Arsyad meraba ke samping, tapi tidak mendapati Dina membuatnya langsung terbangun. Di lihatnya jam duduk di atas meja, masih jam satu dini hari, lalu kemana istrinya? Tidak mungkin kabur kan? Arsyad segera bangkit dan mencari istrinya di kamar mandi, tapi kosong.
" dek? " panggil Arsyad yang berjalan keluar kamar menyusuri beberapa ruangan di rumah itu.
Arsyad menghela nafas lega saat mendapati Dina tengah malam, gadis itu tampak serius memakan ice cream.
Ice cream?
Arsyad mendekati Dina mengambil alih sendok Dina dan menjauhkan ice cream membuat istrinya itu memekik tidak suka.
" balikin punya Adek, A' " Dina cemberut
" astagfirullah Madina, kamu pikir ini jam berapa? Kamu bisa sakit perut "
" memang kenapa sih? Yang sakit perutkan juga adek, bukan Aa " Arsyad terkejut mendengar ucapan sarkas Dina untuk pertama kalinya.
" dek? " Dina membuang muka tapi tak lama ia menangis membuat Arsyad terkejut, hei dia tidak membentak ataupun mengomeli Dina.
" Dek? " kaget Arsyad " kenapa? " Arsyad menangkup wajah istrinya.
" Aa' marah marah, Adekkan hanya makan ice cream " Arsyad menghela nafas.
" aku tidak marah, aku hanya tidak mau kamu sakit perut "
Dina mendelik ke arah Arsyad kemudian mengambil dengan kasar ice cream yang di jauhkan Arsyad tadi dan dengan kasar pula dia menyimpannya di kulkas.
" bilang saja Aa' tidak mau adek repotin " sungut Dina dan berjalan ke arah kamarnya.
Arsyad menggaruk tengkuknya yang tidak gatal sebelum menyusul Dina.
Apa yang terjadi dengan istrinya?
*****
Arsyad menggaruk keningnya menatap Dina yang tertidur pulas, entah apa yang terjadi pada istrinya belakangan ini, emosinya sangat labil, kadang kadang marah tidak jelas dan tiba tiba menangis dengan alasan kecil bahkan tertawa sedetik setelah marah marah.
Arsyad menatap wajah Dina bergantian dengan perut Dina kemudian menggeleng, ia pasti dikerjai Virgo.
" hahaha... Selamat, sepertinya Dina hamil "
Arsyad mengerutkan keningnya, bayangan ucapan Virgo selalu terngiang di kepalanya.
Apa dia tidak senang kalau istrinya hamil?
Jangan bercanda, dia sangat senang pastinya, yang ia khawatirkan adalah Dina. Usia mereka masih terlalu muda untuk memiliki anak, terlebih Dina berencana membuat restourant yang membutuhkan perhatian lebih, karena sudah menyelesaikan kuliahnya dua bulan lalu. Arsyad hanya takut Dina belum siap.
Arsyad berbaring miring menghadap Dina, berlahan ia menarik Dina ke dalam pelukannya menjadikan satu lengannya bantalan untuk Dina, sedangkan tangan yang lain mendarat di perut rata Dina, dia tidak mau berharap meskipun hati kecilnya bertentangan.
" have a nice dream, love " bisiknya sebelum ia ikut memejamkan matanya.
Arsyad mengerjabkan matanya saat merasakan tubuhnya di guncang, dan benar saja saat ia membuka matanya pemandangan pertama yang dilihatnya adalah binar bahagia sang istri.
" jam berapa? " tanya Arsyad, Dina menggeleng membuat Arsyad mencari tau sendiri
Arsyad membulatkan matanya saat melihat jam di atas nakas samping ranjang.
02:07?
Dina cengir saat Arsyad menatapnya
" Aa' aku lapar " kata Dina, Arsyad bangun duduk di samping Dina.
" ya sudah ayo turun " Arsyad beranjak namun Dina mencegahnya. " Apa? "
" maunya bubur ayam "
" bubur Ayam? " beo Arsyad " tapi bubur ayam adanya pagi " kata Arsyad.
" ini sudah pagi " kata Dina " aku mau bubur Ayam Aa' " rengek Dina " belikan untukku, adek kelaparan "
Arsyad menatap Dina " aku masakkan nasi goreng mau? " Dina menggeleng " ya sudah ayo kita buat "
" beli Aa' " rengak Dina " maunya beli "
" tapi ini tengah malam dek, tidak ada yang jual bubur ayam tengah malam "
" bilang kalau tidak mau membelikan untuk adek " ucap Dina dengan nada suara yang sedikit tinggi " aku akan beli sendiri " Dina beranjak turun dari ranjang, dia meraih gamisnya dan memakainya. " dimana kunci mobilnya? " tanya Dina
Arsyad menatap istrinya kemudian menghela nafas, dia kemudian turun dari ranjangnya mendekati Dina melepaskan jilbab gadis itu. Dia meraih jaketnya
" tunggu di sini " kata Arsyad mengambil kunci mobilnya. " kenapa lagi? " tanya Arsyad saat Dina mencegahnya.
" ikut "
" sudah larut malam, kamu bisa masuk angin " Dina menggeleng, air matanya meleleh " astagfirullah... Kenapa lagi? "
" Aa' marah ya? " tanya Dina yang sudah sesenggukan. Arsyad menghela nafas panjang membuat Dina makin menangis " Aa' beneran marah? Aa' kesalkan sama adek? Aa menghela nafas seperti itu berarti Aa' memang kesalkan. "
Arsyad menarik Dina kepelukannya mengelus rambut istrinya untuk menenangkannya yang makin menangis.
" kamu kenapa sih dek? " tanya Arsyad " belakangan ini labil sekali? "
" tidak tau " jawab Dina dia mengeratkan pelukannya " Maafkan adek, Aa' pasti repotkan? Pasti kesalkan? adek ngak akan nyuruh nyur- "
" tenanglah " bisik Arsyad " kamu mau bubur ayamkan? " Dina mengangguk, Arsyad melepaskan pelukan Dina menghapus air mata istrinya itu. " aku akan carikan untukmu, tetaplah di rumah aku tidak mau kamu kenapa kenapa " Arsyad kembali akan pergi tapi Dina mencegahnya lagi.
" besok saja "
" aku akan carikan un- "
" sudah larut, aku mau tidur saja "
" dek? " Arsyad menggaruk keningnya yang tidak gatal, Dina mendongak menatap Arsyad.
" kita tidur saja, tapi peluk " Dina kembali mendekati Arsyad memeluknya, ia bahkan menenggelamkan wajahnya di dada Arsyad sambil mencium aroma tubuh Arsyad.
***
Dina sudah terjaga sejak tadi tapi ia enggan untuk bangun. Ia malah makin menyusupkan wajahnya di ketiak Arsyad.
" dek! "
" hm? " gumam Dina, dia masih sibuk menciumi aroma tubuh Arsyad yang entah sejak kapan sangat membuat Dina enggan beranjak
" kenapa di situ? " tanya Arsyad yang bangun duduk membuat Dina membuka matanya sambil memberenggut karena Arsyad menjauhkan ketiaknya.
" Aa' bobo lagi sini " Dina menepuk tempat yang ditempati Arsyad sebelumnya.
" kamu aneh dek " ucap Arsyad tanpa sadar. Dina menatapnya tidak percaya tapi itu tidak berlangsung lama karena ia langsung bangkit menuju kamar mandi, merajuk.
Arsyad menepuk keningnya setelah sadar apa yang ia ucapkan, seharusnya dia tidak mengucapkan itu di tengah emosi Dina yang labil.
Arsyad mengetuk pintu kamar mandi beruntun, dengan kesal Dina membuka pintu kamar mandi, bukannya meminta maaf dia malah menerobos masuk.
Hoeekk hoeekk
Arsyad memuntahkan semua isi perutnya membuat Dina kaget, tadi ia tiba tiba merasa mual.
" Aa' tidak apa apa? " tanya Dina, Arsyad menggeleng. Dina membantu Arsyad, dia memijat tengkuk Arsyad.
Dina membantu Arsyad, dia mendudukkan suamimya di tepi ranjangnya dengan cepat ia menuangkan air yang memang mereka siapkan ke dalam gelas kemudian menyerahkannya ke Arsyad.
" jam berapa? " tanya Arsyad dengan suara lemasnya.
" hampir jam tujuh " jawab Dina
" aku ada rapat jam delapan nanti " kata Arsyad dan bersiap berdiri
" mau kemana? " tanya Dina.
" mandi, mau ikut? " Dina memutar matanya membuat Arsyad terkekeh, dia mengacak rambut Dina
" aku tidak apa apa " ucap Arsyad tahu kekhawatiran istrinya. " aku mungkin hanya masuk angin " ucap Arsyad lagi.
***
" lo baik baik saja Ar? " tanya Virgo saat Arsyad baru dari kamar mandi restourant. Ia tiba tiba merasa mual mencium bau ikan bakar, ia ingin menyuruh Virgo menyingkirkannya tapi itu tidak mungkin karena Virgo sangat lahap memakannya.
" tidak, belakangan Ini Dina makin jadi " Arsyad menghela nafas panjanh, dia benar benar kewalahan terlebih dia juga bagaimana mengatasi mualnya yang selalu datang setiap pagi
Virgo terkekeh melihat wajah lemas Arsyad
" coba lo suruh Dina pakai testpack. " saran Virgo, Arsyad hanya mendelik. " dengar, kamu taukan sebelum Darrel lahir.. Moudy sempat hamil. Meskipun bayi kami tidak sempa melihat kami " Virgo memasang wajah sendunya.
Arsyad ingat, bayi yang hadir karena kesalahan orang tuanya bukan tapi karena kekesalan teman orang tuanya yang akhirnya menjebak mereka tidur bersama. Arsyad juga masih sangat ingat bagaimana sahabatnya itu sangat hancur kala dokter mengatakan bayi mereka tidak bisa tertolong dan bagaimana histerisnya istri Virgo saat ia tidak bisa menggendong bayinya lebih lama.
" lo tau bagaimana gue tau kalau perempuan yang gue tiduri sedang hamil? " tanya Virgo " janin itu ingin gue tau keberadaannya, bukan mommynya yang ia repotkan dengan muntah muntah tapi gue, mencium bau farfum gue sendiri mual. Ayah pulang dan ngehajar gue habis habisan nanyain l siapa perempuan yang tengah mengandung anak gue. " Virgo menatap Arsyad " dan sepertinya gejala yang gue alami sebelumnya terjadi sama lo "
Arsyad diam, apa benar?
******
bersambung