"Biarkan Nona Revelin masuk!" teriak pembatu dari pintu rumah. "Tuan ingin bicara padanya."
Scurity itu menyadari, bahwa keributan yang ia buat menarik perhatian majikannya.
Fianka tak ingin menemuiku di ruang tamu. Namun di ruang makan.
ada segalas sebuah minuman di tangan Nyonya besar. Rose Fianka sementara suaminyahanya diam mengamati si istri.
"Sebuah kehormatan besar kau mau berkunjung Lady Reveline." , kata Tuan Fianka.
"Duduklah" Sang istri meneguk minuman.
Mereka tak terlihat berduka seperti yang tergambar di media.
Seorang pelayan datang dengan minuman. Menaruhnya di depanku. Aku hanya tersenyum dan membiarkannya.
" Minumlah. Kau takut? " Tanya Ny. Rose. " Tak ada racunnya !"
"Kami tak ingin membunuh siapa pun. Itu hanya membuat asuransi membayar 2 M untuk kematian Anda Lady" tambah suaminya.
"Lima! " jawabku sambil mencoba minuman itu.
"Nyawaku bernilai 5 miliar. Jika mereka menemukannku tewas terbunuh 5 miliiar harus mereka bayar."
Mereka be
rdua tertawa terbahak-bahak. Aku hanya terus memperhatikan mereka. Sampai mereka menyadari itu tak lucu bagiku sama sekali.
" Jadi apa yang bisa ku bantu Lady Reveline?"
" Katakan saja kami orang baik. Suami ku tak pernah menolakku sama sekali. Apapun yang ku minta pasti akan kudapatkan. Bukankah begitu sayang?"
Aku kembali tersenyum. Aku pikirkan pertanyaan yang bisa menjebak mereka berdua.
" Apa kau bahagia?", tanyaku. Tuan fianka yang sedang minum tersedak.
" Tentu kami bahagia, bukankan begitu Tuan Fianka." Jawab Rose.
Aku menggeleng.
" Bukan tentang hidup kalian. Tapi tentang semua kemenangan ini?", tambahku.
Rose melirik suaminya. Lalu mendekatiku.
"Lady Reveline. Aku turut prihatin dengan kejadian yang menimpa Mu. Sungguh aku turut menyesal dengan semua itu."
Dia terdiam dan mengamatiku.
Ku rasa ini akan sia-sia. Jadi aku pergi meninggalkan mereka begitu saja. Mereka hanya terpaku diam mengamatiku begitu saja. Kata-kata terakhirku pun juga terucap.
" Maafkan aku. "
Di pintu aku diantar oleh seorang pelayan.
Security menitipkan sesuatu padaku sebelum aku pergi. Sebuah ponsel biasa layar datar buatan cina. Harganya pasti tak lebih dari satu juta. Aku tak tahu apa maksudnya ini. Jadi aku menolaknya.
"Ku mohon Nona, Tuan memintaku menyrahkan ini pada Anda. Jangan buat saya dipecat."
Di jalan telepon itu boerdering dan aku mengangkatnya. Tuan Fianka ada dalam sambungan telephon tersebut.
" Kau datang sejauh ini hanya mengucapkan maaf?", tanyanya.
" Dengar istriku sedang keluar sekarang. Katakan apa mau Mu?", desaknya.
"Tak ada, aku tak inginkan apapun dari Anda." sahutku dengan nada dingin.
"Maafkan istriku. Aku tak bisa-apa-apa jika ini mengenai istriku." tambahnya.
Ada jeda cukup lama sebelum aku menjawabnya.
"Jadi akhirnya Anda mengakuinya?"
Dia terdiam. Tak menjawab apapun selama satu menit.
"Aku tak mengatakan apa pun, sanggahnya.
"Tapi aku bisa membantu Anda. Anggaplah ini sebagai permintaan maaf dariku, bagaiman?" tanyanya lagi.
" Bukankah istri Anda akan membunuh Anda jika Anda melakukan semua ini?"
"Aku suaminya dan aku lebih mengerti cara menangani semua ini. Lagi pula sejak kematian putriku, aku sudah sama dengan mati Nona Reveline! Rose tak pernah menginginkan putri kami. Bahkan ia tak mau lagi memiliki anak, sejak dokter menyatakan kebutuhan khusus putri kami diturunkan dari ku, aku mati dua kali!
Setelah ini, mungkin aku yang akan di bunuhnya. Ia tak pernah menginginkan hal buruk sama sekali dalam hidupnya. Dan lebih dari yang kau kira Lady Reveline, Ia akan melakukan apa pun untuk mewujudkan impiannya."
" Kau menikahi orang yang salah Tuan Fianka?!" , tadas ku padanya.
"Tapi aku mencintainya! Nah, Rose akan segera kembali. Tiga hari dari sekarang ia akan menikmati liburan mewahnya ke Eropa. Aku ingin jawaban darimu saat aku menelepon mu. Pikirkan baik-baik , tak mudah mendapatkan donator saat ini. Aku akan menjadi donatur mu. Aku punya segala hal yang kau butuhkan.
Setelah keadaan membaik atau saat kau dapat sumber dana baru dan Rose bosan, kau boleh ambil kembali. Tentu saja, kau tak perlu bayar apapaun atau mengembalikan uang yang aku tanamkan untuk sekolah ini.
PIkirkanlah!" Pembicaraan kami pun berakhir.
Tiba di apartment. Reseptionist memanggiku. Seseorang menelepon dari lobi.
"Apa kau jual tab milik mu? Aku mencoba menghubungi mu berkali kali tapi tak bisa. " Alfon yang ada di sambungan rupanya.
" Aku tak punya pilihan. Kita kehabisan uang."
" Baiklah, kita masih butuh 5 M. Untuk mengurusi pajak dan pemindahan siswa. Aku coba bicara pada beberapa pengusaha, mereka menolah memberi bantuan untuk operasional. Kita harus segera temukan sumber dana besar. "
Aku menghela nafas. Sepertinya aku tak punya pilihan dan jalan keluar lain.