Madina berlari pelan masuk ke dalam area kampus, selama tinggal sendiri kebiasaan buruknya kembali muncul, dia kembali susah bangun pagi terlebih karena harus mengerjakan tugas semalaman suntuk.
Kemarin dia baru tiba dari liburannya di indonesia selama dua minggu. Dan karena kelelahan dia terlambat bangun.
" hai Din, serius amat " William menarik kursi di depan Dina yang sibuk mempelajari apa yang di berikan dosen.
saat ini dia ada di salah satu kafe langganannya. " kamu serius mau selesai dalam waktu tiga tahun? "
" ehm " jawab Dina " suami gue juga bekerja keras buat lulus di sana jadi gue tidak boleh kalah " ucap Dina tanpa melihat kearah William
" suami lagi... huff... sampai kapan lo mau bohong si Din? ini sudah hampir tiga tahun dan lo masih memakai lelucon yang sama.. "
Dina meletakkan pulpennya dan memanggil waitress untuk memesan makanan
" kan gue bilang, lo percaya atau gak itu urusan lo " jawab Dina setelah waitress itu pergi.
" berikan gue bukti, cincin itu bisa lo beli dimana saja. kalau lo bisa buktiin gue gak bakal ganggu lo " William bersedekap menatap lurus Dina.
" apa ini cukup? " Dua buku nikah di letakkan di atas meja.
Bersamaan mereka menoleh ke orang yang meletakkan buku nikah itu, Senyum Dina mengembang lebar
" Aa' " pekiknya " aku baru tiba kemarin lalu... "
" pesawatku dua jam setelahmu " jawab Arsyad pada Dina membuat gadis itu melongo, Arsyad menatap William yang sudah berdiri di depannya. Karena porsi tubuh mereka imbang jadi Arsyad tidak butuh mendongak ataupun menunduk " Arsyad Narenra " Arsyad mengulurkan tangannya ke William " suami Madina "
" i... ini serius Din? " tanya William, Dina mengangguk " lo bercandakan? "
" sejak awal gue selalu bilang sama lo, I'm a married woman " jawab Dina " kami menikah waktu SMA " Dina beralih ke Arsyad memicingkan matanya.
" ayo pulang "
" nanti, minumanku belum datang tugasku juga masih ada " ucap Dina dengan nada manja seperti biasa saat berhadapan dengan Arsyad atau keluarganya yang lain. " capek tau kalau sampai apartemen, adek masih harus beres beres masak, nyuci jadi ya... kerjain tugasnya nanggung lagi. "
Arsyad tidak bersuara lagi dia memilih langsung duduk di samping Dina. William yang melihat tingkah berbeda Dina memilih meninggalkan tempat itu. Dina kembali duduk dia menatap wajah Arsyad yang sepertinya kesal
" Aa' marah ya? " tanya Dina, Arsyad meliriknya " kenapa? "
Arsyad menghela nafas, Dina itu kurang peka jadi percuma saja dia memasang aksi, yang ada Dina yang bakalan kesal dan mengomel ngomel, dia malas bertengkar dan memang tidak ada niat untuk itu.
" adek "
" ya? "
" siapa orang tadi? " tanya Arsyad to the point, dia menatap Dina serius.
" William? dia teman kampus adek "
" dia suka sama kamu. " itu pernyataan, Arsyad kesal sendiri
" tunggu tunggu... " Dina berdehem kecil " Aa' cemburu nih ceritanya? " tanya Dina, Arsyad tidak menjawab " ah... senangnya... ih... baru kali ini aa' cemburu. biasanya kan adek mulu " cerocos Dina " cieeee.... Aa' cemburu... cie kan cieee... " Dina menoel noel dagu Arsyad
" cepat kerjakan tugasmu, setelahnya kita cari makan malam " Arsyad menangkap tangan Dina menahannya sebelum empunya makin melunjak meledeknya.
Dina mengerjakan tugasnya dengan hati berbunga bunga sedangkan Arsyad memilih melihat ke arah lain dia masih merasa panas di wajahnya. Tak lama dia kembali menatap ke arah Dina yang mengerjakan tugasnya.
" ih Aa' " kesal Dina karena Arsyad dengan iseng mencolek pinggangnya. " gak usah ganjen "
" ganjen? " Arsyad menegakkan duduknya, karena dia dalam keadaan jail mode on.. Arsyad menarik Dina membuat gadis itu sedikit merengek karena di kekepin Arsyad " siapa yang ganjen? "
Dina hampir saja tergelak kalau saja tidak mengingat mereka di mana.
" A'... diliatin orang... " cicit Dina
Arsyad melepasnya dan membiarkan Dina mengerjakan tugasnya meski sesekali dia merecoki begitu Dina terlihat serius.
" Selesai... " Dina meregangkan tangannya setelah tiga jam berhadapan dengan tugas. " A' ayo pulang "
" sebaiknya kita cari restourant. kopi tidak bikin kenyang " ucap Arsyad
" itu karena Aa' tidak minum kopi " Ucap Dina.
******
Arsyad dan Dina duduk di kasur menatap lurus ke arah tv yang memang Dina taruh di sana. Mereka sudah selesai membersihkan diri tinggal tidur saja, tapi Dina meminta Arsyad menemaninya menonton dulu.
Arsyad mengelus kepala puncak kepala Dina yang bersandar padanya.
" Aa' berapa hari di sini? " tanya Dina " semalam nginap di mana? "
" hotel. " jawab Arsyad tangannya yang tadi mengelus kepala Dina turun ke pinggang Dina menariknya agar perempuan itu makin merapat dengannya.
" dek "
" hm? "
" dek? "
Dina mengalihkan matanya dari tv dan mendongak menatap Arsyad
" Aa' belum jawab ya pertanyaan adek, aa' berapa hari di sini? "
" hanya tiga hari " Arsyad menyampirkan rambut Dina, Dina mengangguk angguk " dek tentang anak... "
" hm? " Dina merasakan jantungnya berdegup kencang, dia belum biasa membicarakan hal yang serius dengan Arsyad karena selama ini mereka hanya membahas sesuatu dengan santai.
" padahal yang duluan menikah kan kita, kenapa yang punya anak duluan, Ibra dan Virgo " Arsyad meraih remote dan mematikan tv.
" memang Aa! sudah siap mau punya anak? " tanya Dina, karena selama ini Arsyad yang selalu mau menunda punya anak
" kita tidak lama lagi akan selesai kan, jadi tidak ada salahnya.. " ucap Arsyad, Dina terkekeh
" tunggu setelah kita benar benar lulus ya A' "Dina memainkan dagu Arsyad " Adek takut nanti adek tidak benar benar bisa mengurus setelah kita di kasih amanah " jujur Dina Arsyad memasang wajah cemberut
" Ya, A' ya " pinta Dina, Arsyad menghela nafas panjang. dia harus mengerti kekhawatiran Dina.
" baiklah " kata Arsyad, dia menghempaskan tubuhnya ke kasur
" kita bahas yang lain ya A' " kata Dina gilirannya yang mengusap kepala Arsyad " Aa' mau punya anak berapa nanti? "
Arsyad memindahkan kepalanya ke pangkuan Dina, dia menatap ke Dina yang menunduk ke arahnya.
Dia baru ingat, tentang kejadian waktu Kinan waktu itu dia belum menceritakannya pada Dina dan meminta agar tidak ada yang memberitahu istri kecilnya itu.
Arsyad memeluk pinggang Dina sesekali menggelitiki Dina membuat gadis itu kesal dan berusaha mendorongnya agar tidak terus menggelitikinya.
" memang adek sendiri mau berapa? " Arsyad mendongak.
" hmm... bagaimana kalau dua, cowok sama cewek " usul Dina " aa' anak tunggal aku juga jadi aku tidak mau punya anak satu "
Arsyad kembali duduk tapi kali ini dia duduk di depan Dina menatap wanita itu
" tapi aku maunya empat. mereka akan tetap kesepian kalau hanya berdua. " kata Arsyad " tiga cewek satu cowok "
" ih... A', harusnya itu yang cowok yang banyak biar bisa jagain saudaranya " kata Dina tidak setuju
dari dulu dia selalu mengharapkan punya saudara laki laki, dia selalu iri saat beberapa temannya bercerita tentang saudara laki laki mereka.
" jadi saja dulu " Arsyad menarik Dina agar berbaring
" ih aa' " kesal Dina saat Arsyad menarik selimut menutupi mereka " entaran dulu... "
" apa lagi? "
" kan adek bilang nunda dulu " kesal Dina, Arsyad menyentuhkan hidungnya dengan Dina
" aku setuju menunda punya anak " ucap Arsyad " tapi tidak dengan prosesnya " jawab Arsyad membuat Dina memekik kesal sekaligus lucu
selanjutnya... silahkan pikirkan sendiri hehehe....
*******
bersambung