Kevin terus bertanya tanya didalam hatinya dengan apa yang terjadi. Dia tidak bisa menerima kenyataan atas apa yang telah Devan katakan padanya.
Kevin lalu menatap ponselnya, Kevin tidak menyadari panggilan dari Arga semalam. Ada beberapa panggilan tak terjawab dari Arga.
'Arga??' batin Kevin sambil mengerlitkan kedua alisnya.
'Kenapa gue tidak tau kalo Arga neleponin gue? Apa gue matikan suara ponsel gue ya? Dan ternyata ada pesan masuk juga dari Arga.'
Lalu kevin membuka pesan itu dan membacanya.
From Arga :
Loe dimana sih, Vin?
Gue telepon gak loe angkat - angkat?
Loe gak ada bilang apa - apa kan sama Devan?
Tadi devan nyamperin gue dikampus dan ngajakin gue pergi nanti malam.
Loe ikutan juga kan? Sampai ketemu nanti malam ya.
'Devan ngajak pergi kemana? Apa jangan jangan....sudah gue duga! Ini benar benar terjadi.'
Lalu kevin teringat ucapan Devan ketika bertemu dengannya tepat sebelum Devan bertemu dengan Arga.
"Devan benar - benar membalas dendam atas apa yang telah terjadi, gue harus bertemu dan berbicara dengan Arga," ucap Kevin lalu pergi mencari Arga di dalam ruangan kelasnya.
Entah mengapa Kevin tidak dapat menemukan keberadaan Arga diseluruh penjuru kampus. Kevin kembali mengambil ponselnya lalu menelepon Arga. Panggilan terus - menerus berdering, tapi tidak diangkat oleh Arga.
Kevin sangat khawatir dan kalut, dia tidak tau apa yang sebenarnya telah diperbuat oleh Devan terhadap Arga.
Kevin lagi dan lagi berusaha untuk menghubungi Arga tetapi hasilnya nihil. Tidak ada jawaban sama sekali, Kevin akhirnya memutuskan untuk pergi ke rumah Arga.
Sesampainya dirumah Arga, ternyata Arga sedang tidak berada dirumah. Dengan perasaan yang putus asa, kevin memutuskan untuk menunggu Arga sampai Arga pulang kerumah.
Satu jam telah berlalu begitu saja. Kevin yang sedang menunggu sampai ketiduran diteras rumah Arga. Arga baru pulang lalu memarkirkan mobilnya di teras dan melihat kehadiran dari sosok yang sangat dikenalnya yang tak lain dan tak bukan adalah Kevin.
Arga dengan emosi bercampur dengan amarah yang meluap luap langsung segera turun dari mobil. Lalu segera menarik kerah baju Arga dengan kasar, Kevin langsung tersadar ketika ada yang menarik paksa dirinya.
"Mau ngapain loe datang kerumah gue! Jangan bilang loe disuruh sama Devan untuk kesini?!" Ucap Arga dengan kasar.
"Tenang, Ga! Tenang. Gue datang kesini dengan kemauan gue sendiri tanpa ada campur tangan Devan. Gue nyariin loe dikampus, tapi loenya gak ada. kenapa gue teleponin loe gak angkat angkat, Ga! Gue khawatir sama loe!" ucap kevin sambil berusaha untuk menenangkan Arga yang sedang marah besar.
"Khawatir kata loe? Bukannya loe sama Devan kerjasama ya untuk membalas gue! Kalo gak dari mana Devan tau tentang malam itu dan tentang obat perangsang yang telah gue berikan?! Pasti itu semua dari loe!" Bentak Arga yang masih terus memegangin kerah baju kevin dengan kasar dan menariknya dengan kuat.
"Loe salah paham sama gue, Ga! Gue gak ada kasih tau soal kejadian malam itu sama Devan. Dia dengar sendiri, ketika kita ribut. Ternyata dia masih sadar. Loe harusnya sadar sebelum berbuat seperti itu sama Devan! Gue gak mau persahabatan kita jadi hancur cuma gara - gara ini, Ga. Gue mohon loe baikan ya sama Devan? Demi gue, Ga.... Demi persahabatan kita," ucap Kevin sambil memohon dengan Arga.
"Cuiiihh!!! Najis gue..!!"
"Dengar ya Vin, mau sampai kapanpun juga gue gak akan mau baikan sama dia! Dia itu monster yang suka menyiksa yang lemah! Gue gak akan mau baikan lagi! Biarpun loe mohon - mohon sama gue! Mendingan sekarang loe pergi dari sini." bentak Arga dengan mata yang terus menyala nyala seakan ingin menelan Kevin hidup - hidup.
Kevin tau untuk sekarang ini percuma bicara sama Arga, apalagi dengan emosi yang meledak - ledak seperti itu. Pasti dia tidak akan mau mendengarkan Kevin.
"Oke gue gak akan maksa loe lagi, Vin. Gue akan pergi dari sini asalkan loe kasih tau gue apa yang sebenarnya terjadi kemarin malam? Gue bener - benar gak tau apa yang telah dilakukan oleh Devan, sampai membuat loe marah besar seperti ini," tanya Kevin penasaran dengan apa yang telah terjadi.
"Asal loe tau ya, vin. Devan itu sudah sangat keterlaluan! Gue benar - benar gak bisa terima dengan apa yang telah di perbuat sama Devan untuk kali ini. Loe tau gue kan? Gue gak mungkin bisa sampai semarah ini kalo tidak ada sebabnya! Dia... Dia menjebak Lisya, lalu membawanya ke villa. Disana Lisya diperlakukan secara tidak layak! Lisya diberikan obat perangsang lalu dipaksa minum minuman keras oleh 3 orang cowok yang telah dibayar oleh Devan. Devan sengaja membalas gue dengan cara yang sama! Tapi Lisya tidak tau apa - apa! Gue malu sama Lisya atas apa yang telah diperbuat oleh Devan! Gue gak nyangka Devan akan setengah itu sama cewek yang tidak ada hubungan dengan ini semua! Kalo dia mau balas dendam, harusnya langsung aja ke gue! Gak perlu melalui Lisya, cewek yang gue cintai. Gue tau gue salah, tapi gue gak habis pikir dia tega berbuat hal yang menjijikkan itu," ucap Arga menjelaskan semua kejadiannya kepada Kevin.
"Gak mungkin, Ga! Gak mungkin Devan sampai berbuat hal yang menjijikkan seperti itu! Gue kenal dia...! Itu bukan Devan, Ga! Gue rasa ini cuma masalah salah paham yang terjadi sangat lama! Kenapa loe gak pernah jujur ke Devan kalo loe cinta sama Lisya? Kenapa loe gak nolongin Lisya pada saat Devan ngebully Lisya? Mana Devan tau, Ga." ucap Kevin yang tidak mempercayai atas apa yang telah terjadi.
"Terserah loe mau percaya atau gak, itu gak penting lagi. Toh juga loe bakalan belain Devan, dan bukannya gue! Gue rasa loe sama aja dengan Devan! Pergi loe dari sini! Gue gak mau liat muka loe lagi. Dan ingat satu hal, bilang sama Devan tunggu pembalasan dendam gue! Nanti akan tiba saatnya di waktu yang tidak terduga - duga gue akan membalas dia! Camkan itu!" teriak Arga sambil mengusir kasar Kevin.
"Dengerin gue dulu, Ga! Loe gak boleh begini. Kenapa kita gak bisa bicarakan semuanya baik baik? Argaaaaaa....." teriak Kevin yang tidak digubris lagi oleh Arga.
Arga langsung membanting pintu rumahnya dan menutupnya dengan kasar. Sampai berbunyi...
DUBRAAAKKKKK..!!!
Kevin hanya mengela napas dengan berat. 'Gue gak mau kita bertiga jadi terpecah belah begini, Ga....! Gue sayang kalian berdua. Gue gak bisa memilih diantara kalian berdua. Loe seharusnya orang yang paling ngertiin gue...'
Akhirnya Kevin memutuskan untuk pulang kerumah, karena hari sudah semakin malam dan Arga pun sudah tidak ingin mendengarkan perkataan Kevin lagi.
'Apakah kita emang sudah tidak bisa bersatu lagi? Apa persahabatan kita tidak ada artinya lagi?' batin Kevin lirih.
*****
Arga segera bergegas ke rumah sakit tempat Lisya dirawat. Pastinya Arga akan menenangkan Lisya yang saat ini sangat merasa ketakutan, syok dan trauma dengan apa yang telah terjadi kemarin malam.
Air mata Lisya terus menerus mengalir dengan derasnya. Lisya merasa dirinya telah dilecehkan oleh beberapa cowok. Ingatan - ingatan itu terus saja muncul dikepalanya. Lisya hanya berharap itu hanya sebuah mimpi buruk, yang ketika bangun semuanya akan hilang. Tapi kenyataan tidak seperti itu. Ini semua benar - benar nyata terjadi kepada dirinya.
Arga yang tidak tega melihat keadaan Lisya menjadi sesak, sakit hati, emosi, marah dan dendam secara bersamaan. Arga telah bertekat akan segera membalas Devan dengan cara yang jauh lebih menyakitkan lagi yang tidak akan pernah Devan lupakan seumur hidupnya.
Arga yang sedari tadi berdiri didepan pintu ruangan Lisya, tidak berani melangkah masuk kedalam. Seperti terhenti langkah kakinya terasa sangat berat untuk masuk ke dalam ruangan Lisya.
Hati Arga sesakit itu melihat air mata Lisya yang terus menerus mengalir.
'Please sya.. Jangan nangis lagi. Gue janji gue akan bales Devan! Ini semua karena gue, Sya... Ini semua salah gue! Hati gue hancur melihat loe begini.' Batin Arga yang terus - menerus menyalahkan dirinya sendiri.
Setelah lelah menangis, Lisya tanpa sadar telah tertidur pulas. Cukup pulas sampai Arga masuk dan duduk tepat disampingnya Lisya sudah tidak mengetahuinya lagi.
Arga dengan perlahan memegang tangan Lisya lalu membelai lembut tangan Lisya. 'Loe terlalu baik Sya.. Loe orang yang tidak pantas mendapatkan perlakuan seperti ini. Maafin gue yang sudah membuat loe berada di posisi seperti ini. Gue janji mulai detik ini, gue akan jagain loe! Loe tenang aja sya kejadian seperti ini gak akan pernah terjadi lagi. Gue sayang dan cinta sama loe, Sya.'
Lalu Arga mencium ujung tangan Lisya dengan pelan supaya Lisya tidak terbangun. Lalu kemudian mengelus pipi Lisya dengan lembut. Arga tersenyum menatap cewek pujaan hatinya ini. Yang terlihat cantik walaupun sedang tertidur pulas begini.
'Andai saja Sya, loe tau isi hati gue! Andai saja loe kasih gue kesempatan untuk bisa jadi pacar loe... Andai saja itu beneran terjadi.. Gue gak akan pernah ninggalin loe. Loe itu harusnya di cintai bukan disakiti seperti ini.' batin Arga.
Lalu Arga berjalan pelan keluar ruangan lalu menutup pintu dengan perlahan supaya tidak membangunkan Lisya.
*****
"NARRRAAAAAA...…!" teriak boby yang berlari dari kejauhan untuk menemui Nara yang sedang duduk santai sambil bermain game di ponselnya.
"Nat, gue… guee ada informasi yang akan membuat loe sangat tertarik!" ucap boby dengan napas yang masih terengah - engah.
"Apaan sih bob? Ganggu gue lagi main aja. Awas kalo gak penting ya?!" ucap Nara sambil sekilas melirik boby.
"Nat, loe besok malam mau ikutan gak? Ada taruhan balap mobil liar di lapangan Krakataw. Lumayan loh taruhannya. Mau gak? Kalo mau biar gue daftarin deh, gue yakin loe pasti menang." ucap Boby dengan semangat.
"Gue gak berminat Bob. Gak usah deh. terimakasih untuk tawaran loe. Kalo loe mau ikut ya ikut aja gak usah ngajak ngajak gue." ucap Nara datar dan masih asik melanjutkan permainannya.
"Yaaa sangat banget tau gak, Nat. Gue yakin loe pasti bisa menang. Uangnya gede banget loh! Yakin loe gak mau nih? Kalo menang loe bisa dapat uang sebesar 20 juta. Gimana? Tertarik gak?!" bujuk Boby lagi.
Mendengar nominal angka yang disebutkan oleh Boby. Mata Nara langsung berbinar binar, wajah Nara seakan berubah menjadi kesenangan. Nara langsung menatap Boby. "Loe serius bob? Segitu gede taruhannya? Loe gak bercanda kan?" ucap Nara dengan ekspresi yang tidak percaya.
"Sumpah, Nat gue serius! Lagian mana berani gue bohong sama loe. Bisa bisa habis gue loe hajar. Jadi loe tertarik ikut kan? Gue langsung daftarin loe ya! Besok malam jangan telat. Jam 7 malam loe udah Harus sampai ditempat. Okeyy! Gue pergi dulu ya," ucap Boby lalu berjalan pergi meninggalkan Nara yang hanya mengangguk.
'Lumayan kalo menang, itung itung gue bisa bantu mama. Gue harus menang! Harus! Daripada mama terus berharap dari uang papa? Gue aja karena terpaksa menerima uang papa.' batin Nara.
'Hari ini gue harus latihan keras kalo begitu.'
Lalu Nara pergi ke area balap mobil dan berlatih disana. Nara sudah biasa balapan di sini, apalagi kalo pikirannya sedang kacau balau. Pasti Nara akan datang ke sini hanya untuk balapan lalu pergi.
"Udah lama loe gak kesini? Tumben kesini lagi? Pasti loe sedang banyak pikiran ya?" ucap seorang kenalan Nara yang selalu ketemu disini setiap kali Nara datang pasti dia selalu ada.
Namanya Vino. Cowok ganteng gila balapan dan selalu menjadi idola cewek cewek cantik yang selalu tergila gila melihat aksi memikatnya ketika sedang balapan mobil.
"Sok tau banget si loe! Udah gak usah basa basi, loe mau bantuin gue gak? Gue besok ada pertandingan balapan mobil liar dilapangan Krakataw. Loe kan jago banget gitu ya katanya. Tapi menurut gue loe itu gak ada apa - apanya. Hanya pamer dan modal tampan aja." ucap Nara secara blak blakan.
Raut muka Vino berubah menjadi sangat marah mendengar telah diremehkan seperti itu oleh seorang cewek.
"Maksud loe apa ngomong gitu? Loe mau nguji gue? Siapa takut. Ayo kita bertanding one by one, loe pasti akan menyesal pernah ngomong seperti itu ke gue! Berani gak loe?! Jangan jangan loe takut?" ucap Vino lalu menantang Nara.
Memang itu yang gue harapkan! Baru gue pancing begitu saja loe sudah marah seperti itu. Bagus! Pasti loe akan bertanding secara total menggunakan semua kemampuan yang loe punya.' batin Nara.
"Siapa takut? Gue juga pengen lihat apakah emang loe itu beneran jago atau cuma akting aja?!" ucap Nara terus menerus memancing Vino.
"Okey! Gue akan total. Asalkan loe habis kalah gak malu aja untuk mengakui kekalahan loe." bisik Vino.
Nara hanya tersenyum "loe yakin bisa menang dari gue? Buktikan! Jangan banyak omong!"
Vino semakin kesal dengan Nara. "Oke gue akan buktikan ucapan gue! Tapi kalo gue menang, loe harus ngikutin semua kemauan gue! Dan sebaliknya. Gimana?" Tantang Vino.
"Oke! Siapa takut? Gue terima tantangan loe! Dan gue pastikan kalo gue akan menang dari.. Dari cowok kayak loe," ucap Nara lalu melihat Vino dari atas sampai bawah lalu ketawa mengejek.
"Deal..!!" Lalu mereka berdua saling berjabat tangan. Nara tersenyum mengerikan dan Vino tersenyum mengejek.
'Mana mungkin lah cewek kayak loe bisa ngalahin gue! Mimpi aja loe. Loe akan menyesal telah menantang gue.' Batin Vino.