Mereka langsung menemui pemilik arena balapan itu dan meminta izin untuk melakukan pertandingan 1 putaran. Hanya mereka berdua. Sang pemilik pun membuat pengumuman dan semua yang berada di arena balapan mulai menyingkir keluar arena.
Nara dan Vino masuk ke dalam mobil balapnya masing - masing. Mereka bersiap untuk pertandingan one by one tersebut. Mereka pun mengendarai mobil balapnya sampai di garis start.
Semua yang ada di arena balap itu merasa tertarik dengan pertandingan itu. Mereka berbondong - bondong memenuhi wilayah khusus penonton untuk melihat bagaimana proses pertandingan kedua pembalap jitu itu.
Banyak sekali pengunjung dari luar mulai berdatangan, termasuk Devan. Setengah dari mereka datang karena mendengar adanya balapan yang di lakukan oleh seorang cewek misterius dengan Vino. Keduanya sama - sama pembalap yang paling di segani di arena balapan ini.
Saat Devan mencari sosok Vino, tanpa sengaja dia melihat ke arah pengemudi mobil balap yang di kemudikan oleh seorang cewek. Cewek itu berambut pendek sebahu dan masih menggunakan topi yang menutupi sebagian wajahnya hingga orang - orang tidak bisa melihat wajahnya dengan jelas.
'Cewek itu serasa familiar dehh.. Di mana gue pernah liat dia sebelumnya ya? Kenapa gue sama sekali gak ingat ya?' Dev sibuk dengan segala rasa penasarannya pada cewek itu dan dia sampai lupa untuk mencari Vino.
"Ehh, loe tau gak, yang balapan dengan Vino itu siapa?" Tanya Dev dengan salah seorang penonton yang ada di sebelahnya.
"Dia itu cewek tomboy yang jago balapan. Dulu dia sering ke sini, tapi akhir - akhir ini dia udah jarang kelihatan. Sekali nongol, dia malah nantang Vino untuk balapan one by one." Ucap cowok itu yang masih saja fokus dengan pemandangan di hadapannya.
"Loe tau siapa namanya?" Tanya Dev dengan ragu.
"Gak. Gue gak tau namanya. Mungkin Vino tau,"Jawabnya cuek pada Dev.
'Percuma aja tanya loe, ternyata loe bego juga jadi cowok. Kagum sama cewek tapi gak tau apa - apa tentang cewek tuh.' Dev mengumpat kesal dalam hatinya. Dia emosi mendengar jawaban yang gak bermutu dari mulut cowok itu.
Pengibar bendera start sudah melambaikan bendera yang ada di tangannya. Kedua mobil balap itu pun melaju dengan kecepatan tinggi. Kedua mobil balap itu melaju beriringan seperti tidak ada yang mau mengalah. Membuat semua yang menonton bersorak meriah.
Setelah hampir seperempat perjalanan, akhirnya Nara berada di depan Vino. Saat di tikungan pertama, Nara melakukan late breaking yang tidak lain adalah teknik meyalip yang di lakukan dengan pemilihan titik pengereman dan timing serta tentunya membutuhkan rem yang mumpuni.
Teknik yang di lakukan oleh
Nara memang sudah sangat sering di lakukan oleh para pembalap lainnya. Tapi
teknik ini juga bisa berbahaya jika tidak melakukan perhitungan yang matang.
Semua penonton mulai bersorak
kagum melihat aksi awal yang di lakukan oleh Nara. Beberapa dari mereka belum
bisa menggunakan teknik menyalip seperti itu sesempurna yang di lakukan oleh
Nara. Banyak juga dari antara penonton yang bertaruh atas balapan tersebut.
Nara hanya tersenyum melihat keberadaan mobil balap yang sedang melaju dan berusaha menyalip mobilnya, "Vin, loe liat aja nanti. Gue pasti menang!"
Sedangkan Vino, dia merasa sangat kesal saat melihat kecepatan dari mobil balap yang dikemudikan oleh Nara, "Sial! Gue gak boleh kalah dari loe, Nat. Awas aja loe! Gue balas!"
Vino berusaha keras untuk menyalip meskipun saat ini dia tidak memiliki kesempatan untuk melakukan hal itu. Vino hanya bisa menunggu sampai mereka tiba di tikungan, "Liat aja loe, Nat. Tunggu aksi gue di tikungan berikutnya. Heh..!!"
Devan yang memperhatikan pertandingan balapan itu pun bisa menonton dengan penuh semangat. Karena dia merasa pertandingan kali ini akan sangat seru dari pertandingan biasanya. Dev bisa menilai seperti itu karena dia sangat menyukai balapan.
Kedua mobil balap itu akan mendekati tikungan kedua. Vino berusaha sedemikian rupa untuk melakukan Slipstrim. Slipstream itu sendiri adalah salah satu teknik menyalip mobil balap yang ada di depan kita saat berada di tikungan. Hal ini memang lebih berbahaya, tapi Vino melakukannya karena dia tidak bisa menyalip mobil Nara j
Vino mengikuti mobil balap milik Nara seperti segaris lurus dan menggunakan aliran udara di sekitar dan mesin mobil milikknya untuk keuntungan sendiri. Vino membangun momentum untuk bisa menyusul di area bertekanan angin rendah di belakang Nara. Hambatan angin yang lebih kecil menjadi keuntungan Vino ketika akan melakukan slipstream.
Pedal gas pun di injak sedemikian rupa oleh Vino untuk mengambil posisi tepat di sebelah mobil balap Nara. Vino pun menyeringai, "Sekarang saatnya buat gue. Bye Nat. Heh!"
Akhirnya, Vino pun berhasil menyalip dan sekarang posisinya sudah berada di depan Nara. Dengan ekspresi wajah mengejek, ia melihat ke arah mobil balap Nara melalui kaca spion mobilnya, "Loe liat bukan? Loe itu gak akan mungkin bisa ngalahin gue! Ngimpi banget loe, Nat."
Dengan santainya, Nara hanya menempelkan mobil balapnya pada bagasi mobil balap milik Vino. Dan terus - menerus begitu di sepanjang jalur lurus hingga Vino merasa aneh dengan cara Nara mengemudikan mobil balapnya.
'Tampaknya dia kesal dan gak berniat lagi untuk menyalip. Apa mungkin dia sudah menyerah?' Vino membatin melihat cara Nara mengemudikan mobil balapnya yang tidak karuan lagi arahnya.
Di sisi lain, Nara tersenyum licik, "Loe belum tau rencana gue selanjutnya, Vin. Loe tunggu aja kejutan dari gue. Gue tau kalau saat ini loe merasa bangga dan sedang meremehkan gue. Gue akan memberikan loe kesenangan tersendiri yang membuat loe melayang sebelum loe tau apa yang bakaln gue lakuin setelah ini. Gue punya kejutan spesial buat loe, Vin. Tunggu aja!"
Saat terlihat tikungan terakhir di depan, Nara menurunkan sedikit kecepatannya. Hal ini membuat Vino merasa sangat senang, "Gue tau, loe itu gak mungkinlah menang dari gue. Liat aja sendiri, sekarang jarak loe itu udah terlalu jauh di belakang gue. Makanya jangan berlagak sok buat nantang gue balapan!"
Vino hanya fokus mengejek Nara dan kecepatan mobil yang dikemudikannya hanya begitu - begitu saja alias monoton. Karena setelah melihat mobil balap Nara mulai jauh tertinggal di belakang mobil balapnya, Vino merasa bisa lebih santai
Dia sama sekali tidak merasa khawatir dengan keberadaan Nara lagi, "Sedikit lagi udah garis finish. Loe gak bakalan bisa menyalip gue di tikungan terakhir ini, Nat. Loe tertinggal jauh sekarang. Heh..!!"
Nara memang sudah memprediksi pergerakan yang monoton dari Vino, dia langsung melancarkan aksinya di tikungan terakhir. Dia mulai meningkatkan kecepatan mobil balapnya dan menggantung gas (rpm) saat menikung dalam kecepatan tinggi.
Teknik yang dilakukan Nara ini bertujuan agar tenaga mobil balapnya tidak ngedrop saat berada di tengah tikungan. Sehingga mobil balapnya tetap bisa meluncur dengan cepat saat keluar tikungan.
"Wow!!" Begitu banyak yang bersorak melihat aksi terakhir yang ditunjukkan oleh Nara. Padahal mereka yang bertaruh dan berpihak pada Nara sudah pasrah akan kekalahan Nara setelah melihat jarak mobil balap Nara yang jauh tertinggal di belakang Vino.
Nara berhasil menyalip mobil balap Vino dan Vino pun tertinggal jauh di belakangnya. Bendera bermotif catur pun dilambaikan saat mobil balap Nara melewati garis finish.
Sesampainya Vino di garis finish, dia mengumpat di dalam mobil, "Ternyata dia jago juga menggunakan teknik rolling speed. Dia udah buat gue lengah pada detik - detik terakhir dengan mengurangi kecepatan mobil balapnya di awal. Shit!!"
Dengan wajah ceria, Nara pun keluar dari mobil balapnya danberjalan menuju mobil balap Vino. Semua orang di arena balapan itu bersorak atas kemenangan yang di raih oleh Nara.
Vino yang melihat Nara menuju ke arahnya pun keluar dar mobil yang dikemudikannya. Dengan pasrah dia mengulurkan tangan kanannya pada Nara, "Nat, selamat atas kemenangan loe. Gue mengaku kalah."
Nara hanya tersenyum dan menyambut uluran tangan Vino, "Ya, makasih. Loe harus ingat dengan taruhan kita, Vin. Loe gak berniat kabur dan mengingkari taruhan yang loe buat sendiri bukan?"
'Sialan banget nih cewek! Lihat aja, gue bakal balas loe suatu saat nanti!' Umpat Vino dalam hati.
"Gimana Vin? Loe bersedia bukan?" Nara mulai menekankan suaranya pada Vino.
"Iya, karena loe yang menang, gue akan ngikutin semua kemauan loe. Tapi itu hanya berlaku 3 hari aja. Soalnya, gue bakalan pergi ke luar kota setelahnya." Ucap Vino dengan mantap. Biar bagaimana pun, sebagai cowok yang gentle, dia harus menepati janjinya.
"Oke, deal! Gue akan memanfaatkan kesempatan itu dnegan sebaik mungkin. Loe gak akan kecewa jika loe ngikutin semua kemauan gue," kata Nara dengan senyum yang tidak bisa dijelaskan.
Drrrtttt.. Drrrtttt.. Drrrtttt...
Tiba - tiba ponsel Nara bergetar. Dia mengambil ponselnya dari saku dan melihat nama yang tertera, 'Mama?!!'
Dia pun menoleh ke arah Vino dan berkata, "Ya udah, gue mau balik dulu. Besok gue akan kabari loe kapan dan di mana kita akan bertemu lagi."
Setelah pertandingan selesai, Dev berusaha mencari keberadaan Vino. Dia kesulitan melewati kerumunan orang - orang yang sedang mengagumi sang pemenang.
Dari kejauhan, Dev melihat cewek yang familiar baginya itu berbicara empat mata dengan Vino tanpa melepas topinya itu. Dengan terburu - buru Dev mencari celah untuk mendekati Vino. Dia berniat untuk melihat wajah asli cewek itu dari dekat.
Dev yang sudah lepas dari kerumunan langsung berlari dengan cepat menuju arah Vino. Tapi, yang dia temui hanyalah Vino. Dia tidak melihat keberadaan cewek yang membuatnya penasaran sedaritadi.
'Kemana perginya cewek itu? Jelas - jelas tadi dia ada di sini.' Dev membatin sambil memandang ke sekelilingnya.
Tatatapannya tertuju pada seorang cewek bertopi yang sedang memegang ponselnya seperti sedang menelepon seseorang. Cewek itu pun menjauh dan menghilang di balik kerumunan para fans nya.
"Woi..!! Napa loe? Kesambet
setan ya? Dateng - dateng loe malah bengong. Bukannya ngehibur gue, loe malah
sibuk entah nyari siapa!" Kata Vino kesal. Dia memang kesal melihat Dev yang
datang tapi langsung melemparkan pandangannya pada sekelilingnya.
"Loe kenal dengan cewek yang tanding sama loe tadi?" Tanya Dev penasaran pada Vino.
Vino hanya mengedikkan kedua bahunya dan berkata, "Ya, gue Cuma kenal begitu aja dengan dia. Gue cuma tau dia itu biasa di panggil Nat. Gak ada yang tau identitas aslinya di arena balapan ini. Dia itu cewek misterius, bro. Kenapa? Loe kepincut sama dia ya?"
"Gue ngerasa kalau gue itu pernah ketemu dengannya. Tapi gue gak ingat, bro. Gue juga ngerasa familiar sama dia." Dev mulai menceritakan rasa penasarannya itu pada Vino.
"Jangan dehh, jangan sampai loe kepincut sama dia Dev. Sangkin misteriusnya dia, gue ngerasa dia itu bahaya untuk di deketin, Dev." Vino mulai memberi sedikit nasihat pada Devan.
"Ya, terserah gue dong, Vin. Apaan sih loe? Kan gue cuma penasaran aja. Emang tadi pas loe tanding sama dia, loe gak ada taruhan apapun? Kan loe yang kalah." Ucap Dev sambil menatap tajam temannya itu.
"Sialan loe, Dev! Bukan ngehibur teman sendiri, malah ngejek." Vino memutar kedua bola matanya dengan malas.
"Suka - suka gue dong. Kan gue penasaran. Secara,, loe itu kan baru kali pertama kalah dari cewek," ucap Dev dengan raut wajah serius.
"Sialan! Dia itu cewek tomboy, bukan cewek tulen. Yah, gue sendiri aja gak nyangka dengan aksi terkahir dia tadi. Ehh, loe itu ngapin ke sini? Pasti lagi ada masalah ya? Kemana 2 sahabat loe itu?" Tanya Vino dengan menaikkan sebelah alis matanya.
Setelah melontarkan pertanyaan itu, Vino melihat ekspresi yang tak biasa dari wajah Dev. Dia sempat berpikir, 'Apa gue salah ucap ya? Kok raut wajahnya kusam gitu jadinya?'
"....."
Dev hanya diam dan tatapan matanya kosong. Emosinya mulai terpancing setelah mengingat kejadian di Villa itu. Kedua tangannya mengepal dan dia menghembuskan nafasnya dengan kasar.
"Gue gak mau bahas masalah itu, Vin. Jangan ungkit mereka berdua, karena saat ini gue cuma mau menenangkan pikiran gue di sini, Vin." Kata Dev sambil menoleh ke arah Vino.
Vino hanya mengangguk dan dan mengajak Dev untuk ikut di pertandingan yang akan di mulai.
"Yuk, kita ikutan mereka tanding. Ini putaran terakhir. Abis itu, gue mau pulang." Ucap Vino pada Dev.
Dev pun masuk ke dalam mobil balapnya dan masuk ke dalam barisan mobil yang akan ikut tanding. Mobil balap Vino berada tepat di sebelah kirinya.
Pertandingan di mulai dan mereka saling melajukan mobil balapnya masing - masing. Dengan pikiran kacau, Dev menerjang dan menyalip semua mobil balap yang ada di depannya.
Dia ingin membuang rasa penatnya itu dengan melajukan mobil balapnya sekencang - kencangnya. Akhirnya, dia menjadi pemenang yang rusuh. Banyak pengemudi yang mengumpat tidak senang pada Dev.
'Apa - apaan sih itu bocah tengik, balapnya macemnya gak tau aturan gitu!'
'Rusuh banget sih?!! Mau menang, jangan main rusuh gitu dong!'
'Kurang ajar banget tuh bocah ingusan! Ugal - ugalan tak beraturan gitu! Untung aja mobil gue gak kegores tadi. Kalau sampai luka sedikit aja mobil kesayangan gue, habis tuh bocah gue hajar sampai mampus!'