Empat tahun yang lalu...
"Loe lihat nih..!! Pakai mata loe..!! Gara - gara loe yang bloon itu, nilai makalah gue jadi jelek..!! Gimana sih loe?!!" Terdengar suara bentakan seorang siswi di balik tembok.
'Apaan sih?!! Ribut-ribut di sini. Padahal gue kan lagi mau tidur. Ganggu aja.' Umpat Nara dalam hati.
Nara pun menoleh ke sekelilingnya, dia tidak menemukan siapa pun, "Dari arah mana tadi suaranya ya?" Nara berpikir sejenak dan berusaha mendengar kembali suara yang melengking itu.
"Tanggung jawab loe..!! Gue gak mau tau ya, pokoknya loe harus perbaiki makalah gue ini. Dan besok pagi antar ke kelas gue. Loe paham kan?!!"
Nara mendekati arah suara itu dan di terkejut melihat siswi - siswi yang sok jago di sekolahnya itu. Para siswi itu mengkeroyok satu siswi. Sangat tidak adil, menurut Nara.
'Mungkin dia adalah ketua geng itu.' Nara membatin. Dia berencana untuk menolong cewek yang sedang di tindas itu, tapi dia harus tau terlebih dahulu duduk permasalahan mereka.
"Loe ingat ya!! Gue gak mau tau loe harus buat ulang tugas gue! Awas aja kalau sampai hasilnya sejelek yang ini lagi. Dan ingat satu hal, Awas aja kalau loe sampai berani - beraninya lapor ini semua ke guru.!! Gue akan buat perhitungan dengan loe.. NGERTI LOE..!!"
Lalu tugasnya itu dicampakkan ke wajah Mei yang sedari tadi tertunduk. Lalu kemudian siswi itu mencekik leher cewek itu sampai wajahnya memerah. Nara yang melihat hal itu, langsung saja berlari mendekati mereka dan menarik tangan siswi yang kejam itu.
"Woi, kalian semua! Jangan beraninya lawan yang lemah dong..!! Dia itu bukan lawan yang tepat buat loe semua." Nara tersenyum mengejek sambil menunjuk mereka satu persatu lalu menatap secara begantian siswi yang bertingkah konyol itu.
"Loe siapa?! Dengar ya, ini bukan urusan loe! Mendingan loe buruan cabut dari sini! Loe mau jadi pahlawan kesiangan? Hah?!!!" Ketua geng itu mulai kesal dengan keberadaan Nara.
Nara pun memperhatikan kelima siswi itu dan melihat papan nama mereka masing-masing seraya menunjuk mereka satu persatu.
"Stevi, Fiona, Dhona, Ervina, Lisa. Kalian semua udah gue tandai. Kalau kalian masih mau selamat, silahkan pergi dari sini dan jangan pernah ganggu dia lagi..!!" Nara mengancam kelima siswi yang sedang menatap kesal padanya.
"Loe gak punya hak buat ngusir kami. Loe itu siapa? Loe itu hanya sampah yang tidak berguna. Cewek bukan, cowok juga bukan!! Hahahaha.." Kata salah Dhona dengan ketus.
"Oohhh, dia ini anak tomboy yang sok centil di kalangan cowok itu ya? Gue kira entah siapa." Sambung Lisa.
"Lihat aja tampangnya. Cantik sih, tapi tingkahnya itu lho, lebih mirip cowok," lanjut Ervina.
"Pantas saja semua siswi bergosip bahawa ada anak cewek yang seperti cowok. Mungkin dia ini transgender dehh.. Hahahaha.." Fiona melanjutkan omongan ketiga temannya itu.
PLAAKKK...!!!!!
Nara menampar pipi Fiona dengan kasar, "Loe itu udah keterlaluan! Gue udah beri kalian semua kesempatan untuk pergi! Tapi gue rasa, kalian sudah mengabaikannya dan ingin mencoba ngelawan gue. Baik! Dengan senang hati gue hadapi."
"KURANG AJAR!! BERANINYA LOE NAMPAR GUE?!!" Fiona mulai berteriak dan mendekati Nara. Dia ingin meninju Nara tepat di wajahnya. Tapi sayang, tinjuannya meleset.
"Haha.. Sayang sekali, tidak kena. Bleeqq.." Nara pun mengejeknya sambil menjulurkan lidahnya, ternyata pancingan Nara berhasil.
Stevi yang tidak suka jika temannya di ganggu oleh Nara pun mulai merasa kesal dan dia berkata, "Hajar dia bareng - bareng, jangan kasih ampun! Biar mampus dia sekalian! Supaya dia gak bisa bertingkah sok jagoan lagi!!"
"Jangan! Hentikan! Ini kan masalah kita, jangan bawa-bawa orang lain. Gue akan mengerjakan ulang tugas itu dan besok pagi gue antarkan ke kelas kalian." Mei berusaha menghentikan pertengkaran itu. Dia tidak ingin ada cewek yang tidak bersalah di hajar oleh geng cewek centil dan sok berkuasa disekolahnya itu.
"Ehmm, siapa nama loe?" Nara menoleh ke arah samping dan berusaha melihat papan nama si cewek lemah itu, "Mei ya? Oke, Mei. Loe hanya perlu duduk diam di sana. Jangan ikut campur dengan urusan kami. Gue ingin menghajar mereka yang telah menghina gue. Jadi, ini gak ada hubungannya dengan loe lagi. Kalau loe tidak mau melihat adegan berbahaya ini, loe boleh turun dan masuk ruang kelas. Anggap saja hari ini loe gak ada ke loteng sekolah. Selesai kan?"
"Heh, curut!! Pergi sana!! Gak usah ganggu kesenangan kami..!!" Kata Fiona yang mulai kesal dengan keberadaan Mei. Mei mengganggu aksi balas dendamnya pada Nara yang sudah menamparnya begitu kuat.
Tiba-tiba saja, Lisa berlari dari arah belakang Fiona dan berniat untuk menendang Nara. Spontan Nara mengelak dengan posisi badan miring dan langsung memukul tulang punggung Lisa. Lisa merasa kesakitan dan terjatuh begitu saja.
"LISA..??!!!" Teriak keempat temannya itu. Mereka tidak menyangka kalau Lisa akan nekat untuk menyerang Nara sendirian begitu.
"Nah, itu akibatnya jika menyerang tanpa aba - aba. Maaf, gue gak sengaja. Beraninya cuma keroyokan! Lemah!!"
Mei ternganga dan merasa kagum setelah melihat gerakan Nara yang cekatan melawan Lisa. Dia tidak lagi memiliki niat untuk meninggalkan tempat itu.
Keempat siswi itu pun berubah menjadi cewek bar - bar. Mereka melawan Nara sekaligus dan menghajarnya secara membabibuta. Mereka tidak terima perlakuan Nara terhadap Lisa.
Usaha mereka bisa di bilang tidak sia-sia, karena Stevi berhasil meninju pipi kiri Nara hingga meneteskan darah dan Fiona berhasil menendang perut Nara. Tapi hanya sebatas itu saja. Selebihnya, mereka sudah tidak bisa menyentuh Nara sejengkal pun.
Nara sudah mulai lelah menghindari. Dia juga sudah merasakan sakit di bagian susut bibir dan perutnya.
Nara pun segera menarik tangan kiri Stevi menggunakan tangan kirinya sambil memutar tubuhnya. Begitu posisinya sudah berada berdekatan dengan Stevi, lalu Nara menyikut dagu Stevi menggunakan siku tangan kanannya dengan posisi tangan kirinya masih memegang pergelangan tangan Stevi di bagian belakang tengkuk lehernya.
Nara pun segera menyadari kalau Dhona datang dari arah belakang ingin meninjunya. Begitu Nara melepaskan pegangannya pada Stevi, dia langsung mebalikkan badannya secara menyamping. Dan melepaskan tendangan kerasnya di bagian pipi kanan Dhona. Dhona jadi terpental ke samping.
Ervina dan Fiona yang kaget melihat aksi Nara, langsung mendekati Nara. Ervina berhasil menahan pergelangan tangan dan memberi aba - aba pada Fiona untuk memukul Nara. Nara yang tahu tentang hal itu, mengangkat kedua kakinya dan menendang perut Fiona yang sudah berada di dekatnya. Fiona pun tersungkur dengan sendirinya.
Dengan ketangkasannya, Nara bisa melepaskan pergelangan tangannya dari genggaman Ervina. Nara meraih siku Ervina yang masih ada di sekitar lehernya dan langsung menarik berat tubuh Ervina melalui punggungnya sambil membungkukkan badannya. Akhirnya, Ervina terbanting kuat ke arah depan.
Melihat aksi Nara yang begitu mengagumkan, Mei bertepuk tangan dan memberikan banyak pujian pada Nara.
"Wooahhh.. Loe sangat hebat!! Loe bisa mengalahkan kelima cewek itu dengan mudahnya."
"Udah sana loe, balik ke kelas. Gue masih mau tiduran dulu di sini."
"Tidak, tidak, tidak. Loe harus ikut gue ke UKS."
Tanpa mau mendengarkan perkataan dari Nara, Mei langsung menarik tangan Nara. Mereka menuruni tangga menuju ke ruang UKS yang ada di lantai satu sekolah itu.
"Akh, sakit tau!" Nara mengumpat kesal pada Mei yang tidak berhati - hati mengoleskan obat merah pada sudut bibirnya.
"Loe sih, gerak mulu. Gak bisa diem apa?" Mei mulai kesal mendengar umpatan Nara padanya.
Setelah selesai mengoleskan obat merah, Mei meletakkan kembali perkakas P3K pada tempatnya.
"Sebelumnya, terima kasih ya. Loe udah ngebelain gue di depan mereka." Ucap Mei dengan kepala tertunduk.
Nara memandang heran pada Mei yang menundukkan kepalanya, "Akh, sudahlah, gak usah dipikirin lagi. Gue mukul mereka pun bukan karna loe, tapi karna mereka udah ngehina gue. Loe kok gak balik ke kelas?"
"Kita kan satu kelas, kita balik bareng aja yuk?"
"Kapan kita jadi satu kelas begini? Loe bercanda kan?"
"Gak lho, Nara. Gue gak bercanda. Ehh, bagusnya gue panggil loe Nat aja deh, gimana? Kan loe udah biasa di panggil gitu. Gimana? Loe mau kan?"
"Apaan sih? Kenal aja enggak. Jangan sok kenal deh loe."
"Loe kan udah bantuin gue, Nat. Jadi, mulai saat ini, kita berteman ya? Loe mau kan jadi teman gue?"
"Astaga! Nih anak, bener-bener bikin gue kesal aja. Mending gue pergi aja deh."
Nara pun pergi meninggalkan ruang UKS. Dia berjalan di sepanjang koridor dan tidak menyadari kalau Mei tetap mengikutinya dari belakang tanpa bersuara.
Sesampainya di kantin sekolah, Nara memesan bakso dan jus jeruk lalu duduk di bangku tempat biasa dia duduk.
"Gue boleh duduk di sini kan, Nat? Oke. Aku duduk di sini ya."
Tiba-tiba saja Mei datang dan duduk tepat di depan Nara. Nara yang kesal pun berusaha mengacuhkannya. Nara tidak begitu suka begaul dengan cewek, karena menurutnya para cewek itu tau nya cuma bergosip aja.
Selama makan, Mei selalu mengajak Nara berbicara, meskipun Nara tidak menjawab perkataannya, Mei tetap saja mengoceh tiada henti. Mei merasa seperti memiliki seseorang yang peduli padanya sejak Nara menolong dirinya.
Selesai makan, Mei menarik tangan Nara dan membawanya ke kelas. Mei jadi pindah tempat duduk agar bisa duduk di sebelah Nara. Nara hanya terdiam melihat tingkah aneh Mei.
Saat pulang sekolah, Mei juga mengikuti ke mana pun dia pergi.
"Eh, loe gak punya kerjaan lain selain ngekorin gue mulu daritadi? Dengar ya, gue gak suka bergaul dengan loe. Mendingan lo jauh - jauh sana!" Bentak Nara yang sudah tak tahan lagi. Dia mengomel pada Mei yang di anggapnya sangat mengganggunya. Keberadaan Mei seperti bayangan yang selalu menempel padanya.
Tapi anehnya Mei tidak sakit hati sedikit pun. Walaupun kata - kata yang keluar dari mulut Nara sangat ketus, kasar dan menyakitkan hati. Mei berpikir kalau dia dengan tulus, pasti lama kelamaan hati Nara akan luluh dan segera menerimanya untuk menjadi temannya.
Benar saja seiring dengan berjalannya waktu Nara mulai menerima Mei menjadi teman ceweknya satu-satunya. Nara mulai merasa nyaman berteman dengan Mei. Apalagi Mei tidak pernah menuntutnya macam-macam. Nara mulai terbuka bercerita apa saja ke Mei dan Mei juga melakukan hal yang sama dengan Nara.
Mei sebenarnya cewek lugu, pintar, lemah tapi bisa membawakan diri untuk mudah bergaul dengan siapapun. Kesialan Mei terjadi karena tidak menyukai sekelompok geng yang terus menerus menyiksa cewek-cewek yang dianggap Mei tidak memiliki kesalahan apapun. Dari sana lah Mei yang sok-sok'an membela mereka, akhirnya mendapatkan kesialan yang sama. Dan tidak ada satu siswa pun yang berusaha untuk membantunya.
Kalau saja tidak ada Nara disana pasti hari hari buruknya akan tetap berlanjut sampai dirinya tamat dari sekolah ini. Keberuntungan bagi Mei bisa bertemu dan bahkan bisa berteman baik dengan Nara.
Sejak saat itu, tidak ada lagi yang berani membullynya. Dia sudah terbebas dari mimpi buruknya selama berbulan - bulan ini. Tapi Mei banyak mendengar gosip – gosip yang beredar tentang dirinya yang tidak normal karena mau bergaul dengan Nara.
Banyak gosip yang beredar kalau dirinya dan Nara berpacaran. Karena selalu bersama - sama kemanapun. Pertama - tama mereka mengabaikan gosip murahan yang beredar itu, tapi lama kelamaan telinga mereka menjadi gatal mendengarnya, karena tidak seperti itu kebenarannya. Ya, terutama Mei yang merasa sangat terganggu dengan gosip yang beredar.
'Masa sih Nara seperti yang mereka bilang? Gak! Gak! Gue gak percaya.' Batin Mei.
Tapi kemudian Mei mulai merasa gelisah dan takut kalau Nara memang tidak normal. Akhirnya Mei berencana untuk mencomblangin Nara dengan teman baiknya yang bernama Rico! Karena Mei tau betul kalau Rico ini cowok baik - baik jauh dari hal yang negatif. Rico selalu berpikiran untuk belajar, belajar dan belajar. Tapi berkat rayuan dan bujukan Mei, Rico akhirnya mau untuk berkenalan dengan Nara.
Hari ini Mei dan Nara berencana untuk pergi nongkrong sambil mengerjakan tugas sekolah mereka yang menumpuk, lalu Mei memberanikan diri menawarkan kepada Nara supaya temannya ikut bergabung. Dan Nara tidak merasa keberatan sama sekali.
Sesampainya di sana, Mei memperkenalkan Rico dengan Nara. Nara memang tidak berpikiran terlalu jauh, karena di sini mereka hanya ingin mengerjakan tugas sekolah.
"Nat, Ini kenalin teman gue!" Kata Mei sambil menatap Nara dan memberikan kode kepada Rico.
"Gue Rico, kelas sebelah. Kebetulan tugas kita sama dan Mei minta gue untuk bergabung bareng kalian." Kata Rico dengan takut takut.
"Oke santai aja! Gue Nara, panggil aja gue Nat. Kita langsung ngerjain tugas aja ya." Kata Nara lalu Mei dan Rico secara serentak menganggukkan kepala.
Mereka mengerjakan tugas sekolah dengan serius, lalu ditengah tengah keseriusan itu Mei permisi ke toilet. Masih tidak ada perasaan yang aneh, lalu setelah dari toilet Mei buru-buru nyamperin Nara dan Rico.
"Maaf Nat, Co. Gue harus pulang duluan. Mama gue udah balik dari luar kota, mama mendadak ngabarinnya! Jadi kunci rumah hanya gue yang pegang. Sekali lagi gue minta maaf ya? Kalian bisa lanjutkan ngerjakan tugasnya tanpa gue ya!" Kata Mei dengan membereskan barang - barangnya, sambil menatap Nara dan Rico secara bergantian.
"Kalau gitu kita pulang aja deh, Mei. Gue anterin loe ya biar cepat sampai rumahnya." Kata Nara dengan santai dan masih berpikiran positif.
"Gak usah deh. Gue bisa sendiri kok! Lagian tanggung juga kan itu tugasnya udah tinggal dikit lagi, Nat. Gapapa kan Co?" Kata Mei sambil menatap Rico untuk meminta persetujuan.
"Iya Nat, gue gak keberatan kok. Lagian tugas kita nanggung banget nih. Besok kan sudah harus di kumpul." Kata Rico berusaha untuk meyakinkan Nara.
Dan akhirnya Nara dengan pasrah menyetujuinya.
'Maafin gue, Nat. gue harap loe bisa buka hati loe buat Rico. Ini semua gue lakuin demi kebaikan loe juga, Nat. Gue gak mau banyak yang bilang loe itu cewek gak normal! Gue yakin lo masih normal dan masih suka dengan cowok!' Batin Mei.
Lalu Mei pergi meninggalkan Nara dan Rico berdua. Mei ingin melihat Nara mulai membuka diri dengan cowok karena tidak semua cowok itu sama dengan Papanya Nara.