Chereads / NARA / Chapter 4 - NARA #04

Chapter 4 - NARA #04

Pagi ini di sekolah, Nara bergegas menghampiri Mei yang sudah datang duluan dari dirinya. mei yang melihat Nara menghampiri dirinya lalu berkata "Pagi Nat! Gimana semalam? Sorry ya, Nat. Gue harus pulang duluan." ucap Mei dengan muka yang dipenuhi dengan perasaan bersalah.

Lalu Nara menyipitkan kedua matanya sambil menatap Mei dengan tatapan penuh selidik. "Loe sengaja kan semalam ninggalin gue dan Rico berdua? Jawab gue, Mei!" Bentak Nara.

'Hahh? Bagaimana mungkin Nara tau? Apa Rico yang kasih tau ya? Mampus gue, harus jawab apa gue ini. Nara udah sangat marah dengan gue. kalau gue ngaku Nara bakalan maafin gue gak ya?' Batin Mei dengan perasaan was was.

"Kok loe diam aja, Mei! Gue bilang jawab gue!" Ucap Nara dengan suara yang mulai meninggi.

'Apa yang terjadi sih sebenarnya semalam? Gue pura-pura gak tau aja deh! gue takut Nara akan semakin marah besar kalau tau apa yang telah gue rencanakan.' Batin Mei.

Akhirnya dengan pikiran seperti itulah yang bisa membuat Mei berani menjawab Nara.

"Gue gak ngerti maksud loe, Nat! Loe nuduh gue? Gue bahkan gak pernah merencanakan itu semua. gue gak nyangka loe bakalan menuduh dan tidak percaya dengan gue. harusnya lo lebih percaya sama gue, Nat! Gue selama ini gak pernah bohongin loe!" Ucap Mei dengan nada yang cukup meyakinkan.

'Benar juga ya! Selama ini Mei tidak pernah berbohong kepada gue. apa gue yang berpikiran yang gak gak ya?' batin Nara.

"Oke gue percaya sama loe, Mei. Tapi kalau sampai loe berani bohongin gue, gue gak mau ketemu elo lagi," ucap nara.

Mei hanya mengangguk mendengarkan ucapan Nara barusan.

'Hampir aja gue ketauan. untung aja Nara masih percaya sama gue. tapi gue masih penasaran dengan apa yang terjadi semalam sampai Nara mencurigai gue begini? gue harus bertemu dengan Rico untuk bertanya kejadiannya seperti apa!' batin Mei.

Lalu Nara pergi ketempat duduknya. sambil terus menatap Mei, Mei yang mendapatkan tatapan dari Nara menjadi salah tingkah dan ketakutan secara bersamaan. Baru kali ini, selama mereka berteman Nara marah besar kepada dirinya.

Dan Mei salah besar telah melakukan hal konyol ini ke Nara. 'Ternyata Nara bisa dengan mudahnya menebak apa isi hati Mei.'

Kemudian Mei mengambil ponselnya lalu mengetik pesan singkat kepada Rico.

To Rico :

Nanti pulang sekolah kita ketemu di Perpus!

Loe utang penjelasan ke gue! Jelasin nanti sejelas jelasnya tentang kejadian antara loe dan Nara!

Kok bisa Nara semarah itu sama gue? Loe bilang apa?

Awas aja loe sampai berani gak datang!

Sudah lima menit berlalu sejak pesan terkirim, tapi belum ada mendapatkan balasan apapun ke Mei, Mei semakin merasa gelisah. 'tidak biasanya Rico seperti ini!'

Sampai pulang sekolah pun Rico tidak kunjung membalas pesan. Perasaan Mei menjadi tidak enak. Mei memutuskan untuk menunggu Rico didalam perpus. Tapi selama satu jam Mei menunggu Rico, tidak ada tanda tanda kemunculan Rico.

Mei selalu menatap pintu perpus, tapi sosok Rico tidak kunjung datang. perasaan Mei semakin tidak menentu. Mei diselimuti dengan perasaan yang tidak enak. akhirnya Mei berusaha untuk menelepon Rico lagi. Siapa tau nomor Rico telah diaktifkan kembali. Tapi nomor telepon Rico tetap tidak aktif. perasaan Mei semakin gelisah. Lalu Mei memutuskan untuk mencari nomor telepon rumah Rico. Setau Mei dia sempat menyimpan kontak rumah Rico.

Setelah berhasil menemukan nomor teleponnya, Mei tidak ingin membuang buang waktu dan segera menghubungi sangat lama telepon terus berdering, tapi tidak ada jawaban. lalu Mei mencoba sekali lagi untuk menghubungi nomor teleponnya dan kali ini panggilan Mei tidak sia-sia.

Ada yang menjawab panggilan telepon Mei. "Halo... Maaf ini dengan siapa ya?"

'Mungkin ini suara mamanya Rico.'

"Halo, ini teman sekolahnya Rico. Bisa berbicara dengan Rico?" kata Mei dengan sopan.

"Maaf Non, ini saya pembantu dirumah den Rico, Non tidak tau kalau semalam den Rico mengalami kecelakaan dan harus dilarikan ke Rumah Sakit dan sampai sekarang Den Rico belum sadar Non." kata pembantunya Rico.

"APAAA? DIRUMAH SAKIT MANA BI?" Teriak Mei.

Lalu Mei sadar kalau dia sekarang menjadi pusat perhatian karena tiba tiba berteriak didalam perpustakaan. Mei pun memelakankan suaranya. Lalu pembantu Rico memberitahukan alamat lengkapnya. Mei telah mencatat alamat lengkap Rumah Sakitnya. "Oke bi, terimakasih atas informasinya ya," ujar Mei.

Kemudian Mei bergegas keluar dari perpustakaan lalu setengah berlari menuju depan sekolah untuk menunggu ojek online yang telah dipesannya. Lalu setelah sampai Rumah Sakit yang di tuju, ternyata Rico dirawat di Rumah Sakit Insani Pelita. Mei langsung berlari dan bertanya tentang keberadaan kamar rawat Rico kepada pusat informasi yang ada di Insani Pelita. lalu Petugas itu memberikan arahan kepada Mei dengan jelas.

"Permisi, Mohon tanya mbak ruang Mawar dengan nomor 102 atas nama Rico Abraham berada dimana ya?" Tanya Mei dengan nafas yang masih memburu karena dari tadi terus terusan berlari.

"Kakak tinggal lurus kedepan, lalu simpang kedua naik tangga, lalu lurus lagi setelah itu simpang pertama belok kanan, kemudian lurus aja tinggal lihat nomor 102 aja ya." kata petugas yang berada dipusat informasi ini.

"Oke! Terimakasih ya, Mbak." Kata Mei lalu berlari menuju arahan yang telah diberikan oleh petugas dari RS itu.

Benar saja, setelah sampai didepan ruangan Mamanya Rico menangis sejadi jadinya dipelukan Papanya Rico. Mei berusaha mendekat lalu bertanya kepada Mama Papanya Rico. "Permisi tan, saya Mei temannya Rico di sekolah. Saya tadi menelepon kerumah tante, lalu pembantu tante bilang Rico di rawat di Rumah Sakit ini. Rico kenapa ya tan? Kok bisa Rico sampai tidak sadar?" kata Mei dengan mata yang mulai berkaca kaca.

bukannya jawaban yang didengar Mei, Malah isak tangis dari Mamanya Rico yang semakin menjadi jadi.

"Kami juga tidak tau gimana kejadian jelasnya nak Mei. Kami juga syok dan kaget tiba tiba mendapatkan kabar ini dari pihak rumah sakit. tapi keadaan Rico sangat kritis, hanya keajaiban yang bisa membuat Rico bisa bertahan." Kata Papanya Rico dengan tangisan. tapi bedanya Papanya bisa mengendalikan diri dan perasaannya. tidak seperti Mamanya Rico yang terus terusan menangis sampai terisak. Mata Mama Papanya Rico sudah sangat bengkak.

Mei yang mnedengarkan penjelasan dari Papanya Rico langsung menangis dan merasa sangat bersalah atas apa yang telah diperbuatnya. Mei menyalahkan dirinya sendiri. 'kalau aja gue gak ngajak Rico ke cafe, Kalau saja gue pulang bareng Rico! Pasti tidak akan seperti ini jadinya. Kalau aja gue gak maksa maksa Rico untuk mendekati Nara. Pasti kejadiannya tidak akan begini. Maafin gue Co!'

Mei terus terusan menangis sampai sampai dia tidak sadar sudah berapa lama dia menangis. mata Mei sudah mulai bengkak dan merah. Mei tidak ingin pulang. Mei ingin tetap berada disini disamping Rico untuk memastikan keadaan Rico. Mei meminta izin dari Papa dan Mama Rico untuk melihat Rico didalam ruangan.

Papa dan Mama Rico mengizinkan Mei untuk masuk kedalam. Mei berjalan mendekati Rico yang keadaannya sudah sangat kritis. Mei meraih tangan Rico lalu memeganginya sambil mengelus lembut sambil tetap menangis. "Maafin gue Co, maafin gue. Gue nyesal banget. Loe harus bangun ya Co, loe harus marahin gue, gue gueeee..." Ucap Mei dengan nada yang terbata - bata karena terus - menerus terisak.

Tapi keadaan Rico semakin sekarat. bahkan sekarang dokter menyruh Mei untuk menunggu diluar. Dokter sedang berusaha sebaikk mungkin untuk menyelamatkan hidup Rico. dan ternyata takdir berkala lain. Rico

meninggal tidak bisa diselamatkan lagi. dokter keluar untuk

memberitahukan hal ini kepada keluarga.

"Maaf pak, bu. saya sudah berusaha sebaik mungkin tapi takdir berkata lain.Rico sudah tiada., kata Dokter sambil memberitahukan berita duka itu kepada Papa dan Mama Rico.

"Tidak Dok. anak saya masih hidup. tolong selamatkan dia Dok. Saya mohon!! RICOOOOOOOO!!" Teriak Mamanya Rico yang tidak bisa menerima kenyataan. Lalu Mama Rico langsung jatuh pingsan.

Mei menggelengkan kepalanya tidak percaya kalau Rico sudah tidak ada lagi. Mei terus menangis tanpa henti. "Co lo kok tega banget ninggalin gue? Gak gak gak mungkin! Lo pasti lagi bercanda kan iya kan lo pasti lagi bercandain kita semua!" ucap Mei untuk menghibur diri sendiri.

*****

Setelah acara pemakaman Rico. Mei masih menjadi sosok yang pendiam tidak berbaur ke sekitar. Bahkan Nara pun sudah berusaha untuk menghiburnya tapi Mei masih terus terusan bersedih. Dia selalu menyalahkan dirinya sendiri karena Rico meninggal.

"Ini semua salah gue. Gue udah jahat banget sama lo co. lo boleh benci gue selamanya. Loe itu teman terbaik gue. Bahkan loe gak marah sama sekali walaupun gue suka seenaknya ke loe. Gue kangen loe, Co. Jangan pernah maafin gue Co," ucap Mei lalu tanpa sadar air matanya menetes jatuh dengan sendirinya.

Nara memeluk erat Mei "Ini semua bukan salah loe Mei. Loe baik banget. Rico juga pasti berpikiran sama dengan gue. Gue gak mau melihat loe terus - terusan sedih seperti ini dan selalu menyalahkan diri lo sendiri. Dengerin gue, Rico itu gak pernah nyalahin loe Mei. Rico gimana mau tenang kalau lo terus nangisin dia seperti ini. Ayolah Mei. Yang paling penting sekarang loe selalu berdoa untuk Rico," ucap Nara sambil mengusap - usap punggung Mei.

Mei malahan semakin terisak. "udah 2 minggu sejak kepergian rico lo selalu nangis begini. gue mau lo kembali lagi menjadi mei yang gue kenal dulu, yang selalu ceria dimanapun dan kapanpun." hibur Nara.

"tapi Nat. Ini semua karena gue. Gimana gue bisa kembali ceria lagi? Karena gue seseorang meninggal. Dia baik banget Nat. Dia selalu ngertiin gue," ucap Mei sambil terus menangis.

"Iya gue tau, tapi nangis juga bukan solusi Mei. Yang perlu lo lakuin sekarang bangkit lagi dari keterpurukan loe menjadi Mei yang jauh lebih baik lagi. Ingat Mei masih ada gue, gue sedih tau melihat loe sedih terus begini, nyalahin diri loe terus menerus." ucap nara.

"Iya Nat, gue tau. Makasih ya karena ada loe, perasaan gue udah jauh lebih baik sekarang," ucap Mei.

*****

Setelah itu Mei tidak pernah lagi menangis dihadapan Nara, keadaan Mei lambat laun mulai membaik dan mulai kembali lagi ceria. Nara yang merasa keadaan Mei sudah mulai lebih membaik dari sebelumnya. sangat happy melihatnya. Bahkan Mei sudah suka bercanda - canda lagi dengan Nara.

Mei bahkan tidak pernah membahas tentang Rico lagi. Tidak terasa akhirnya masa masa sekolah mereka sudah mau berakhir. Mei bertanya kepada Nara "loe ingin melanjutkan kuliah dimana, Nat?"

"Hmmm, gue belum terpikir sih. Liat entar aja deh," ucap Nara dengan santai.

"Emangnya lo rencana kuliah dimana?" Tanya Nara.

"Gue ikut loe aja Nat. Kemanapun loe kuliah gue ikut!" Jawab Mei antusias.

"Loe pernah merasa sih Mei, loe itu seperti bayang - bayang gue? Loe itu selalu ikut kemanapun gue pergi. Loe seharusnya punya tujuan hidup loe sendiri. Jangan selalu ngikutin gue," ucap Nara pelan tapi sangat menusuk hati Mei.

Mei terdiam lalu tertunduk, "Tapi gue suka ngikutin loe Nat. Itu udah menjadi kebiasaan gue Nat. Izinkan gue buat selalu jadi pengikut lo ya Nat? Gue gak keberatan kok Nat selalu jadi bayang - bayang loe," ucap Mei dengan sangat meyakinkan.

"Terserah loe deh ya Mei. Tapi satu sekolah aja udah ngecap loe itu sebagai bayang - bayang gue terus! Gue merasa risih mendengar omongan mereka. Gue yang dengar aja merasa sakit hati Mei, apalagi loe?!" Ucap Nara.

"Iya gue gak sakit hati dan gue gapapa kok Nat. Loe kok jadi suka dengerin omongan yang gak berbobot begitu sih Nat?" Celetuk Mei sambil berusaha menahan tawanya.

"Loe ngejek gue nih sekarang? Udah berani loe ya mentang - mentang selama ini gue selalu diam aja," ucap Nara.

"Tuh kan begitu aja udah marah marah, gue saranin ya Nat sama loe. Jangan suka marah - marah gak jelas gitu, ntar cepet tua! Mau?" Canda Mei sambil tertawa lepas.

"Mei apaan sih loe. Kalau gue tua, bukannya loe juga ya?" Balas Nara yang tidak terima ledekan dari Mei.

Lalu mereka berdua sama sama berkata "Biarin aja tua! Asalkan tua tua masih tetap temanan sama loe!" Mereka berdua pun sama - sama tertawa lepas.

*****

Akhirnya mereka berdua sudah menjadi anak kuliahan. Ya, walaupun beda jurusan. Nara mengambil jurusan ekonomi sedangkan Mei mengambil jurusan hukum.

Tapi mereka selalu meyempatkan diri untuk bertemu. Mei dan Nara kuliah di salah satu Universitas Swasta yang bernama Universitas Tarumanegara. Yang merupakan Universitas Terbaik yang berada di Kota Jakarta.

Tanpa terasa akhirnya mereka berdua sudah memasuki semester 6. Dimana tugas mereka yang semakin banyak. Jadinya mereka jadi jarang untuk ketemu karena telah sibuk masing masing.

Ponsel Nara berdering ada telepon masuk dari Mei.

'Ada apa nih tumben Mei telepon gue diwaktu jam kuliah begini?'

Nara langsung permisi untuk ke toilet lalu mengangkat telepon Mei.

"Ada apa Mei? Tumben amat nelepon jam segini." Tanya Nara.

"Gue cuma mau ngingetin loe. Jangan lupa ya ntar malam ngerayain ulang tahun gue, Nat. Loe pasti lupa kalau gak gue ingatin kan? Bahkan loe gak ada ngucapin sama sekali. Teman macam apa loe, Nat?!" Ucap Mei kesal.

Lalu Nara menepuk jidatnya "Maafin gue ya, Mei. Akhir - akhir ini tugas gue banyak banget. Gue sampai lupa hari ini ulang tahun loe. Gue pasti datang kok. Jangan marah ya?" Bujuk Nara pada sahabatnya itu.

"Iya iya. ya. Udah dehh, awas aja loe kalau sampai gak datang ya! Gue tungguin loe, Nat." Ucap Mei ketus karena masih kesal dengan Nara.

"Iya iya bawel. Gue ingat kok. Byeeee." Lalu Nara memutuskan sambungan teleponnya.

'Akhirnya hari yang gue tunggu - tunggu tiba juga, Nat. Kali ini loe gak akan bisa lolos dari gue. Ini pembalasan atas apa yang pernah loe lakuin ke Rico. Loe cewek sok suci yang tidak mau hidup tanpa cowok kan? Gue akan kasih hadiah yang gak akan bisa loe lupain seumur hidup loe' Batin Mei.