Chapter 37 - 37

Andry melirik Arsyad yang duduk diam dan memilih fokus pada penjelasan dosen di depan dengan wajah super dingin. Dia bahkan sangat jarang masuk kampus dan fokus pada kantornya saja.

Semenjak kejadian dia akan dinikahkan dengan Kinan dia benar benar jadi super dingin dengan perempuan yang berniat mendekatinya, dia bahkan tidak segan mengeluarkan kata kata yang menyakitkan hati bahkan jika itu di depan umum.

Arsyad langsung berjalan keluar begitu dosen keluar

" kemana lo? "

" mau mengajukan judul skripsi " jawab Arsyad, Andry mengangguk paham

" semoga di acc secepatnya " kata Andry. Arsyad hanya mengangguk dan berlalu.

Arsyad berjalan ke arah ruangan pembimbingnya, rasanya dia ingin segera menyelesaikan tugas akhirnya dan terbang ke amerika menemui Madina.

Semenjak kejadian itu dia dan Madina tidak pernah bertemu lama, dia tidak pernah lagi ke amerika dia fokus ingin menyelesaikan kuliahnya sekaligus mengurus kantor. Dina juga hanya pulang di hari raya itupun tidak lama.

Sebenarnya Dina beberapa kali merajuk padanya karena tidak pernah menemui perempuan itu. Beruntungnya ada Arisa yang dia bisa tanyai keadaan Dina saat gadis itu tidak mau menjawab telfonnya lagi.

Seperti sekarang, Madina tengah merajuk padanya karena dia tidak bisa datang bulan lalu saat cuti karena kesibukannya di kantor dan kampus.

Arsyad sedikit mengacak rambutnya frustasi, dia kadang menyesal karena kurangnya pengalaman dengan perempuan dia sama sekali bingung bagaimana membujuk perempuan yang merajuk terlebih mereka berbeda jarak yang sangat jauh.

" Arsyad "

Arsyad mendongak mendengar suara centil memanggil namanya, Arsyad masih tidak menghapus wajah kasarnya.

" ada apa kak? kalau tidak ada hal penting sebaiknya langsung pergi saja. " ucap Arsyad.

Gadis di depannya menghela nafas panjang. banyak mahasiswa dan mahasiswi berlalu lalang. Melihat Mona diam Arsyad melangkah tapi langsung di cegah.

" tunggu dulu " ucapnya, Arsyad langsung melepaskan tangan Mona, Arsyad tidak tau ada apa Mona di sana dia kan sudah wisuda sejak tahun kemarin. " Arsyad, aku capek ya kamu giniin "

Arsyad menatap Mona dengan kening terangkat, dia tidak melakukan apa apa pada gadis itu.

" bilang apa yang kamu mau, asal kamu mau nerima aku jadi pacar kamu? uang? aku bisa kasih semua ke kamu "

" dia tidak butuh itu "

Arsyad dan Mona melihat ke asal suara dengan ekpresi yang berbeda. Seorang gadis dengan hijab menutupi kepalanya tersenyum ke arah mereka.

" adek? " Beo Arsyad, Dina menyengir.

Arsyad mengkerutkan keningnya. bukannya gadis itu merajuk padanya dan ada di Amerika? terus kenapa dia ada di depannya.

Dina melangkah mendekati mereka memeluk lengan Arsyad, yang membuat Mona kaget karena Arsyad tidak menolak.

" siapa yang jemput? " tanya Arsyad

" Mama dan Bunda " jawab Dina dia kemudian melihat ke arah Mona. " Maaf ya mbak, Suami saya sudah cukup kok kalau masalah uang " kata Dina

" suami? " beo Mona dia melihat ke arahnya " jadi... itu beneran? "

" saya sudah sering bilang " Arsyad melepaskan pelukan Dina dan beralih melingkarkan tangannya di bahu Dina

" Aadiiiiiinnnnn "

Sepasang suami istri itu hanya memutar bola matanya. Mereka tau kalau itu Andry

" adin gue kangen sama lo " Andry membuka tangannya hendak memeluk Madina tapi Arsyad lebih dulu menjauhkan Dina " pelit banget sih lo "

" lo kan punya bini sendiri sekarang. " Dina menjulurkan lidahnya, Andry mendengus " sana... gue mau dua duaan sama Aa' "

" cih " decih Andry.

Dina tertawa melihat ekpresi Andry, Arsyad hanya tersenyum tipis. Dia menuntun Dina karena sebenarnya dia sudah mau pulang.

" ayo pulang " ajak Arsyad

" eh? Aa' sudah selesai? " tanya Dina mendongak

" ya " jawab Arsyad " jadi? siapa yang mengantar ke sini? "

" Bunda, tapi pulang duluan " kata Dina memanyunkan bibirnya " mau pulang ke mana? apartemen? "

" ke rumah " jawab Arsyad.

******

Dina membuka rumah mereka, Dina sudah mengisinya saat dia pertama kali cuti dan kembali ke tanah air.

" aku merindukan kalian " seru Dina pada peralatan dapurnya sedangkan Arsyad memilih duduk di meja makan. dia memang tinggal di sana.

" kenapa tidak bilang mau pulang? " tanya Arsyad pada Dina yang memasak air untuk mereka.

" kan mau buat kejutan " jawab Dina, Arsyad melirik Dina

" terus aksi ngambek kamu? ngak ngangkat telfon dan balas pesan " Tanya Arsyad, Dina mendekat dan memeluk Arsyad dari belakang mengecup pipi suaminya itu. Arsyad memiringkan kepalanya menatap Dina yang cengir ke arahnya.

" maaf ya, A'. kan biar surprisenya lebih greget gitu " ucap Dina mengerucutkan bibirnya " lagian adek memang lumayan kesal sama Aa' "

Arsyad meraih tangan Dina, membawanya ke pangkuannya. Dina menatap Arsyad yang kembali diam menatapnya.

" maaf, aku hanya ingin cepat menyelesaikan kuliah " ucap Arsyad dia menyampirkan anak rambut Dina ke belakang telinga Dina " maaf ya dek, bukan maksud Aa' gak mau nemuin adek "

" hm "

" hei kamu marah? " tanya Arsyad saat Dina tiba tiba berdiri

" air adek mendidih A', Aa' mau minum apa? teh atau kopi? " tanya Dina " kopi aja ya? "

" adek kan tau aku tidak suka kopi " gerutu Arsyad, Dina tersenyum sebelum menunduk mencium pipi Arsyad. " dek "

Dina tertawa melihat wajah memelas Arsyad, dia dengan cepat mematikan kompor dan membuat minunan untuk mereka.

Di letakkannya teh di depan Arsyad, pria itu kembali membawa Dina ke pangkuannya.

" bagaiamana kuliah adek? " tanya Arsyad menumpukan dagunya di bahu Dina.

" seperti biasa, adek tinggal mengerjakan tugas akhir dan melakukan beberapa praktik " jawab Dina dia berbalik menatap Arsyad " Aa' sendiri "

" sama. " Arsyad menghirup feromon yang sangat di rindukannya itu. " Dek, tadi Mama telfon "

" hm? kenapa? "

" kita di suruh makan malam di sana, bareng semuanya " beritau Arsyad " kita isya-an di sana saja "

" iya "

******

Makan malam berlangsung cepat di rumah orang tua Dina dan bukan hanya mereka ada orang tua Arsyad dan orang tua Virgo juga di sana.

" hey... baby... " Dina menunduk mencium bayi dalam pelukannya. " Namanya siapa Vir? "

" Darrel " jawab Virgo.

Setelah kehilangan anak pertamanya tiga tahu lalu, Virgo dan Moudy kembali memiliki anak kedua mereka.

" sudah cocok, Din. kapan nyusul? " tanya Sarah mama Virgo

" belum Aunty, selesai kuliah baru di pikirin " jawab Dina dia kembali menunduk mencium Baby Darrel.

" ya jangan begitu... sebaiknya kalian buat secepatnya... toh kalian sudah hampir lulus " kata Sarah lagi

" lagi usaha ngebujuk Dina, Aunty " Arsyad yang dari dapur menjawab dia duduk di samping Dina mengelus pipi Bayi di gendongan Dina, Bayi yang baru berusia dua bulan itu.

" jadi itu tujuannya Aa' baek baekin adek? " Dina mendelik ke arah suaminya yang hanya di balas kedikan bahu " baby... nanti kalo baby udah gede jangan niruin Om ya, rese " kata Dina

" dia ikut bapaknya lah " ucap Arsyad

" hehehe... " kekeh Dina " tapi Dy, anak lo Virgo banget... lo hanya kebagian mulutnya doang " Dina menyentuh bibir mungil yang langsung mengecap itu. Dina terkekeh gemas

" bikin kesal kan " kata Moudy " Dara juga bapaknya banget " lirih Moudy saat menyebut nama anak mereka yang sudah meninggal.

" kan gue bapaknya, mirip gue lah " Virgo meraih tangan Moudy menggenggamnya saat wajah Moudy kembali sendu.

" mirip gue juga loh Din " Libra yang entah dari mana karena baru menongolkan batang hidungnya, dia ingin mencium Darrel tapi di tarik Virgo " pelit amat dah "

" lo cuci tangan sama muka sebelum megang megang anak gue " Libra memutar bola matanya jengah tapi dia tetap menurut karena dia tidak mau ponakannya sakit karena dirinya.

******

bersambung....