Masih dengan raut cemberut Revia mengikuti langkah kaki Derby yang berjalan didepannya, padahal dia ingin sekali berjalan-jalan sekitar kute sebelum kembali ke hotel.
Tapi tiba-tiba Derby berhenti lalu menoleh ke belakang.
"Setelah gue pikir-pikir lebih baik kita pergi ke dokter sekarang. Gimana?" Derby menatap perempuan cantik dihadapannya.
"Terserah." balas Revia singkat.
"Masih kesal gara-gara gue cancel acara kita?"
"Menurut lo?" kali ini Revia melotot.
Pria itu tak mau melanjutkan percakapan mereka, karena yang ada malah bakal terjadi pertengkaran diantara mereka.
Tak lama kemudian mobil rentalan mereka datang,Derby meminta diantar ke rumah sakit terdekat pada sopir.
Dokter tersenyum setelah menyelesaikan pengecekkan kondisi kandungan Revia.
Wanita cantik itu duduk kembali, begitupun Revia.
Derby yang duduk tepat disamping istri-nya terlihat tegang.
"Kandungan isri anda baik-baik saja, Sebenarnya ibu hamil masih bisa naik pesawat sampai usia kandungan 32-34 minggu. Selebihnya, ada risiko untuk ibu hamil yang terbang dalam usia kandungan besar. Pihak maskapai pun biasanya menolak. Kalaupun menerbangkan ibu hamil, maskapai meminta mereka menandatangani surat mengetahui risiko terbang dan meminta surat izin dokter."
Senyuman kelegaan terpatri pada bibir pria itu, "Alhamdulilla, dok kalo kondisi istri saya baik-baik saja."
"Wajar kalau kalian khawatir, karena bisanya anak pertama pasutri akan menjadi super protektif akibat ketakutan akan terjadi hal yang tidak diharapkan." dokter menulis resep diselembar note.
Revia tersenyum malu, "Saya pikir apa yang saya rasa berlebihan tapi syukurlah kalo itu hal wajar,dok."
"Tapi tetap meskipun demikian setelah pulang bulan madu sebaiknya anda tidak naik pesawat sampai melahirkan nanti. kondisi tubuh tidak selamanya fit kan." dokter menatap Revia, tersenyum.
Revia mengerti, "Baik dok."
-
-
-
Tamara tersenyum bahagia saat melihat tunangannya, Alan.
Dan mantan sahabat Derby.
"Kok kamu gak bilang bakal datang ke bali si?" Tamara memeluk Alan, keceriaan tergambar pada wajah perempuan cantik itu.
"Sengaja, kan kejutan." Alan merangkul pinggang ramping tunangannya itu lalu mencium bibir Tamara.
Keduanya saling memperdalam ciuman.
"Kangen." ujar Tamara jujur.
"Sama, makanya aku datang."
Alan memanggil asisten pribadi-nya membawa koper masuk ke dalam kamar Tamara.
"Kamu gak nakal kan selama aku gak ada?" pria itu melempar pandangan introgasi.
"Nggak lah." Tamara menggelengkan kepala.
Alan tersenyum bahagia, mengelus sebelah pipi perempuan cantik itu.
"Good, Gimana kamu udah bilang kan sama sutradara kamu kalau kamu gak bisa terima tawaran film itu?"
"Aku.."
"Kamu terima?" tebak pria itu terlihat marah.
Tamara diam...
Alan semakin yakin jawabannya "Iya."
"Kamu udah tanda tangan kontrak?"
Tamara menggelengkan kepala. "Bulan depan."
Suara Tamara terdengar gugup..
"Aku nggak mau tahu pokoknya kamu harus bilang sama dia kamu berubah pikiran, kamu sadar nggak si kedua orangtua aku bakal lebih nggak suka sama kamu kalau kamu main adegan tanpa busana sama lawan jenis!! Kamu bikin usaha aku selama ini sia-sia untuk yakinkan orantu aku nerima kamu!!"
Kemarahan Alan semakin terlihat menakutkan di mata Tamara.
"Iya, aku bakal bilang sama abang Jose bahwa aku berubah pikiran. Kamu jangan marah ya, aku minta maaf bikin kamu kesal."
Raut wajah Tamara terlihat menyesal, jujur dia tak mau melihat pria dicintainya itu marah apalagi sampai pergi meninggalkan dia.
"Nah gitu dong, kamu kan calon istri CEO harus bisa jaga image babe."
"Iya, aku ngerti kok."
Keduanya kembali berciuman dan Alan mengajak masuk ke dalam kamar untuk melepaskan kerindua mereka.
------$$$$----
"By, elo mau makan apa? Gue mau pesan online, sesekali nyobain makanan luar hotel gak masalahkan."
Revia bersiap memesan online melalui aplikasi telpon.
"Kita makan diluar aja yuk." Derby membuka almari ,membuka kaos oblong tanpa lengan dan bokser tanpa sungkan lalu memakai T-shirt serta celana jean.
Merapihkan rambutnya agar lebih keren lalu memakai parfum handalan-nya membuat penampilan pria itu semakin menarik hati lawan jenis.
"Cepat ganti baju." pria itu mulai terlihat kesal menatap Revia jengkel.
Tanpa mau berdebat Revia langsung berganti pakaian yang tidak kalah keren.
T-shirt dipadu padankan celana panjang,rambut panjangnya sengaja di dikuncir kuda hanya memakai bedak serta lipgloss membuat Revia semakin cantik.
Pasutri ini memutuskan memakai sendal.
"Mau makan apa?" Tanya Derby membuka pembicaraan.
"Seperti biasa makanan khas bali yang halal." Revia terlihat senang.
"Yaudah ,ayo berangkat."
Malam ini Derby sengaja menyewa motor, karena menurutnya pake motor jauh lebih praktis.
Penuh perhatian Derby memasang helm pada istrinya.
"Mulai sekarang kalau kita jalan pake motor aja yuk?" usul Revia bersemangat.
Derby langsung menolak, "Gak, tergantung situasi kalau aman oke soalnya lo lagi hamil muda,ngerti."
"Udah yuk cabut." Ajak Revia tak sabaran.
Tanpa terduga Derby mengecup bibir Revia, keduanya salting.
"Gak apa-apa kan?" Tanya Derby memastikan perempuan itu tak permasalahkan apa yang telah dilakukannya tadi.
"Elo tuh aneh deh nanyanya, males jawab." raut wajah Revia terlihat BT sekaligus salting.
Mengerti makna dibalik ucapan Revia, Derby mengenggam jemari lentik istrinya tersebut.
Meliht reaksi Revia, dan perempuan cantik itu tampak tak keberatan ataupun tak nyaman.
"Let's go, Mrs Anggara." goda Derby dengan berisik ditelinga Revia.
Dan satu kecupan kembali mendarat tapi kali ini pria itu mendaratkan bibirnya pada pipi kanan sang istri.
"By, elo tuh.." Revia melotot wajah perempuan itu terlihat kesal.
Mendapatkan reaksi tak terduga seperti itu membuat Derby panik, jujur dia tak mau Revia merasa tak dihargai dll.
Tapi..
Tanpa terduga Revia mungkarkan kedua tangannya pada leher pria itu, tersenyum.
Perlahan mendekati bibir merah-nya pada bibir Derby.
Jantung Derby berdetak lebih cepat dari biasanya.
Keduanya saling berpandangan beberapa saat.
Kemudian Revia mendekat bibir pada telinga Derby, Berbisik.
"Gue laperrrr."
Keduanyapun tertawa...
Tbc