorang gadis kecil yang terkurung dengan lilitan tali. Dengan banyak sekali luka lebam diseluruh tubuh, dengan tubuh yang kesakitan. Dan mata Olea yang tertutup. Olea tidak tahu apa yang sudah diperbuat penculik ini dengan mencubit seluruh tubuh kecil-nya dan menyekap-nya dengan tubuh terikat dan mata tertutup yang Olea tahu adalah Olea mendengar suara anak laki-laki yang terdengar sedang dipukuli.

"Jika kau masih berteriak aku tidak segan-segan membunuh anak gadis kecil itu wahai laki-laki kecil" Ucap pria dengan suara berat dan kasar.

Olea mendengar suara rintihan, seperti sedang berbicara kepada seorang paman, "Tidak, tidak jangan! Jangan kau sakiti dia! Jika kau menyakitinya maka kau akan mati! Kau akan mati!" Teriakan suara anak pria.

Seperti Olea kecil yang pernah mengenali suara anak ini.Suara pria yang disebutkan paman olehnya kini tidak ada, "Hey, siapa kau? Apa kau tahu aku? Aku Olea! Tolong lepaskan aku, aku takut!" Olea memberanikan dirinya berteriak dan merengek dengan mata yang tertutup.

Dan tak lama banyak suara sirine polisi yang mengarah ke lokasi dimana Olea berada. Dan ikatan kepala Olea terbuka, tetapi anak pria itu tidak ada. Olea selalu mencarinya dan hingga detik ini tidak pernah ada informasi tentangnya.

Dan kini hanya ada suara sirine ditelinga Olea, mendengar suara Huan.

"Nona... Nona.. sadarlah nona... Kenapa kau meminum obat tidur sangat banyak.. kenapa kau lakukan ini nona? Kenapa kau ingin bunuh diri?"

Grolongggggg...grolongggggg... Suara trolly terdengar menyusuri sepanjang lorong dan memasuki UGD Rumah sakit Gangnam Severance Hospital.

"Maaf nyonya, dimohon anda hanya menunggu dibatas pintu biar team dokter kami yang memeriksa" Suara salah satu perawat rumah sakit menahan Bo Huan untuk memasuki ruang UGD.

"Saya mohon tuan, saya mohon, selamatkan nona muda saya. Jangan sampai ia mati. Aku mohon tuan" Isak tangis Bo Huan memecah.

Olea cukup mendengar suara banyak alat yang terpasang disekitar tubuhnya, namun tubuhnya tidak dapat bergerak.