" cieeee.... yang baru ketemuan sama bini " ledek Andry yang bergabung dengan Arsyad dan yang lainnya di restourant keluarga Ibra.
" emang elo, jomblo " ledek Libra
" lo sendiri? " dengus Andry pada Libra di mengambil kursi di samping Libra
" hahaha.... muka bule gue, gak bakal gue sia siain " jawab Libra, Virgo yang ada di depannya melemparinya kulit kacang " kenapa sih lo, ada masalah sama gue? "
Virgo melirik sinis saudara kembarnya itu " jangan mempermainkan perempuan " ucap Virgo, dia melihat Arsyad yang sibuk dengan hp nya " Dina bagaimana? "
" baik " jawab Arsyad
" pasti berat ninggalin manusia hyper itu " ledek Andry, Arsyad mengedikkan bahunya
" menurutmu? " Arsyad berucap sedikit kesal.
Arsyad kembali menatap hpnya, sudah dua hari Dina sangat sulit di hubungi membuatnya cemas untungnya Arisa selalu mengabarinya dan memberitau kalau Dina banyak tugas, tapi meski begitu dia akan merasa lega begitu mendengar suara Dina langsung.
" kenapa lo? " tanya Lintang yang ada di sampingnya, dia sedari tadi diam karena lahap makan.
" kamu doyan apa kelaparan? " Arsyad tidak menjawab dia malah bertanya balik karena melihat tumpukan piring di sampingnya.
" gue lupa kapan terakhir kali makan " ucap Lintang " tugas gue numpuk tambah lagi senior pecinta lo yang nanyain lo mulu sama gue "
" pecinta? "
" Kak Mona " jawab Lintang, Arsyad hanya bergidik " padahal gue bilang lo nemuin bini eh dianya tidak percaya "
" gue juga ditanya mulu " timpal Andry " noh si Virgo juga kena " Arsyad melihat Virgo, pemuda yang kehilangan sinar di wajahnya sejak dua bulan lalu itu hanya mengangguk kecil.
" untung gue di fakultas yang beda " ucap Ibra yang langsung tos dengan Libra.
" bukan cuman nama lo berdua yang hampir mirip, sifat menyebalkannya juga " Kata Andry, dua manusia yang di maksud hanya tertawa.
Ibra yang menyadari sesuatu langsung menoleh ke arah Lintang yang jarang bersuara tidak seperti biasanya, Ibra dengan kurang ajarnya menedang kaki Lintang di bawah meja dan sesuai harapan reaki Lintang ya kesal....
" napa dah lo, pendiam banget. gak cocok Intan " ledek Ibra, Lintang mendengus dia mau melanjutkan makannya tapi mangkuknya di tarik Ibra.
Lintang menghela nafas " Lo ada kabar tentang Risa? "
" Hah? " Bingung Ibra, Arsyad juga menoleh padanya
" memang kenapa dengan Risa " tanya Arsyad, Lintang mengedikkan bahunya
" gue hanya merasa aneh saja, dia seperti hilang di telan bumi, kemarin gue juga ketemu sama kakaknya saat gue tanyain Risa... dia aneh "
" maksud lo? " Ibra bertanya
" Menurut kabar angin yang lewat, Dia gak tinggal lagi di rumahnya. "
" kenapa? " lagi Ibra bertanya dan dijawab dengan kedikan bahu " dia juga sudah gak pernah muncul di grup kelas " gumam Ibra
" Viola? coba tanya sama dia. Vio kan dekat dengan Risa "
" dia juga tidak bisa menghubunginya. " jelas Lintang
Libra menyenggol lengan Andry yang menyimak
" apa? "
" Risa siapa? " tanya Libra
" teman SMA mereka " jawab Andry " mau gue bantu nyari? " tanya Andry ya... biar bagaimanapun dia lumayan bisa di andalkan dalam hal beginian.
" tidak usah " Lintang kembali mengambil mangkuknya dan kembali makan " mungkin dia masih mau menata hati setelah mengetahui kenyataan " ucap Lintang, Arsyad menatap ke arah lain karena tiba tiba merasak tidak enak hati.
" woi Ram. noh hape lo bunyi " Andry bersuara karena sepertinya si pemilik tidak menyadari.
Senyum Arsyad muncul ketika membaca id pemanggil, akhirnya dia mendapat telfon dari orang yang di tunggunya. tapi tunggu...
" ini jam berapa? " tanya Arsyad
" dua " jawab Virgo
" dasar " gumam Arsyad kemudian berdiri menjauh dari gerombolannya.
" Dina pasti " ucap Ibra, Lintang melirik ke arah Arsyad
" satu satunya yang bisa membuat wajahnya cerah begitu ya Madina " timpal Lintang sambil membuka tutup botol air mineral di tangannya.
****
Dina meregangkan tubuhnya tugasnya menumpuk dan harus dia selesaikan dengan cepar. Dina melihat lurus ke depan di mana banyak mahasiswa berlalu lalang. Sejak kedatangan Arsyad dia memang ogah ogahan masuk kampus makanya punya tugas menumpuk. Arsyad bahkan sering menegurnya karena tidak ke kampus.
Dina menepuk pipinya dan menggelengkan kepalanya. Dia harus menghilangkan Arsyad di kepalanya untuk sementara karena harus berfokus ke tugasnya.
" Ya Allah... apa ini karma tidak menuruti suami " gumam Dina
" suami? suami siapa? " Dina kaget dia menoleh dan mendapati William yang duduk di sampingnya.
Dina menegakkan duduknya dia menatap bukunya sambil bertopang dagu
" suami gue " jawab Dina, William meliriknya sambil terkekeh
" persis gue percaya saja " ucap William dia membuka bukunya " ah... ngomong ngomong sore ini kita ada praktek "
" lagi? " seru Dina kemudian menghela nafas lelah, William terkekeh tangannya terangkat untuk mengusap kepala Dina tapi Dina yang sadar langsung menghindar. " kenapa? "
" tidak kenapa... " William tersenyum, Dina hanya beroh saja.
Saat ini dia harus fokus pada kuliahnya agar cepat selesai dan pulang ke tanah air, berkumpul dengan keluarganya lagi. Dina tersenyum dan menyentuh cincin pernikahannya yang baru yang di belikan Arsyad. Dina menggelengkan kepalanya, tuh kan dia ingat Arsyad lagi.
" Madina Dirgantara Narenra binti Hardy Dirgantara... semangat " ucap Dina menyemangati dirinya.
Di sampingnya ada William yang berusaha menahan tawanya, Dina benar benar gadis polos. William menghela nafas dia benar benar jatuh dalam pesona gadis di sampingnya.
" Madina. "
" hm? "
" malam ini mau makan malam bareng? * tanya William, Dina melihatnya sebelum tersenyum
" maaf. gue punya banyak tugas dan harus segera di selesaikan " Dina melirik tumpukan buku di depannya " terlebih sore nanti ada praktik, lo sendiri Chef Sam itu bagaimana kejamnya "
" lo bener " kata William " oh ya gue selalu mau tanya sama lo. "
" hm? "
" kenapa lo serius ini banget, well... waktu kita masih panjang "
Dina yang tadi menulis menghentikan gerakan tangannya, dia diam sebentar sebelum melihat William
" karena gue mau lulus supaya bisa kumpul dengan suami gue " jawab Dina, William menghela nafas, bercandaan gadis itu selalu bercanda begitu.
" lo punya mimpi nikah muda ya? " Dina mengangguk " Kalau begitu kalau gue lamar bagaimana? " tanya William
Dina terkikik " gue sudah sould out " Jawab Dina memperlihatkan cincin di jari manisnya " suami gue baru pulang kemarin "
" lo seserius itu ya. " Dina mengkerutkan keningnya bingung dengan maksud William " oke, gue bakal lamar lo ke kedua orang tua lo "
" ha? " Dina menatap William, apa yang laki laki itu pikirkan? bukannya dia bilang sudah punya suami kenapa dia malah bicara seperti itu.
" gue tau lo bilang suami itu bercandaan doang, ketebak sama gue "
Dina menatap William jengah dia kemudian mengibaskan tangannya
" terserahlah lo percaya atau gak, yang penting gue sudah bilang "
Begitu jam praktek tiba, mereka bergegas ke ruang praktek karena yang mengajari mereka itu killer sekali. Dina bahkan sering kena semprot karena kecerobohannya sendiri.
Dina menghempaskan tubuhnya di kasurnya yang empuk, dia baru saja sampai di rumah. Sekarang dia rasanya ingin tidur dan malas membersihkan diri sangking capeknya, padahal masih ada tugas yang harus dia selesaikan.
******
bersambung.....