Setelah Huan terbangun, ia mendapatkan kondisi nona Olea tidak bernafas dan dari mulutnya terlihat banyak sekali busa dan kulihat obat tidur yang Huan bawakan untuknya sudah habis tidak tersisa. Dari awal Huan sudah curiga setiap kali ia terkena serangan panik pasti selalu ingin bunuh diri.
Yoju menenangkan Huan saat ini, "sudahlah kau jangan menangis terus, lagipula aku akan kembali ke rumah untuk berjaga karena kondisi rumah milik nona Olea paling mewah di seluruh kompleks."
"Hey, kau pikir aku tidak hancur? Apa kau tidak berperasaan?" Sungguh jika memang yoju berbicara seperti itu hati Huan sangat gusar.
"Yasudah, kau tunggulah disini dan aku harus kembali melakukan tugas sebagai satpam" Yoju berbicara pada Huan dengan memakai jaket kulit hitam miliknya.
"..." Huan tampak tidak memperdulikannya, hanya ada nona Olea yang Huan khawatirkan saat ini, baginya Olea bukan hanya seorang majikan terlebih sudah seperti anak sendiri dan lampu ruangan UGD pun sudah dimatikan.
'pasti pemeriksaannya sudah selesai, ada tuan Fern yang melakukan pemeriksaan pada nona Olea' batin Huan kini berdoa dan panik.
"Tuan Fern bagaimana keadaan nona kami?" Panik Huan sudah tidak mampu tertahan, tiba-tiba handphone Huan bergetar, "astaga tuan dan nyonya menelpon, bagaimana ini?"
Tuan Fern melihat Huan, ke arah handphone dan mengambil handphone yang ada di tanganku, "ya tuan, tidak apa-apa tuan. Kebetulan Olea sedang pemeriksaan perutnya sakit, iya sedang haid. Mungkin hanya beberapa Minggu saja. Iya tuan, percayakan saja pada saya."
Tuan Fern kembali menutup telpon dan memberikan handphone Huan kepadanya, "Ah terimakasih tuan Fern, tuan Fern kebetulan tuan dan nyonya akan pulang setelah 8bulan pergi berbisnis ke luar kota. Sedangkan saya ---"
Pembicaraan Huan dipotong oleh Fern.
"Sudahlah bibi, biarkan saya yang membayar semuanya. Tuan Rue akan mentransfernya kepada saya, dan juga bibi boleh melihatnya sekarang, syukur bahwa ia segera dibawa ke rumah sakit, kebetulan team medis akan memeriksa seluruh keadaan tubuhnya dan juga ---"
Huan langsung terdiam dan memotong pembicaraan Fern dan bingung akan sikap tuan Fern, " dan apa tuan Fern?"
"Ia mendapatkan perlakuan buruk bibi Huan, ada beberapa benda tumpul yang memasuki organ intimnya dan ada bagian organnya yang bengkak dan robek, jadi jika bibi---" Tidak sempat dokter Fern melanjutkan, Huan memotong pembicaraan serta memohon kepada tuan Fern.
"Tidak! saya mohon tuan Fern jangan lapor polisi, tolong tuan Fern, saya mohon tuan Fern, nona Olea sangat trauma dengan polisi."
Tuan Fern kembali memegang pundak Huan yang sudah mulai renta namun tidak tampak menua, "ya bibi, aku tidak akan melanjutkan ke kepolisian, tetapi ini sangat serius, kumohon bibi berfikir kembali akan kondisi Olea."
Huan menangis dengan berlinang air mata, "tuan Fern saya mengenalnya dari kecil, saya mengikuti tuan Rue karena memang sumpah saya menjadi pelayan kerajaan untuk istrinya, keberadaan tuan Rue sangat diincar para keluarga bangsawan yang ingin kekuatan miliknya sebagai keturunan raja. Saya mohon, tuan Fern sebagai dokter pribadi sekaligus anak dari seorang viscount kerajaan untuk menjaga rahasia ini."
"Ya bibi, tapi hingga kapan Olea tidak tahu? Ia harus tahu bahwa ia seorang putri? lagipula kecelakaan itu bisa disembuhkan jika meminum penawar dari kerajaan. Bahkan ayahku yang seorang viscount saja selalu menanyakannya."
"Saya mohon tuan Fern, saya mohon tuan Fern, tolong rahasiakan keberadaan nona Olea, ia seorang putri dan seorang elvis, ia incaran semua para pangeran elf terlebih kaum morgoth. Terlebih ibu pangeran Kim dari kerajaan Barat sudah menanyakannya dan tuan Rue hanya membohongi nona Olea bahwa tuan Kim hanya seorang CEO."
Terlihat tuan Fern memalingkan wajahnya, tatapan matanya berbeda, "jadi benar jika Olea akan dinikahkan."
"..."
'Bagaimana ini? Fern semakin menanyakannya' pikiran Bo Huan kembali berfikir solusi, "tuan, tolong maafkan saya."
"Baiklah bibi Huan, aku akan merahasiakannya dan tolong kabari aku tentang keadaan Olea jika ia sudah siuman, aku akan menanggung semuanya dan aku akan memeriksanya kembali nanti sore."
"iya tuan."