Chereads / Sebuah Kesepakatan (Dealing With) / Chapter 11 - Tamparan Di Wajah

Chapter 11 - Tamparan Di Wajah

-Jam 22.30_

Setelah memarkirkan mobil, aku memasuki area penjemputan .

Ada banyak yang sudah datang untuk menjemput. Seharusnya Canadian Jet Air akan mendarat satu jam dari sekarang. Aku duduk di salah satu bangku. Seorang wanita menanyai ku pesawat apa yang aku tunggu.

" Canadian Jet Air" , ternyata sama dengan yang sedang di tunggunya.

Ia menjemput anaknya yang baru pulang liburan dari sana. Kami pun sedikit bicara sambil membunuh waktu .

Mungkin sekitar 30 menit lamanya kami berbincang sampai kami saling diam kehabisan bahan pembicaraan

23.05 mataku mulai tak bisa di ajak kompromi. Ngantuk sekali. Aku memejamkan mata sebentar lalu berdiri dan duduk lagi. Untuk mengusir kantuku. Terpejam lagi. Lalu ku buka lagi. Ku pejamkan lagi lalu.

------Pakk!-----

Seseorang menamparku. Aku membuka mata.

Menyelidiki siapa yang menampar pipiku keras sekali. Rasanya sakit. Dia adalah seorang wanita.

Dengan air mata yang menjadi jadi. Di belakangnya aku lihat ada laki - laki yang lebih tua mengejarnya.

Wanita inu ingin menampar pipiku yang satu lagi. Aku berdiri dan menghindar. Laki- laki tadi mencoba menghentikannya. Saat itu semua orang memandangi kami.

Laki - laki itu terus berusaha merangkul wanita tadi. Ia terus meronta sambil beteriak- teriak. Sepertinya mereka suami istri.

" Lepas kan aku! " ronta wanita itu.

" Sini biar ku hajar kau! Dasar pembunuh! Wanita jalang! Gara- gara kau anakku mati! " teriaknya lagi.

Suaminya tetus berusaha mencegahnya mendatangiku. Dari belakang ada laki- laki yang lebih muda mendatangi mereka.

" Cepat bawa ibumu pergi! " kata sang suami. Sementara sang istri dengan sangat kuat sekali berusaha lari. Dia sempat beberapa kali terlepas.

Beruntung, aksinya itu menarik perhatian petugas kemamanan bandara. Mereka membantu untuk menahan wanita itu.

" Lepaskan aku! Lepaskan! Dengar ya! Wanita itu tak hanya busuk! Dia juga pembunuh anakku! Kalian harus tau! Gara- gara dia anakku mati! Seandainya saja ankakku tak pernah mengenalnya.

Atau tak berhungan dengannya! Pasti anakku tak akan mati sekarang! Lepaskan aku! Lepaskan!"

Suaranya melemah seiring digiringnya wanita itu dari hadapanku.

Orang- orang sekitar mulai berbisik- bisik satu sama lain. Sementara sang istri di evakuasi , suaminya dengan nafas ter engah- engah mendatangiku. Ia berdiri sambil sedikit mengatur nafasnya.

" Maaf kan ---- Istri-----ku", katanya.

" Maaf apakah aku mengenal Anda? ". Pria itu masih berusaha mengatur nafasnya. Ia belum bisa menjawab.

Aku mengamatinya. Wajahnya seperti tak asing.

Tapi tak bisa ku ingat siapa dia.

Ting ..ting...ting ada pengumuman dari pihak bandara

" Selamat malam kami sampaikan kepada para keluarga penjemput . Kami sampaikan bahwa pesawat Canadian Jet Air dengan nomor penerbangan RF 895 dengan rute Ohaiyo-Cengkareng mengalami hilang kontak sekitar dua jam setelah keberangkatan.

Sampai saat ini kami masih berusaha menjalin kontak dengan pihak Kanada. Demikian kami sampaikan permohina maaf sebesar-besarnya. Dan marilah kita semua berdoa untuk hasil yang terbaik. Untuk informasi lebih lanjut.

Kami masih menunghu keterangan resmi dari pihat Canadian Jet Air dan pihak- pihak terkait lainya. Untuk informasi lebih lanjut.

Pihak Angkasa Pura dan Canadian Air akan membuka Crisis Center.Dmikian pengumuman ini kami sampaiakan. Terimaksih"

Ting ....ting...ting..ting..

Pengumumanpun selesai. Semua orang tiba- tiba menjadi panik saat mendengar pengumuman singkat tadi. Ada yang histeris ada yang pingsan dan ada yang mencoba menghubungi keluarganya. Dalam waktu yang sangat singkat keadaan menjadi tak terkendali.

Kakiku pun terasa dingin dan lemas. Aku hampir jatuh ke lantai. Petlahan lahan aku duduk di lantai. Sepertinya air mata menetes.

Walaupun tak banyak. Kepalaku mulai membayangkan semua hal ini. Pria di depanku ini mendatangiku.

" Kau baik- baik saja?" tanyanya padaku. Namun aku tak bisa menjawabnya.

" Aku ayah Carl. Dan yang menamparmu tadi istriku. Begitu kami mendengar berita ini. Istriku panik. Dia menyalahkanmu!"

Kini aku mengerti. Kenapa wanita tadi menamparku. Karena hal ini rupanya. Seandainya Carl pulang sesuai jadwal. Ini tentu tak akan terjadi. Ia mengajukan jadwalnya demi aku. Pastas saja aku di anggap pembunuh.

" Pak...maafkan aku, aku, .aku tak tahu. Aku akan menemui istri anda" aku berusaha berdiri namun malah terjatuh. Ayah Carl membantuku berdiri.

" Tidak, ini bukan salah mu. Hidup mati di tangan Tuhan. Sebelum terbang Carl menghubungi ku. Ini atas keinginannya bukan karena permintaan dari siapapun." Ayah Carl mulai menangis.

" Jika kau mencari istriku. Dia pasti, pasti akan membunuh mu! Kau lihat sendiri kan . Dia menamparmu. Aku tak ingin ini terjadi. Anakku juga pasti tak ingin ini terjadi..

Pulanglah ku mohon .Aku tak sanggup melihat mu. Pulang lah Nak..", Isak ayak Carl.

Aku perlahan menjauh darinya. Dia ingin aku pergi. Aku tahu bahwa dalam hati kecilnya ia juga menyalahkan aku sama istrinya. Tapi ia juga berusaha menerima semua ini dengan tak menyalahkan siapapun.

Setelah lima langkah meninggalkannya . Aku berbalik dan bertanya" Bolehkah aku menemuinya untuk terakir kalinya? Nanti? Aku ingin mengatakan maaf pada Carl dan mengantarkannya ke peristirahatan terakhir..Kumohon" pintaku

Pria itu mengangguk. Sambil menangis " Datanglah saat waktunya tepat"