Chapter 41 - 41

" Aa' " Dina berlari ke arah Arsyad yang tengah duduk di ranjang menunggu dengan cemas.

" ba...bagaiman? " tanya Arsyad, Dina diam, kemudian memeluk Arsyad sambil menangis " dek? "

Dina melepaskan pelukannya kemudian menatap Arsyad " i'm pregnant.. " lirihnya " l'm pregnant " Dina tersenyum lebar kemudian kembali memeluk Arsyad yang masih terkejut, tapi tak lama ia membalas pelukan Dina sambil mengucapkan terimah kasih berulang ulang.

Pagi ini, Arsyad memberanikan diri meminta Dina menggunakan testpack, sudah dua minggu lamanya Arsyad terus muntah muntah di pagi hari, indra penciumannya juga makin sensitive dan ia selalu menginginkan ini dan itu layaknya wanita hamil, sedangkan istrinya? Nafsu makan Dina bertambah pesat dan makin labil emosinya.

" besok kita ke dokter, mau? " tanya Arsyad, Dina mengangguk. Arsyad mencium kening Dina dan mengucapkan terimah kasih entah yang keberapa kalinya.

" Aa' "

" hm? "

" adek lapar " ucap Dina, Arsyad terkekeh sambil mengacak rambut Dina dan menuntunnya turun.

*****

" Mama... Mama peluk Adek terlalu kencang " ucap Dina mencoba melepaskan diri dari rengkuhan erat Mamanya.

" Ya Allah.. Dek, Mama senang sekali " Adela menciumi seluruh wajah Dina membuat Dina terkekeh.

Sepulang dari rumah sakit untuk mengecek kandungan Arsyad dan Dina di kejutkan oleh orang tua mereka. Yep... Dina positif hamil usia kandungannya sudah menginjak enam minggu.

" padahal tadi rencananya mau ajak kalian ikut ke bali. " ucap Ayah Arsyad.

" Bali? " Dina dan Arsyad bertanya.

" iya Bali. Di sana untuk liburan, kita semua belum pernah liburan bersama. " ucap Bunda Arsyad

" ikuutt... " rengek Dina " Ma.. Ikut ya Ma. " manja Dina sambil bergelayut di tangan Mamanya " Ya... Ya... Ya? "

" rencananya memang kamu mau di bawa " kata Mamanya dia kemudian melihat perut Dina. " tapi sepertinya, Bali bisa menunggu "

Dian mendekati menantunya kemudian mengusap kepalanya " setelah cucu Bunda lahir. Baru kita ke sana ya. Tidak di perkenankan ibu yang hamil muda naik pesawat. "

" tapi Dina mau ikuttt.. " rengek Dina yang manjanya seperti anak kecil.

" Aww.. Mama sakit " ringis Dina mengelus lengannya karena terkena cubitan sang Mama.

" ckck... Kurangin sifat manja kamu, malu sama bayi kamu " tegur Mamanya Dina cemberut.

Setelah makan siang yang tentunya bukan masakan Dina, karena dia tidak di izinkan ke dapur, orang tua mereka pamit pulang.

Dina duduk di sofa depan Tv, sambil senyam senyum dia mengelus perutnya. Di umurnya yang baru dua puluh dua tahun dia sudah mengandung anak pertamanya. Dina menoleh ke samping kanan saat tangan Arsyad ikut bergabung dengan tangannya untuk mengelus perutnya yang masih rata itu. Dina melempar senyum ke arah Arsyad saat tatapan mereka bertemu, Arsyad menarik kepala Dina dengan tangannya yang bebas kemudian mencium kening Dina lamaaaaaa sekali

" terimah kasih Sayang " Dina mengangguk.

******

" Aa'... " panggil Dina dari kamarnya.

" Ada apa? "

Dina melihat Arsyad dengan wajah cemberut tak lama ia melempar penutup gunung kembarnya kelantai membuat Arsyad tertawa

" tidak muat lagi? "

Dina membuang mula ke samping masih dengan wajah cemberut. Kandungannya sudah memasuki enam bulan yang membuat berat badannya semakin naik dan tentunya pakaian gadisnya sudah tidak muat, bahkan sekarang ia hanya memakai daster.

" aku gendut banget " gerutu Dina, dia menghentakkan kakinya menuju ranjang mereka.

" siapa bilang kamu gendut? " tanya Arsyad berjalan mendekati Dina, memeluknya dari samping.

" Kinan " decak Dina.

" Kinan? Kapan kamu ketemu dia? " Dina mendelik menatap wajah Arsyad.

Kemarin memang tanpa sengaja Dina dan Kinan bertemu di supermarket, Kinan sempat terkejut melihat Dina hamil, dengan spontan dia berkata ' lo gendut banget ' yang membuat Dina uring uringan.

" ngapain nanya nanyain Kinan? Aa' mau ketemu? Oh... Mentang mentang aku gendut jadi Aa' mau berpaling ke Kinan yang bodynya aduhai kayak mod- hhhmmpp... "

Arsyad membekap mulut Dina, kalau tidak istrinya itu akan terus saja merocos tidak jelas. Sejak hamil dia jadi sensitive setiap kali Arsyad menyebut nama perempuan.

" ngak lah.. " jawab Arsyad " mau kamu gendut atau ti- "

" oh.. Jadi Aa' ngatain aku gendut gitu? Aku gendut ginikan juga gara gara Aa' " Dina melepaskan pelukan Arsyad kemudian memunggungi suaminya.

Arsyad menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, salah mulu.

" dek " Dina tidak menyaut dan makin memunggungi Arsyad membuat Arsyad gemas sendiri.

" Aw... Sakit. Apaan sih gigit gigit " keluh Dina mengusap lengannya yang tiba tiba digigit Arsyad, tidak kuat tapi emang dasar Dinanya saja yang manja.

Arsyad menoel noel pipi Dina " sudah jangan ngambek begitu. Emang kamu gendutan kan? " Dina langsung menoleh, baru hendak membuka suara Arsyad langsung berucap lagi " tapi itu untuk menunjang bayi kita di dalam perut kamu. Bayangin saja kalau kamu kurus, kasian bayinya di dalam perut kamu pasti terhimpit. " Arsyad memutar tubuh Dina menghadapnya, tangannya menyampirkan rambut Dina kebelakang " lagian, aku lebih suka liat kamu begini. Kamu lebih seksi, angelina jolie kalah "

" kibul banget, belajar gombal dari siapa? " Arsyad tertawa " Ibra, Lintang atau Andry? "

" tidak ketiganya " jawab Arsyad, dia menangkup wajah Dina menciumi seluruh wajah istrinya. " tapi aku serius. Kamu mau gendut mau kurus bagiku sama saja. Toh aku memang memilih kamu "

" bunda kali " jawab Dina, Arsyad memencet hidungnya " Aaw..aww.. " Dina memukul tangan Arsyad.

" suka banget menjawab kalau dibilangin "

******

Arsyad melonggarkan dasinya sambil membuka dua kancing teratas kemejanya. Dia masih berada di kantor dengan pekerjaannya yang segunung. Arsyad melirik jam di dinding sudah jam sembilan malam dan saat ia pulang ia pasti mendapat omelan bundanya dan ambekan dari Dina.

Karena usia kandungan Dina sudah masuk sembilan bulan, jadi Mama dan Bundanya tinggal di rumahnya untuk menjaga Dina. Arsyad meraih ponsel di atas mejanya saat ada pesan masuk.

MadinaNarenra : Aa' kenapa belum pulang?

Arsyad dengan cepat membalas pesan Dina, sifat labil Dina memang sudah tidak lagi kambuh, tapi sifat ambekannya masih dan Arsyad mulai berfikir itu sifat Dina sejak kecil.

MadinaNarenra : Lagi? Ngak usah pulang aja sekalian.

Hahhh... Arsyad memijit pangkal hidungnya, sudah dia duga istrinya bakal ngambek lagi. Arsyad kembali berkutat pada pekerjaannya, dia harus menyelesaikannya dan mengambil cuti untuk menemani Dina melahirkan nantinya.

Drrtt... Drttt....

Arsyad meraih mengangkat telfon tanpa siapa yang menelfon.

" Assalamu alaikum ha-"

" wa' alaikum salam, Aa' pulang sekarang " Arsyad menjauhkan telfonnya dan melihat siapa yang menelfon.

Bunda?

" tapi pekerja- "

" istri kamu jatuh di dapur kami akan membawanya ke rumah sakit kam- "

" aku pulang sekarang Bun " Arsyad mematikan telfonnya merapikan berkas ala kadarnya dan langsung berlari keluar.

Arsyad melajukan mobilnya di atas batas normal, astaga... Apa yang dilakukan Dina tengah malam di dapur? Arsyad memenjet klakson  berkali kali agar pengemudi yang berada di depannya memberinya jalan.

Arsyad berlari di koridor rumah sakit, dia merasa deja vu, empat tahun lalu dia juga di landa panik hingga berlari di koridor, tapi kali ini kepanikannya bertambah dua kali lipat. Setelah menemukan kamar istrinya, Arsyad langsung membuka pintu dan pandangan yang pertama kali di lihatnya adalah wajah pucat Dina yang terduduk di ranjang sambil terus menatap ke arah pintu. Di sampingnya berdiri Mama dan Bundanya sedangkan para Ayah di sofa.

Dina langsung memeluk leher Arsyad saat suaminya itu sudah duduk di tepi kasurnya, tangisnya yang ia tahan baru ia keluarkan.

" sstt... Maafkan aku sayang " Arsyad mengelus punggung Dina, Arsyad ingin melepaskan pelukannya untuk melihat wajah Dina tapi tidak jadi karena Dina makin mengeratkan pelukannya.

" sakit Aa' sakit banget. " suara tangis dan ringisan Dina hanya mampu di dengar Arsyad.

Arsyad melepas tangan Dina yang memeluknya dan ganti memeluk wanitanya.

" Ar, Dina harus segera di operasi " Arsyad menoleh ke samping dan sudah mendapati dr. Adit disana bersama dokter kandungan Dina.

" operasi Om? " tanya Arsyad

" terjadi benturan keras saat ia jatuh, sebenarnya dia harus segera di operasi tapi dia ngotot menunggumu " jelas Dr.Salsa.

" aku takut " lirih Dina

" tidak apa apa, aku akan menemanimu " Arsyad mencium puncak kepala Dina.

Arsyad menggendong Dina memindahkannya ke bankar yang sudah di siapkan untuk pindah ke ruang operasi. Tangan Dina tidak pernah lepas dari genggaman Arsyad.

" tidak apa apa, semua akan baik baik saja. " bisik Arsyad saat kesadaran Dina hampir hilang karena obat bius yang sudah bereaksi. Arsyad mencium kening Dina sambil berbisik " Aku cinta kamu "

Dina menutup matanya berlahan tapi bibirnya melengkung membuat sebuah senyuman.

*****

Dina mengerjabkan matanya menyesuaikan dengan cahaya yang masuk melalui retinanya.

" Ante Angun... " pekikan salah satu anak sepupunya terdengar nyaring di telinganya.

" Sayang " Dina melihat Arsyad langsung menghampirinya " tunggu sebentar, aku panggil dokter dulu. "

Setelah di periksa, Dina melihat Arsyad dan beralih ke box bayi yang masih sangat baru itu. Mengerti maksud Dina, Adela langsung mengambil cucu pertamanya yang sudah terbangun itu dan menyuruh para laki laki keluar kecuali Arsyad.

Dina menghapus air matanya yang tiba tiba jatuh. Ia sangat bahagia setelah sembilan bulan akhirnya ia bisa melihat wajah anaknya. Adela membantu putrinya itu untuk memberi Asi langsung dari sumbernya.

" kok ketawa? " Moudy istri Virgo yang memang ada disitu duduk di tepi ranjang Dina.

" geli.. " kekeh Dina. Tak lama ia menatap lekat Mamanya. " Ma. Terimah kasih untuk semuanya, dan Dina minta maaf kalau Dina sering nyusahin Mama. Bikin Mama marah marah "

Adela mengahapus air mata putrinya sambil mengangguk. Tapi Dina masih menangis. Setelah melewatinya sendiri Dina paham bagaimana perjuangan Mamanya saat melahirkannya.

Setelah selesai Adela kembali meminta Ami untuk memanggil para pria untuk masuk. Arsyad yang memang sejak tadi tidak meninggalkan sisi Dina terus memandangi anaknya dengan senyum tidak lepas dari bibirnya.

" sebenarnya anak lo cewek apa cowok si Ar? " tanya Ibra.

Dina ikut menatap Arsyad, dia juga belum bertanya.

" cowok " Jawab Arsyad.

" sudah ada nama? " tanya Virgo

Dina dan Arsyad mengangguk, sebelumnya mereka Memang sudah menyiapkan nama. Dina mengangguk ke arah Arsyad meminta Arsyad agar dia yang mengumumkan nama anak mereka.

" Ferran Khair Narenra "

*******

_The End_